Part 60

60 4 0
                                    

"Tinggalkan putriku atau persalinannya gagal dan kalian kehilangan bayi itu" tegas Handoko memberikan pilihan yang sangat berat untuknya.

Raungan istrinya semakin terdengar merintih sampai ke ruang administrasi membuat Darma merasa sakit dan menyayat hatinya.

Dia terpaksa memilih pergi dari kehidupan Arianti demi keselamatan bayi dan istrinya itu.

Setelah mendengar pilihan Darma, Handoko bergegas menyelesaikan biaya administrasi persalinan putrinya itu dengan kartu yang hanya dengan sebuah gesekan saja menyelesaikan segala urusan di Rumah Sakit itu.

Setelah mendengar pilihan Darma, Handoko bergegas menyelesaikan biaya administrasi persalinan putrinya itu dengan kartu yang hanya dengan sebuah gesekan saja menyelesaikan segala urusan di Rumah Sakit itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arianti akan selamat dengan bayinya, kamu membuat pilihan yang tepat" kata Handoko kepada Darma yang tidak berdaya lagi

"Saya minta tolong kepada Bapak untuk memberi kesempatan melihat istri dan bayi saya" sahut Darma memohon dan bersujud menyembah Handoko untuk kedua kalinya.

"Tidak ada kesempatan lagi untukmu" Bentak Handoko sembari pergi meninggalkan Darma yang masih terpaku di lantai dengan air mata yang memenuhi pipinya.

Arianti sudah tidak sadarkan diri saat seorang Dokter melakukan sesuatu kepadanya. Proses persalinan berjalan dengan baik, dokter yang menangani Arianti kini menarik nafas lega setelah melihat bayi yang sudah berhasil keluar dari rahim ibunya. Dokter itu meminta perawat untuk membersihkan semuanya dan bergegas keluar.

"Dokter, bagaimana keadaan putriku" kata Handoko melihat dokter itu keluar dari ruang operasi.

"Selamat bapak sudah menjadi kakek" sahutnya dengan senyuman

"Putri bapak melahirkan bayi perempuan. Bayinya juga sehat dan cantik seperti ibunya" kata dokter itu dan beranjak pergi meninggalkan keluarga pasien yang baru saja dia tangani itu.

Melihat Arianti dan bayinya itu di bawa keluar dari ruang operasi oleh perawat- perawat untuk di pindahkan ke ruangan lain. Mary dan keluarga langsung mengikuti dari belakang dan masuk ke ruangan tempat perawatan Arianti sementara bayinya dibawa ke ruang bayi. Arianti tampak belum sadar dan terbaring lemah di atas tempat tidur.

Bima baru saja sampai dari kantornya setelah mendengar istrinya mengatakan Arianti berada di Rumah Sakit melalui telepon.

"Bagaimana keadaan Arianti" tanya Bima dengan suara yang terengah-engah akibat berlari dari parkiran

"Dia belum sadar" kata Mary yang berusaha mendiamkan bayinya Mitha yang menangis

"Papa bagaimana jika Arianti sadar nanti dan mengetahui suaminya sudah kita usir" kata Mary kepada pria yang baru saja memisahkan putrinya dengan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.

"Kali ini dia akan sadar jika Darma tidak bisa menghidupinya" sahut Handoko dengan mata tetap tertuju pada perempuan yang terbaring itu. Perempuan yang sangat dirindukannya selama ini.

"Pa, Papa tau sendiri kan Arianti tidak pernah menuruti kata Papa untuk menjauhi laki-laki itu, aku yakin setelah sadar Arianti akan pergi lagi membawa bayinya" kata Mary mengisyaratkan ayahnya untuk membuat sebuah rencana.

"Kamu benar Mary!" balas Handoko yang kini tengah meresapi ucapan putri sulungnya.

"Kita harus memisahkan Arianti dengan bayinya. Kita beritahu dia bahwa suaminya telah meninggalkannya karna mengetahui bayinya tidak bisa di selamatkan" jelas Mary membuat sebuah rencana yang benar-benar fatal bagi Bima.

Bima syok, matanya terbelakak dan mulutnya setengah terbuka mendengar ucapan istrinya barusan. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak saat mendengar ayah mertuanya menyetujui rencana yang dibuat Mary itu. Bima tau bagaimana sifat ayah mertuanya yang sangat keras dalam bertindak. Bima menarik tangan istrinya dan keluar dari ruangan tempat Arianti di rawat.

"Kamu gila ya! Rencana apaan itu!" teriak Bima kepada Mary

"Kamu gila ya! Rencana apaan itu!" teriak Bima kepada Mary

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang