Part 56

67 5 0
                                    

Tepuk tangan dan senyum serta tawa berkumandang saat terdengar kata setuju dari Mary. Orangtua Mary dan Bima begitu bahagia mendengarnya dan sangat antusias untuk membahas acara pertunangan dan pernikahan mereka.

"Minggu depan langsung saja ya Pak kita laksanakan pertunangan mereka" kata Handoko semangat.

"Ide yang baik Pak, saya setuju jika minggu depan kita laksanakan pertunangan anak kita" balas Muliadi dengan senyum bahagia diwajahnya

"Ide yang baik Pak, saya setuju jika minggu depan kita laksanakan pertunangan anak kita" balas Muliadi dengan senyum bahagia diwajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mary adalah putri sulung mereka, jadi Mary harus yang pertama menikah di keluarga Handoko. Oleh sebab itu, dia memilih Mary yang akan bertunangan dengan Bima minggu depan. 

Tanpa penolakan akhirnya Bima mengiyakan perjodohan tersebut meski hatinya tidak terima jika harus dijodohkan dengan Mary perempuan yang sama sekali tidak menaruh rasa di hatinya.

Namun, melihat kondisi ayahnya yang memiliki riwayat sakit jantung. Bima memutuskan untuk tidak menentang perjodohan itu.

***

Tiga tahun setelah Bima dan Mary menikah. Kini mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Mitha Muliadi.

Bima berusaha dan berangsur-angsur bisa menerima Mary sebagai istrinya meski hatinya masih tetap menaruh rasa kepada adiknya Arianti. Perempuan yang baik hati, rajin dan pintar memasak itu.

Suatu Hari Arianti pulang kerumah membawa seorang pria di saat Mary dan keluarga barunya mengunjungi ayah dan ibunya ke rumah. Arianti memperkenalkan lelaki itu kepada kedua orangtuanya. Mereka sudah sepakat untuk menikah dan memulai hidup yang baru. 

Handoko terlihat tidak menyukai laki-laki yang datang bersama putrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Handoko terlihat tidak menyukai laki-laki yang datang bersama putrinya itu. Ayah Arianti mengajak kekasih putrinya itu bercakap-cakap di ruang tamu.

"Nama kamu siapa, nak? Tanya Handoko dengan suara datar tanpa senyuman yang tersungging di wajahnya.

"Perkenalkan Pak saya adalah Darma Wianto" sahut Darma sembari mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan calon mertuanya itu

Butuh waktu yang lama bagi Handoko untuk mengulurkan tangannya. Namun, setelah sang istri menepuk punggungnya akhirnya Handoko menjabat tangan pria itu.

"Kamu tinggal dimana" pertanyaan kedua yang di lontarkan Handoko kepada kekasih putrinya.

"Saya tinggal di daerah Jati Rindang pak" kata Darma dengan suara yang terdengar sopan oleh siapapun.

Handoko tampak sedang berfikir dan mengingat bahwa daerah Jati Rindang adalah komplek yang bukan di huni oleh masyarakat dari kelas elit. Handoko pernah melewati daerah tersebut saat hendak berkunjung melihat proyek baru yang baru saja di mulai. Wajah Handoko semakin tidak ada baik.

"Bagaimana dengan pekerjaan kamu?" Tanya Handoko tanpa melirik pria itu dan hanya fokus dengan Koran yang ada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana dengan pekerjaan kamu?" Tanya Handoko tanpa melirik pria itu dan hanya fokus dengan Koran yang ada di tangannya.

"Saya bekerja di pabrik Furniture kayu Pak" jawab Darma.

Mendengar Darma yang hanya seorang buruh pabrik membuat wajah Handoko semakin kecut dan menatap tajam putrinya Arianti seperti mengatakan "Mengapa lelaki seperti ini yang dia pilih menjadi pendamping hidupnya.

"Jadi tujuan kamu kesini apa" tanya Handoko dengan suara yang tidak bersahabat untuk Darma.

"Kami ingin memulai hidup baru Pa" ucap Arianti sembari memegang kedua tangan kekasihnya itu.

Bima melihat betapa besar Cinta Arianti terhadap Pria yang sama yang pernah dia lihat beberapa tahun yang lalu. Pria yang mampu membuat Arianti tersenyum manis. Bima merasa bahagia melihat mereka berdua yang terlihat sangat cocok dan akan menjadi pasangan yang pastinya sangat bahagia.

"Tidak bisa!" teriak Handoko sembari melemparkan Koran ke atas lantai dengan nada tinggi membuat seisi rumah menoleh dan menatapnya.

"Tidak bisa!" teriak Handoko sembari melemparkan Koran ke atas lantai dengan nada tinggi membuat seisi rumah menoleh dan menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang