"Itu satu-satunya rencana untuk membuat Arianti pulang dan tidak kembali lagi dengan pria pilihannya itu" sahut Mary kepada suaminya yang terlihat marah untuk pertama kalinya yang pernah Mary lihat selama ini
"Kamu benar-benar gak punya hati, bagaimana bisa kamu memisahkan Arianti dengan bayi dan suaminya" bentak Bima yang membuat Mary tersentak mendengar suaminya itu marah
"Papa sudah menyetujuinya, jadi gak ada lagi yang perlu diubah" lirih Mary dengan suara datar
"Bayinya! Bagaimana dengan bayinya" teriak Bima tak habis pikir dengan rencana istrinya yang tidak masuk akal itu.
"Bayinya kita antar aja ke panti asuhan" balas Mary dengan gamblangnya
"Ya Tuhan, Kamu benar-benar gak punya hati ya" lirih Bima meremas kepalanya dengan kedua tanganya. Hatinya rapuh, sakit dan terluka mendengar rencana bodoh istrinya itu. Bima berfikir sejenak dan membuat rencana untuk menyelamatkan bayi Arianti itu.
"Bayi itu harus kita adopsi" kata Bima setelah berfikir bagaimana cara menyelamatkan bayi Arianti
"Tidak! Aku gak mau. Bayi itu kita antar aja ke Panti Asuhan" balas Mary menolak pernyataan suaminya itu.
"Kamu harus pilih" kata Bima kepada istrinya
"Pilih? Pilih apa?" Tanya Mary kebingungan
"Bayi itu tinggal bersama kita atau Arianti akan tau segalanya" ancam Bima dan meremas lengan istrinya dengan tatapan yang sangat tajam membuat Mary memilih untuk mengadopsi bayi itu.
Mary memanggil bik Sumi untuk menggedong Mitha, lalu kakinya beranjak memasuki ruangan adiknya sementara Bima pergi melihat Bayi Arianti di ruangan Bayi. Bima meneteskan air matanya saat memeluk bayi itu dan mengelus kepala dan pipinya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
"Kamu cantik seperti Ibumu, Mama Arianti pasti senang mempunyai bayi yang cantik seperti kamu" lirih Bima dengan air mata yang telah menghujani pipinya. Bayi itu tertidur dengan senyum kecil yang tengah berada di dekapannya
"Aku akan membesarkan kamu sebaik mungkin. Kamu tidak akan di antar ke panti asuhan. Ada Papa Bima yang akan menjaga kamu. Maaf kan Papa ya tidak bisa menghentikan kakek untuk membiarkanmu hidup bersama Mama Arianti dan Papa Darma. Tapi, suatu hari nanti Papa janji akan mempertemukan kamu dengan Mama Arianti dan menyatukan kalian kembali dengan Darma" bisik Bima kepada bayi yang baru saja hadir ke dunia ini.
Suara teriakan histeris dari kamar Arianti membuat Bima dan pasien lain yang mendengar merasakan kesakitan yang mendalam. Arianti terbangun dan benar-benar syok mendengar suaminya pergi meninggalkannya dan bayinya juga meninggal. Arianti menangis sesunggukan mengetahui semua kepahitan yang baru saja dia dengar.
Arianti kehilangan dua orang yang sangat dia sayangi di waktu bersamaan. Kini hidupnya hanya di penuhi kesedihan dan air mata. Tidak ada semangat hidup yang terlihat dari wajah Arianti, mengurung diri di kamar, menangis dan tidak mau berbicara dengan siapapun.
Melihat kondisi Arianti yang semakin buruk, Handoko mengirimnya ke luar negeri. Disana Arianti tinggal bersama adik perempuan Handoko, dia berharap Arianti akan memulai hidup yang baru disana.
Sejak saat itulah Bima membesarkan bayi itu dengan penuh kasih sayang. Bima memberikan sebuah nama untuknya, memberi perhatian dan memanjakan Renaya seperti dia juga menyayangi putrinya Mitha.
Namun, Mary tetap tidak bisa menerima kehadiran Renaya di dalam keluarga kecilnya. Dan selalu mencari cara agar suaminya berubah pikiran untuk membawa Renaya Ke panti asuhan. Tetapi, selalu gagal hingga Renaya berumur tujuhbelas tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...