"Pantes aja ya Nay, pak Jodi kewalahan ngajarin kamu" bentak Raffa sampai-sampai Ibu perpustakaan melirik kearah kami, mengingatkan untuk tidak berisik.
"Susah banget Raf" ucapku sambil menidurkan kepalaku diatas meja.
"Cuma satu soal Lho Nay, kok salah lagi sih?" komentar Raffa yang benar-benar bingung denganku.
"Yaudah, nih liat lagi buka catatan kamu", ucapnya lalu mulai menjelaskan ulang kepadaku yang sama sekali tidak memiliki semangat.
Ini adalah kali ketiga Raffa menjelaskan materi yang sama, dan bodohnya aku masih tetap tidak paham dengan penjelasannya.
Rasanya sangat gampang saat mengerjakan soal bersama Raffa tapi giliran soal itu aku jawab sendiri kepalaku buntu mencari solusi untuk memecahkan soal tersebut.
"Ya ampun Nay, kamu ini kesurupan apa sih, kok Bloon banget" ucap Raffa lemas melihatku yang tak berdaya.
Aku Cuma diam dan tertunduk malu di depan Raffa. Padahal aku udah berusaha dan entah mengapa otakku seakan tertidur pulas saat diajak berfikir setiap membahas tentang matematika.
"Bloonnya jangan di manja dong Nay" gumam Raffa berharap aku tidak mendengarnya.
Mataku mulai berkaca-kaca menatapnya dan mulutku hanya bisa terdiam kaku tanpa bahasa.
Raffa melihatku lalu tangannya mengorek-ngorek isi tasnya dan tersenyum saat menemukan sesuatu didalam tasnya.
"4-3-2-1, Abrakadabra! Ting!" Ucapnya sambil memutar tangkai permen lolipop yang dia temukan dari dalam tas.
"Nih, makan permen dulu biar tambah manis, aku udah sihir kamu Lho! Habis ini kamu bakalan bisa Nay" sahutnya menyemangati aku yang hampir saja menjatuhkan air mata saat mendengar kata bloon dari mulut Raffa barusan.
Namun, tingkah anehnya mampu menghilangkan rasa sedihku dan membuatku tertawa terbahak-bahak.
Lalu dengan cepat dia menutup mulutku sambil melirik kearah ibu perpustakaan. Untung saja tangannya sigap, bisa-bisa kami diusir dari tempat ini.
Sambil menikmati permen lolipop dari Raffa. Penjelasan Raffa yang keempat kalinya mulai dapat aku simpan di memoriku alhasil soal yang di berikan Raffa dapat aku selesaikan dengan tepat dan benar.
"Nah gini dong!" Ucap Raffa semangat lalu mengelus rambutku dengan tangannya. Perlakuan Raffa begitu manis kepadaku. Hampir saja aku menelan bulat-bulat permen lolipop pemberiannya.
Aku tersenyum manis dan menaikkan kedua pundakku memamerkan hasil kerja kerasku kepadanya. Dan permen lolipopku masih betah didalam mulutku seperti memberikan magic kepintaran kepadaku.
Raffa sangat gembira melihat hasil kerjaku. Akhirnya setelah empat kali berturut-turut kini penjelasan Raffa dapat aku terima dan terapkan di soal yang di berikan.
"Cukup sekian buat hari ini, yuk Kita pulang!" ajak Raffa mengemasi barang-barangnya.
Sesampainya digerbang sekolah. Aku melambaikan tangan kepada Raffa "Byee Raf ! makasi ya buat pelajaran hari ini, sampai bertemu be___" sebelum aku menyelesaikan ucapanku Raffa menarik tangan kananku ke parkiran sekolah.
"Aku antar kamu pulang, sepeda kamu masih di bengkel kan?" ucap Raffa sembari memakaikan helmnya dikepalaku.
"Gak usah Raf, aku bisa pulang sendiri kok" jelasku dan membuka helm yang sudah bertengger di kepalaku.
"No way! kamu harus pulang bareng aku !" teriak Raffa mendekatkan wajahnya kepadaku. Menakutkan !
"Aku gak usah pakai helm Raf" ku buka helm yang sudah bertengger di kepalaku "kamu yang wajib pakai, entar dijalan ditilang pak Polisi lho" jelasku menyerahkan helm itu kepadanya.
"Coba liat keatas"
"Itu langit! Emang kenapa?" Ucapku tidak paham maksud Raffa.
"iya, langit Nay. Udah mendung tuh. Itu tandanya gak bakalan ada Polisi yang razia nanti" udah yuk ajak Raffa lalu kembali memasangkan helmnya di kepalaku. Dan kami pergi meninggalkan sekolah.
"Pegang yang erat, Nay! Nanti kamu jatuh!" teriaknya dan tetap fokus dengan sepeda motor yang dia kendarain
"Kenapa Raf? Kamu ngomong apa? Aku gak dengar!" aku berteriak dari belakang
Raffa menarik tangan kiriku kedepan dan mengulang hal yang sama dengan tangan kananku. Sekarang kedua tanganku melingkar di perut Raffa. Aku hanya bisa diam melihat kedua tanganku yang sudah memeluk Raffa. Jantungku bergetar seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...