Part 54

70 3 0
                                    

Melihat perubahan, tingkah laku, sikap dan gerak-gerik Bima membuat ayah dan ibunya mengetahui anaknya itu sedang jatuh cinta.

Pikiran mereka tidak salah lagi tentang perubahan Bima saat Muliadi mengatakan akan menjodohkannya dengan salah satu putri Handoko.

Bima melompat-lompat kegirangan, berteriak heboh dan memeluk kedua orangtuanya yang tanpa di beritahu pun sudah mengetahui apa yang diinginkan anaknya.

Sejak perkenalan mereka di dapur kemarin, Bima selalu mencari tahu tentang Arianti. Perempuan itu benar-benar sudah membuatnya jatuh cinta pandangan pertama.

Hari ini Bima sudah berada di sebuah kantor tempat dimana Arianti bekerja. Bima menunggunya pulang kerja di sebuah Cafe tepat di seberang kantor tempat perempuan itu bekerja.

Matanya tak henti-henti mengawasi kantor tersebut, tak ingin menghilangkan jejak perempuan yang sudah mengusik hatinya. Bima berniat mendekati perempuan itu sebelum dia tau akan dijodohkan dengan Bima.

Pada saat perempuan itu sedang berjalan keluar dari kantor tempatnya bekerja. Bima dengan cepat berdiri dan membayar minuman yang di pesan sembari matanya yang tetap tertuju pada perempuan itu.

Sebelum Bima menyeberangi jalan yang memisahkan cafe dan kantor itu. Kakinya seakan berhenti dan tak ingin melangkah lagi setelah melihat perempuan dengan pakaian rapi yang membuatnya tampak lebih dewasa dan cantik tentunya. Bima diam terpaku menatap Arianti tengah berbicara dengan seorang pria yang baru saja turun dari sepeda motornya.

Pria itu mengecup keningnya dan dibalas Arianti dengan pelukan hangat dan senyum sumringah yang untuk pertama kalinya dilihat Bima di wajah perempuan itu.

Pria itu mengecup keningnya dan dibalas Arianti dengan pelukan hangat dan senyum sumringah yang untuk pertama kalinya dilihat Bima di wajah perempuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati Bima sangat perih melihat semua yang ada di depan matanya. Sakit. Bima terlanjur jatuh cinta kepada perempuan yang sudah memiliki pujaan hati.

Bima salah dengan pikirannya yang menganggap Arianti masih sendiri. Perasaannya saat itu sangat kacau dan dia tidak berhak untuk berbuat apa pun untuk Arianti.

Keinginan untuk mendekatkan diri pun kini hilang dari benaknya meski Hatinya tidak terima dengan Pria yang saat ini bersamanya yang sudah mencuri hati perempuan yang bernama Arianti itu.

Malam itu menjadi malam yang seharusnya dinanti-nantikan oleh Bima saat mengunjungi rumah Handoko. Muliadi datang dengan niat akan membicarakan perjodohannya dengan putri Bima.

Bima tidak mau melihat Arianti akan bersedih dan menangis jika mengetahui dirinya akan dijodohkan dengan dirinya, karena Bima sudah mengetahui bahwa Arianti telah memiliki kekasih.

Semangat yang membara saat mendengar ayahnya akan menjodohkannya dengan putri Handoko tadi siang kini berubah menjadi perasaan bersalah karena telah merusak dan menghancurkan hubungan Arianti dengan kekasihnya itu setelah mendengar perjodohan ini nanti.

Sebelum mereka membicarakan tentang perjodohan. Handoko dan istrinya mengajak tamunya untuk menyantap makanan terlebih dahulu.

Setelah makan malam selesai, Muliadi dan istrinya menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Pak Handoko melihat bisnis kita yang semakin hari semakin berkembang pesan dan memperoleh keuntungan yang besar, saya berniat menjodohkan anak kita" kata Muliadi kepada rekan bisnisnya itu.

"Wahh, ide yang bagus Pak Muliadi" katanya sembari melirik sang istri "Benar kan Ma? Tanyanya kepada ibu dari kedua putrinya.

"Saya juga setuju kalau Papa senang" lirih istri Handoko memberi persetujuan

"Untuk mempererat hubungan kita, oleh sebab itu saya kepikiran dengan anak-anak kita" kata Muliadi senang mendengar pernyataannya itu diterima baik oleh rekannya.

"Benar sekali Pak, dengan demikian Kerja sama kita akan menjadi lebih erat jika kedua anak kita menikah" balas Handoko dengan wajah yang berseri-seri.

Mary dan Arianti hanya bisa berdiam diri diatas sofa yang sedari tadi mereka duduki. Mary tampak bahagia mendengar percakapan orangtuanya dengan koleganya itu. Mary sangat senang jika dia akan dijodohkan dengan Bima, pria tampan, pekerja keras dan kelihatan penyayang itu.

Selama pertemuan yang keluarganya dan keluarga Bima laksanakan sebelumnya Mary telah menaruh hari kepada Bima. Tentu saja, Mary tidak memberikan penolakan jika perjodohan ini untuk dirinya.

Berbeda dengan Arianti yang diam terpaku dengan ekspresi yang takut, sedih dan terlihat tidak nyaman mendengar penuturan ayahnya dan keluarga Bima barusan.

Arianti takut jika dirinya yang akan dijodohkan dengan Bima. Bukannya Arianti tidak suka dengan pria itu. Namun, karna saat ini sudah ada pria lain yang menambatkan hatinya yaitu kekasih hatinya sejak mereka duduk di bangku kuliah.

"Wahh! Saya sangat gembira mendengarnya pak" kata Handoko memeluk Muliadi "Minggu depan langsung saja kita adakan pertunangan, bagaimana?" kata Handoko tanpa bertanya kepada kedua putrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahh! Saya sangat gembira mendengarnya pak" kata Handoko memeluk Muliadi "Minggu depan langsung saja kita adakan pertunangan, bagaimana?" kata Handoko tanpa bertanya kepada kedua putrinya itu.

"Tentu saja itu ide yang bagus Pa, semakin cepat semakin bagus" kata Ibu Mary dan Arianti menyetujui perjodohan itu

"Kami sangat setuju Pak Handoko" balas Muliadi dan istrinya dengan senyuman yang terbentang di wajah mereka.

"Pa, tanya dulu pak Handoko kira-kira putrinya yang mana yang akan dijodohkan dengan putra kita" sahut Ibu Bima kepada suaminya

"Ooh iya ya Ma, pak Handoko kan memiliki dua putri" lirih Muliadi "Jadi putri yang mana pak yang dijodohkan dengan Putra kami" tanya Muliadi kepada orangtua putri yang akan di nikahkan dengan anaknya nanti.

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang