Part 64

63 7 0
                                    

Naya menarik nafas lalu mengeluarkannya dan melakukannya berulang-ulang untuk menghentikan detak jantungnya yang terpompa kuat saat dia berteriak tadi. Tak lama kemudian Raffa datang dengan dua botol teh pucuk yang berada di genggamannya.

"Yuk kesana!" ucap Raffa dan menarik tangan Naya.

Perempuan itu hanya mengikuti Raffa dan tidak bertanya saat laki-laki yang sudah berhasil membuatnya tertawa itu menuju sebuah tepi sungai tempat Renaya sering datangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan itu hanya mengikuti Raffa dan tidak bertanya saat laki-laki yang sudah berhasil membuatnya tertawa itu menuju sebuah tepi sungai tempat Renaya sering datangi. Kemudian, Raffa melepaskan sendalnya yang melekat di kedua kakinya sedari tadi.

"Nay buka sepatu kamu" kata Raffa melihat Naya yang diam tanpa kata yang berada di sampingnya itu

"Kok diem aja, mau aku bukain ya" sahut Raffa membuat Naya tersadar

"Eeh enggak raf, aku aja" ucap Naya dan langsung membuka sepatunya.

Raffa tiba-tiba menekuk lututnya dan kini sudah jongkok di samping Naya. Kemudian dua botol teh pucuk di letakkan diatas rumput yang tumbuh bebas disana.

kedua tangannya menarik celana Naya ke atas dan memintanya untuk duduk di tepi sungai itu dan menghanyutkan kaki mereka ke dalam sungai.

Renaya semakin terpaku melihat Raffa yang menyeret celana yang menutupi betisnya itu ke atas. Suatu hal yang paling sering Naya lakukan supaya celananya tidak basah saat merendam kedua kakinya ke sungai itu. Matanya menatap lurus ke lipatan celana yang kini sudah berada di kedua lututnya tanpa berucap dan diam terpaku.

"Nay! Kok diem lagi" tanya Raffa yang sudah duduk manis di tepi sungai itu sambil menggoyangkan kedua kakinya menikmati sentuhan dingin air yang menyejukkan kakinya

Renaya tersadar dari lamunannya saat Raffa mencoba menarik lengan Naya mengisyaratkannya untuk duduk di tepi sungai itu seperti yang dia lakukan. Naya pun kini duduk dan menghanyutkan kedua kakinya seperti biasa. Namun, kali ini tidak hanya seorang diri. Seseorang yang bernama Raffa tengah menemaninya.

"Nih! Kamu minum dulu. Pasti haus banget kan?" tanya Raffa sembari menyodorkan sebotol teh pucuk yang sudah dibuka oleh lelaki yang duduk di sampingnya.

"Makassi ya Raf" sahut Naya dan melempar senyuman kepada Raffa

"Eh Nay kita bersulang ya! Cheers! gitu kayak anak-anak sweet squad" kata Raffa menarik tangan kananku yang memegang botol teh pucuk pemberiannya.

"Hahaha.. boleh" ucap Naya memenuhi permintaan Raffa. Kedua botol mereka sudah berdiri bersisian di atas udara.

 Kedua botol mereka sudah berdiri bersisian di atas udara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHEERS

Aku tidak langsung meminum teh pucuk yang sudah berada di tanganku meskipun mulutku sudah meminta dan memerintahkan tanganku untuk menuangkannya ke dalam mulutku. Aku hanya berdiam diri dan menolehkan kepalaku ke arah Raffa yang sedang meneguk minuman itu dengan menutup kedua matanya agar tidak memandang cahaya matahari yang menatapnya tajam. Menyilaukan.

Jabatan cowok berengsek yang dulu sempat ku sematkan untuknya kini benar-benar hilang dari Raffa. Sikap baik dan perhatiannya menjadi candu buatku. Senyuman dan sapaan cerianya menjadi suplai semangatku. Entah mengapa akhir-akhir ini sosok Raffa selalu muncul dalam pikiranku.

"Kok kamu diem lagi Nay! Gak haus?" kata raffa membuyarkan lamunanku yang sedari tadi terkagum-kagum dengan setengah sisi wajah Raffa itu

"Emmm he-he-he" sahut Naya salah tingkah membuat Raffa senyam-senyum melihat tingkah lucu Naya itu

"Aku boleh nanya satu pertanyaan gak Nay?" ucap Raffa

"Boleh" jawab Renaya singkat tanpa menoleh orang yang sedang mengajaknya berbicara

"Kamu suka sungai gak? Tanya Raffa

"Suka banget!" kata Naya dengan ceria

"Kenapa gak suka pantai seperti kebanyakan orang?" tanya Raffa ingin tau alasan perempuan ini

"Karena sungai itu selalu mengalir secara terus-menerus tanpa henti dari hulu menuju hilir" ucap Naya dan menatap sungai yang ada di depannya.

"Aku pengin bisa seperti sungai yang terus bergerak meski di tengah jalan banyak menemukan hambatan seperti bongkahan batu, ranting-ranting pohon bahkan sampah yang sengaja di buang ke dalam sungai"

"Kenapa pengin seperti sungai" tanya Raffa lagi

"Karena seperti hidup, kita juga harus terus melangkah maju meski banyak rintangan yang terjadi, kita harus meniru sungai yang terus mengalir" sahut Naya

"Dan kamu tau gak sungai itu memberi dampak yang berguna untuk banyak hal" kata Naya kepada Raffa yang mencerna ucapan Naya barusan

"Emang apa aja Nay dampak sungai" balas Raffa

"Sungai itu diisi oleh air hujan dan mengalir ke laut atau danau yang memberikan manfaat yang sangat besar untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan, air limbah, bahkan bisa dijadikan objek wisata" jelas Naya memuji kehebatan sungai kepada Raffa yang hanya diam menatap wajah Naya yang sedang mengenalkan tentang sungai kepadanya.

"Kamu pintar banget ya Nay merangkai kata-kata" ucap Raffa tersenyum

"Emang kenyataannya gitu Raf, makanya aku pengin meniru sungai" kata Naya sembari memainkan air sungai itu dengan kedua tangannya.

"Aku nanya satu pertanyaan lagi ya" kata Raffa

"Nanya apa Raf" kata Naya menolehkan wajahnya kepada Raffa

"Kok kamu bisa dapat nilai 80 sih? Kamu gak nyontek kan?" tanya Raffa diikuti gelak tawa yang terpancar dari mulutnya

"Ihhh enak aja bilang aku nyontek. Aku kerja sendiri tau" Mulut manyunnya maju selangkah karena gak terima di bilang nyontek

"Becanda kali Nay! Jadi kamu gimana ceritanya bisa jawab soal ulangan itu?" kata Raffa

"Aku genggam lollipop dari kamu sambil senyum-senyum" kata Naya dengan senyum yang kini melintang di wajahnya mengingat kembali proses ulangan yang dia laksanakan minggu lalu

"Aku genggam lollipop dari kamu sambil senyum-senyum" kata Naya dengan senyum yang kini melintang di wajahnya mengingat kembali proses ulangan yang dia laksanakan minggu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masa sih! Kok bisa?" tanya Raffa tertawa

"Kan kamu sendiri yang bilang, kalau kita ngerjain sesuatu itu dengan senyuman dan hati yang senang pasti menghasilkan sesuatu yang baik" jelas Naya tersenyum mengulang kembali kata-kata Raffa dulu.

"Yeaaaayyy.. berarti sihir aku berhasil ya" Kata Raffa bertepuk tangan merayakan keberhasilan Naya itu.

"Congratulation Renaya wianto" sahut Raffa dan mengulang kembali tepuk tangannya di atas kepala membuat Naya tertawa melihat tingkah laki-laki yang ada di sampingnya itu.

"Eeh Raffa kok kamu tau sih nama lengkap ku?" tanya Naya 

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang