Part 27

111 9 0
                                    

Untung aja aku menaruh tasku di tengah jadi aku tidak terlalu dekat dengan tubuh Raffa yang ada di depanku. Lalu Raffa mempercepat laju sepeda motornya. 

Mungkin karna saat ini langit tampak kelabu, dan sebentar lagi hujan pasti bakalan turun.

Di tengah perjalanan, hujan turun dengan derasnya. Raffa mencari tempat berteduh dan kami berhenti di sebuah tempat. 

Saat turun dari sepeda motornya aku baru menyadari kami sedang berada di tempat favoriteku yaitu sungai sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat turun dari sepeda motornya aku baru menyadari kami sedang berada di tempat favoriteku yaitu sungai sepi.

Tidak jauh dari bangku panjang yang biasa aku datangi ada sebuah stand jualan yang berdiri kosong tanpa penjual dan barang daganganya lalu Raffa segera menarik tanganku untuk berteduh disana.

"Raffa tertawa menatapku" tentu saja aku bingung dan melihat diriku sendiri namun tidak menemukan kejanggalan.

"Kepala kamu kecil banget ya Nay, kepala kamu tenggelan tuh pake helmku?" Sembari mengulang tawanya. "Sini di lepas aja, kasian kepala kamu pasti keberatan" jelasnya dan membuka helm yang ada di kepalaku.

Kembali hening, Raffa dan aku memilih berdiam diri dan berharap hujan segera berhenti. Tiba-tiba Raffa melihatku dan membuka percakapan

"Nay, kalau boleh tau hobby kamu apa ya?"

"Bernyanyi" jawabku dan tersenyum manis kepadanya

"Serius kamu hobby nyanyi?" ulangnya tidak percaya

"Iya Raf, aku suka bernyanyi"

"Tapi kok aku gak pernah liat kamu nyanyi sih?"

"Suaraku kan mahal!" ucapku tersenyum lagi

"Hahahha" Raffa terlihat lucu saat tertawa, baru kali ini aku melihatnya tertawa lepas seperti ini.

"Masa sih, suara kamu mahal? Semahal apa?"

"Serius raf, aku suka nyanyi tapi Cuma berani konser di kamar mandi" ucapku sambil tertawa

"Serius raf, aku suka nyanyi tapi Cuma berani konser di kamar mandi" ucapku sambil tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raffa tertawa terpingkal-pingkal mendengar penjelasanku. "Gak perlu malu kali Nay, semua manusia diciptakan dengan kelebihannya masing-masing. Tinggal kamu pandai-pandai mengasah dan memanfaatkannya" kata-kata bijak dari Raffa seakan membuat otakku terbangun dan berfikir.

"Ini anggap sebagai mic kamu, dan sekarang silahkan bernyanyi" menyodorkan sebuah pena darinsakunya.

"Apa-apaan sih Raf, aku malu tau, aku Cuma berani nyanyi di kamar man___" Raffa menutup mulutku dengan jari telunjuknya.

"Coba liat pepohonan ini, mereka akan bahagia mendengar kamu bernyanyi untuknya"

"Cukup yakinkan Hatimu, percayalah kamu pasti bisa dan semua akan baik-baik aja" ucapnya lagi dengan wajah yang menyiratkan ketenangan dan meyakinkanku untuk melakukannya.

"Para hadirin! Mari kita sambut ini dia Renaya!" teriak Raffa dengan sangat kuat menandingi suara hujan saat ini.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, ku lirik Raffa dan dia melihatku dengan anggukan kepalanya meyakinkan.

Lalu kupalingkan wajahku menatap pepohonan yang ada di depanku tak lama ku pejamkan mataku dan mulai bernyanyi diiringi suara hujan.

Tuhan tolonglahHapus dia dari hatikuKini semua percumaTakkan mungkin terjadi Kisah cinta yg selalu aku banggakanKau hempas semuaRasa yang tercipta untukkuTanpa pernah melihat Betapa ku mencobaJadi yang terbaikUntuk dirimuOh mengapa tak bisa dirimu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan tolonglah
Hapus dia dari hatiku
Kini semua percuma
Takkan mungkin terjadi
Kisah cinta yg selalu aku banggakan
Kau hempas semua
Rasa yang tercipta untukku
Tanpa pernah melihat
Betapa ku mencoba
Jadi yang terbaik
Untuk dirimu
Oh mengapa tak bisa dirimu
Yang mencintaiku
Tulus dan apa adanya
Aku memang bukan manusia sempurna
Tapi kulayak dicinta
Karna ketulusan
Kini biarlah waktu yang jawab semua
Tanya hatiku

Akhirnya aku menyelesaikan Lagu Pasto yang berjudul Tanya Hati untuk pertama kalinya diruangan terbuka meski hanya disaksikan pepohonan dan diiringi suara hujan. 

Aku membuka mata dan melihat diriku sudah berada diluar stand tempatku berteduh bersama raffa. Aku tidak ingat sejak kapan aku sudah berana disini dan apa yang udah terjadi sebelumnya. 

"Nay, aku minta maaf sama kamu" ucap Raffa berlari menghampiriku. Dia mengingat kejadian yang menimpaku akibat taruhan yang dia buat untuk Randy.

"Nih, pulpen kamu Raf, yuk kita pulang hujannya udah reda" sahutku lalu berlari menuju sepeda motornya Dan kami pergi meninggalkan tempat itu.

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang