Mata Evita mulai berkaca-kaca menyiratkan kesedihan setelah puisi itu habis di baca olehnya. Hatinya mengutuki dirinya sendiri yang sudah tidak percaya dengan sahabatnya sendiri dan memilih untuk mempercayai kekasihnya Jaka yang kini sudah menghianatinya dari belakang.
Meskipun Evita sudah tahu bahwa Renaya berkata jujur dan dia udah melihat dengan mata kepalanya sendiri atas kelakukan jahat Jaka.
Evita merasa malu untuk meminta maaf kepada Naya karena sudah menghina sahabatnya itu dengan kata-katanya yang menyakitkan. Dia memilih untuk menjauhi sahabatnya itu.
Besok adalah perayaan hari Valentine yang akan di adakan setiap tahun di sekolah ini. Evita berencana akan memutuskan hubungannya dengan Jaka dan akan meminta maaf kepada Renaya karena telah menganggap sahabatnya itu mengada-ngada. Evita menyiapkan sebuah coklat khusus yang dibuatnya sendiri sebagai tanda permintaan maafnya untuk Naya.
***
Setiap tahun SMA Pelita Cahaya merayakan hari kasih sayang yang menjadi salah satu program kerja OSIS sekolah itu. Setiap siswa wajib membawa coklat atau apapun yang akan di berikan kepada siapapun saat aba-aba di kumandangkan oleh ketua OSIS nantinya. 14 Februari adalah hari yang di tunggu-tunggu para siswa-siswi di sekolah ini.
Ketua OSIS mengadakan acara ini untuk memberikan kesempatan kepada siswa menunjukkan tanda kasih sayang mereka kepada setiap orang yang berarti dalam hidupnya, kepada sahabat yang menjadi teman suka dan duka, kepada guru yang sudah memberi mereka ilmu, kepada kepala sekolah yang memberi bimbingan, kepada Pak Ucup yang selalu menawarkan makanan saat lapar melanda atau bahkan kepada orang yang sudah membuat mereka semangat untuk datang ke sekolah ini karena sudah menaruh hati.
Dengan adanya kegiatan ini setiap tahunnya, saat bulan Februari tiba. Hampir setiap siswa sudah mempersiapkan segala bentuk tanda kasih sayang yang akan mereka berikan. Dan membuat daftar list orang-orang yang akan di berikan coklat pada hari H tiba. Begitupun dengan diriku yang sudah menyiapkan beberapa coklat yang aku buat sendiri di rumah dan di bantu bik Sumi untuk menghiasnya.
Kepala sekolah memberikan arahan dan bimbingan sebelum microphone di tangannya di berikan kepada ketua OSIS untuk memandu acara tersebut. Saat perayaan dimulai seluruh siswa-siswi sudah berkumpul di lapangan dengan berbagai macam coklat, bunga, kotak berbentuk hati dan lain sebagainya yang di genggam erat di setiap tangan mereka.
Ketua OSIS memberi kata sambutan dan di ikuti dengan sebuah tampilan dari seorang perempuan cantik dari anggota ekskul jurnalistik untuk membacakan Puisinya yang terpilih untuk di kumandangkan di sekolah ini.
Sorak sorai dan tepuk tangan yang riuh menggelora saat Puisi itu selesai di bacakan dan menyentuh hati setiap pendengarnya. Lalu ketua Osis itu mengajak salah satu siswa/ siswi untuk menyumbangkan sebuah lagu ke atas panggung. Tepuk tangan kini berhenti saat mereka di minta untuk bernyanyi.
"Naya! Naya!" teriak Raffa yang berada di samping dan bertepuk tangan di atas kepalanya dengan suara yang lantang dan semangat
"Aduuh! Apan sih Raf. Aku gak bisa. Maluu tau Raf" ucapku memelas dan cemberut melihat sikap Raffa itu sambil Memukul lengannya
"Naya! Kamu pasti bisa. Anggap aja kami semua ini adalah pohon yang akan bahagia mendengar kamu bernyanyi. Semua pasti baik-baik aja" kata Raffa memegang pipiku yang memerah mendengar semua siswa siswi meneriaki namaku. Dan ketua OSIS memintaku untuk naik ke atas panggung dengan microphone yang ada di tangannya.
"Bener Nay! Kamu pasti bisa. Buat bangga sweet squad ya" kata Dena, Ridan dan Evita memberiku semangat.
"Ayo Naya! Kamu pasti bisa. Tersenyumlah!" kata Ken yang berlari menuju barisan kelas Naya untuk memberinya semangat dan mengusap kepalanya dengan lembut
"Yuk Nay aku antar kamu ke panggung" ajak Raffa dan menarik tanganku. Coklat yang aku genggam sedari tadi kini berpindah tangan ke sweet squad.
Sesampainya di atas panggung Raffa membisikkanku sesuatu "4-3-2-1, Abrakadabra Ting! kamu pasti bisa" kata Raffa mencoba menyihirku lagi dan membuatku tersenyum dan memberikan aku rasa percaya diri yang lebih.
Setelah laki-laki yang sudah memberikan sihirnya itu turun dan kembali ke kerumunan siswa siswi. Ketua OSIS meletakkan standing mic tepat di hadapanku dan menyetel ulang agar mic nya berada pada posisi yang benar.
Sebelum aku memulainya, aku menghirup oksigen dalam-dalam dan mengeluarkannya lagi yang terdengar karna mic sudah berada di dekat mulutku. Mataku tertuju ke arah ratusan manusia yang memadati lapangan sekolah saat ini, yang kini berubah menjadi pepohonan yang ada di dekat sungai sepi. Mungkin otakku bekerja dengan baik hari ini dan mengisyaratkan mataku untuk mengubah mereka menjadi pepohonan.
Kemudian sebuah lantunan lagu membuat keributan yang tadi memenuhi sekolah ini menjadi diam dan hanyut dengan lahu yang aku suguhkan.
Sejak ia pergi dari hidupku
Ku merasa sepi
Dia tinggalkan ku sendiri di sini
Tanpa satu yang pasti
Sebuah lagu yang aku nyanyikan khusus untuk Evita sahabatku yang masih menjauhi diriku sampai hari ini.
Evita hanya diam berdiri terpaku mendengarkan dan merasa dirinya di hantam dengan lirik nyanyian itu . lagu ini Juga aku persembahkan untuk Mama Papa kandungku yang entah berada dimana saat ini yang sangat aku rindukan kehadirannya dalam hidupku. Semua mata kini tertuju kepada Naya.
Tanpa terasa ku teteskan air mata ini
Yang tiada berhenti mengiringi kisah di hati
Aku tak tau harus bagaimana
Aku merasa tiada berkawan
Selain dirimu selain cintamu
Sepenggal kalimat dari lirik lagu yang dinyanyikan Naya membuat Evita semakin merasa bersalah sampai-sampai matanya yang berkaca-kaca berubah meneteskan air mata dan masih tertunduk tidak sanggup menatap Renaya di atas panggung
Kirim aku malaikatmu
Ka'na ku sepi berada di sini
Dan di dunia ini aku tak mau sendiri
Dan di dunia ini aku tak mau sendiri
Mata Randy Tertuju kepada Renaya yang menyanyikan lagu itu dengan sangat baik. Randy yang pernah mengucapkan perempuan itu tidak bisa bernyanyi sekarang saat melihatnya menyanyikan salah satu lagu dari BCL itu seakan menampar pipinya dengan keras. Randy kini menyadari lagi bahwa Renaya tidak seperti yang ada di pikirannya selama ini.
LAGI! LAGI! LAGI! LAGI! LAGI!
Suara tepuk tangan yang riuh dari seluruh penonton meminta Renaya untuk menyanyikan satu lagu lagi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Novela Juvenil[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...