Sejak aku membongkar kebusukannya kepada kak Randy. Sefia tidak pernah lagi tersenyum kepadaku saat berpapasan atau sekedar menyapa seperti biasanya. Dia benar-benar kesal dan mungkin sangat membenciku.
Saat aku menemani Dena memberi surat undangan ulang tahunnya. Dia tampak cuek dan memandangku dengan wajah kebencian. Aku bisa menerima semua sikapnya, sudah pasti dia sangat membenciku atas kejadian kemarin.
Minggu depan Dena akan mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-17. Pesta ulang tahun yang dirayakan di sebuah hotel bintang lima di kota ini. Dena mengundang hampir semua murid-murid yang ada di sekolah untuk merayakan sweet seventeennya.
Aku siap membantunya seharian penuh menyebar surat undangan itu dengan hati yang bahagia karena sebentar lagi sahabatku akan menyusul aku mencapai angka satu tujuh.
Saat bel kembali berbunyi aku dan Dena menyudahi kegiatan kami dan akan menyebar undangan besok lagi. Sebelum sampai di dalam ruangan kelas, Raffa datang menghampiriku
"Nay !" teriaknya dengan suara khas yang sudah sangat aku kenali
"Raffa! Ada apa?" ucapku menghentikan langkahku
"Nay aku duluan masuk ya!" ucap Dena lalu meninggalkanku dengan Raffa
"Semangat ya, habis ini kamu ulangan Matematika kan?" kata Raffa dengan senyum semangatnya untukku
"Makassi ya, Raf!" sahutku lalu beranjak pergi saat melihat pak Jodi sudah keluar dari ruangan guru menuju kelas
"Bentar dulu!" teriaknya dan menarik tangan kananku seketika kakiku berhenti melangkah
"Aku sihir kamu dulu ya, supaya otak kamu bisa bekerja dengan baik" sambil menggoyangkan telunjuknya "4-3-2-1! Abrakadabra! Ting!" Lalu tangan kirinya merogoh sesuatu dari sakunya, ada sebuah permen lollipop disana dan memberikannya kepadaku dengan senyuman
"Hahahha! Makasi ya Raf" teriakku lalu beranjak pergi dengan langkah kaki yang lebih cepat
"Good luck Nay!" teriaknya tanpa ada balasan lagi dariku.
Sesampai di dalam kelas aku merasa deg-degan setelah melihat pak Jodi bersiap-siap memberikan soal ulangan hari ini. berkali-kali aku menarik nafas dalam dan membuangnya tanganku juga mengelus dadaku pelan mencoba menenangkan.
"Ingat kerja sendiri tanpa suara" tegas pak Jodi lalu membagikan selembar kertas yang berisi soal ujian.
"Kerjakan dengan baik" ucap pak Jodi melirikku saat berada di meja ku dan Dena, lalu beranjak dan membagikan semua kertas ulangan tersebut.
Sebelum aku melihat soal yang ada di atas kertas tersebut. Tangan kiriku perlahan menarik permen lollipop dari Raffa yang sengaja aku letakkan di dalam Laci meja. Seketika sebuah senyuman terbentang di pipiku.
Lalu aku mengingat kalimat yang pernah di ucapkan Raffa waktu di perpustakaan kemarin. "Segala sesuatu yang dikerjakan dengan senyuman dan hati yang senang akan menghasilkan hal yang baik".
Kemudian dengan senyuman yang masih terbentang di pipi aku mulai hanyut kedalam soal yang di berikan pak Jodi barusan.
Number two gumamku dalam hati. Sebelum jemariku mengerjakan soal selanjutnya, aku menarik permen lollipop yang ada di dalam laciku dan menggenggamnya berharap permen ini bisa menyihirku menghadapi ulangan ini.
Lalu kembali berfikir keras menjawab soal sebanyak 5 nomor dalam bentuk Essay tersebut.
Saat bel berbunyi pak Jodi meminta kami mengumpulkan kertas ulangan tersebut di atas mejanya.
Dan hasilnya akan diumumkan minggu depan pada jam pelajaran matematika
___________________________________________
Jangan lupa tinggalkan comment nya ya, supaya Makin semangat lanjutin ceritanya.
Salam Sayang,
Firsalo
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...