Sorak sorai di tambah dengan suara tepuk tangan membuat Naya tersentak dan menyadari bahwa dia sedang berada di atas panggung dan disaksikan oleh siswa siswi yang ada di sekolahnya.
Hatinya merasa senang saat mendengar semua orang memintanya untuk bernyanyi lagi. Itu tandanya suaraku bagus, iya benar pikirku dalam hati dan beranjak menuruni tiga anak tangga panggung tersebut.
Sebelum aku menuju ke tempat teman-temanku sang ketua OSIS memanggilku dari mic untuk naik kembali ke atas panggung dan menyumbangkan satu buah lagu lagi atas permintaan seluruh siswa siswi yang bersorak sorai menyebut-nyebut namaku.
Ini adalah kali pertama aku mendapat sorak sorai dari orang banyak seumur hidupku. Selama ini aku hanya berani bernyanyi di kamar mandi dan tidak percaya untuk tampil di depan orang banyak.
Kakiku kini berbalik arah dan kembali menuju panggung itu. Kali ini perasaanku sedikit lebih tenang di bandingkan dengan tadi.
Mataku meminta otakku untuk tidak mengubah penonton tersebut menjadi pepohonan, rasa percaya diriku menggebu-gebu setelah melihat respon positif dari siswa siswi yang ramai memadati panggung itu.
Sebuah lagu yang terlintas di benakku untuk aku nyanyikan pun kini kunyanyikan dengan tersenyum sesuai dengan lirik lagunya yang membawa keceriaan.
Awalnya ku tak mengerti apa yang sedang kurasakan
Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada
Sejak kau hadir di setiap malam di tidurku
Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku
Mataku tertuju pada Raffa yang memberikan anggukan semangat dan senyuman yang melintang di wajahnya mengisyaratkanku pasti bisa bernyanyi di hadapan ratusan penonton. Lalu mataku tertuju kepada Kak Ken yang berdiri di antara sahabat-sahabatku.
Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh-sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap selalu menunggu
Sungguh aku jatuh cinta kepadanya
Mataku mematung dan tertuju ke arah kak Ken yang juga menatapku dengan senyuman manisnya. Aku merasa nyaman bertatapan dengan matanya yang menyiratkan kelembutan dan membuatku semakin percaya diri di atas panggung. Mataku seakan tidak ingin bergeser untuk melihat ke tatapan yang lain yang sudah tertuju ke arahku sedari dari. Raffa juga menyadari itu, dia tau bahwa tatapan Naya tidak tertuju kepada nya. Tetapi kepada orang lain yaitu Ken.
Kadang aku cemburu, kadang aku gelisah
Seringnya ku tak tentu lalui hariku
Tak dapat ku pungkiri hatiku yang terdalam
Betapa aku jatuh cinta kepadanya
Sepenggal kalimat terakhir akhirnya menyadarkan mataku untuk menatap ke arah siswa siswi lainnya dan mendarat di kedua mata Raffa yang hanya terdiam dan tidak ada lagi anggukan dan senyuman di wajahnya. Tentu saja Raffa menjadi tak bersemangat, lirik lagu yang mengatakan aku jatuh cinta membuat Raffa merasa kecewa. Sedih. Sakit dan cemburu karna mata Naya tertuju pada Ken bukan pada nya.
Ketua OSIS mengucapkan terimakasih kepada Naya yang sudah menyuguhkan nyanyian merdu untuk sekolah ini, guru-guru mereka juga memuji bakat bernyanyi Naya yang selama ini tersembunyi dari nya dan kini semua orang tahu bahwa Naya bisa bernyanyi sebagus tadi.
Aku yang sudah turun dari panggung tersebut kini berbaur dengan keramaian yang membuatku susah untuk mencari-cari keberadaan sahabatku. Ketua OSIS itu kini memberi aba-aba kepada siswa siswi untuk memberikan bentuk sayang mereka kepada siapa saja yang ada di sekolah.
THREE TWO ONE IT'S SHOW TIMEEEEEEEEEE !
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Fiksi Remaja[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...