Malam ini entah angin apa yang mengingatkanku pada sosok Raffa. Saat menyimpan buku pelajaran sesuai jadwal hari esok, tiba-tiba aku mengingat Raffa. Pikiranku terbayang dengan kejadian saat dia memboncengiku dengan sepeda ketika kami merayakan keberhasilanku yang mendapat nilai 80 pada pelajaran matematika.
Telepon genggam yang sudah berada di tanganku mengajakku untuk mengirim pesan kepadanya. Tetapi, perasaan gengsiku jauh lebih tinggi di bandingkan rasa penasaranku terhadap dirinya. Ku urungkan niatku itu dan memilih untuk mulai bermimpi malam ini.
***
Kali ketiga kak Ken datang ke kelasku untuk menghampiriku. Ketika penghuni kelas ini belum sepenuhnya datang dan memenuhi ruangan ini. sosok lelaki yang selalu berhasil menenangkan hatiku kini sudah berada tepat disampingku di atas kursi Dena dan sepertinya hendak memberikan informasi yang penting.
"Naya nanti sore kamu sibuk gak" kata Ken sembari tersenyum
"Ntar sore Eemmm" lirihku sambil berfikir "Gak sibuk kok kak" jawabku sembari menoleh ke arahnya
"Bagus deh! Ntar kita ke toko buku ya. Jam 3 sore ya Nay!" sahut nya dan beranjak pergi
"Iya kak" balasku semangat
Lalu tanganku mencari daun kering di dalam laci dan aku mendapatkannya. Namun kali ini hanya sebuah daun kering tanpa coklat seperti yang ku dapatkan di hari kasih sayang kemarin.
Bahagia itu cukup sederhana
Sesederhana kamu tersenyum dan bersyukur
Dengan apa yang sudah kamu punya
Tersenyumlah! Kamu istimewa
Aku mencoba memahami setiap kata yang tertulis di daun kering ini. Ku coba merenungkan maksud dari kalimat itu. Segala kejadian yang menghadang baik menghasilkan suka ataupun duka apa mungkin dengan cara bersyukur dan tersenyum akan menciptakan kebahagian. Apa bahagia sesederhana itu? Pikirku memaknai pesan dari witch unknown
***
Entah apa yang merasuki kak Randy sehingga dia selalu mendekatiku secara tiba-tiba setelah hubungan yang di jalin dengan Sefia berakhir. Kemarin mengajakku bernyanyi bersama di depan siswa siswi di kantin dan hari ini dia kembali lagi membuat keajaiban terjadi di lapangan bola voli
"Naya!" teriak Randy sambil melambaikan tangan dan berlari mendekatiku
"Haa! Kak Randy? Ada apa kak" tanyaku tidak percaya dia memanggilku dan melihat dirinya yang sudah bercucuran keringat
Saat dia semakin mendekat aku melihat betapa tampannya wajah kak Randy yang di hujani keringat setelah bermain bola Volli bersama teman-temannya. Langkahku terhenti sedetik setelah mendengar namaku di sebut oleh cowok idolaku itu. Di depan mataku jemari kanannya menyisir rambutnya dengan lembut berulang-ulang membuatku tak kuasa menahan debaran di dadaku. "Ya Tuhan tampan sekali ciptaan mu yang satu ini" gumamku dalam hati.
Jantungku kembali tak sehat karena berdegup tak seperti biasanya. Mataku ingin berlama-lama menatap Kak Randy yang menyisir rambutnya itu. Jarak kami yang menipis memberiku ruang untuk menatap lentik indah matanya, hitam rambutnya yang di basahi keringat, seutas senyuman terindah miliknya, ekpresi cuek khasnya yang dulu berubah menjadi ramah, gerak-geriknya berhasil membuatku mematung tak kuasa mengucapkan sepatah kata dari mulutku yang terasa kaku.
"Naya, aku haus banget nih! kamu gak ada niat gitu ngasi aku minuman" kata Randy membuatku tersentak dan hampir saja mulutku mengatakan dia tampan
"Eeh eemm ini kak" ucapku menyodorkan sebotol le mineral yang baru saja ku beli di kantin pak Ucup
Dengan segera minuman itu di teguknya dengan mendongakkan kepalanya ke atas. Aku bisa melihat keringat yang berasal dari ubun-ubunnya kini menjalar ke lehernya saat meneguk minuman itu. Dan tak berselang lama kak Randy menumpahkan sisa minuman itu ke semua wajahnya. Membuatku semakin tidak bisa mengontrol jantungku yang berdetak tidak normal. Sumpah! Dia pantas di sebut cowok tampan di sekolah ini.
"Makasi ya Nay" ucap kak Randy sembari melemparkan senyum termanisnya itu kepadaku.
Ada apa dengan kak Randy pikirku, aku tidak percaya dengan kejadian barusan. Selama ini aku hanya bermimpi bisa menyemangatinya bermain dan memberinya minuman. Dan hari ini semuanya menjadi kenyataan. "Oh my God keajaiban terjadi lagi" pikirku dan beranjak meninggalkan lapangan itu.
Sefia ternyata memperhatikan semua perlakuan Randy barusan. Hatinya sangat panas dan meronta-ronta melihat Naya yang semakin dekat dengan Randy. Berulang kali dia berteriak kepada kedua sahabatnya dan menghentak-hentakkan kakinya. Dia tidak bisa terima jika Randy akan bersama Naya nantinya. Dan yang membuat Sefia begitu membenci Renaya adalah karna dia yang sudah membongkar perselingkuhannya dengan Jaka kepada Randy.
Sebuah rencana jahat sudah di persiapkan Sefia setelah melihat kejadian di lapangan tadi. Saat bel pulang sekolah berbunyi, Sefia meminta salah satu sahabatnya untuk membantunya melancarkan aksinya kepada perempuan yang telah berhasil membuatnya berpisah dengan Randy.
"Nay! Kamu di panggil Randy tuh di gudang sekolah" kata Cindy sebelum aku menyimpan semua barang-barangku ke dalam tas
"Ada apa cindy?" tanya ku penasaran, tak biasanya kak Randy mencariku dengan menyuruh orang lain
"Gak tau Nay! Tapi sepertinya kak Randy baru terjatuh. dia butuh bantuan kamu katanya" seru Cindy dan bergegas pergi
Mendengar kata terjatuh dari Cindy membuatku terburu-buru untuk pergi dan pamit kepada Sweet Squad tanpa menunggu ritual sederhana kami. Aku berlari menuju gudang sekolah, khawatir dengan keadaan kak Randy yang kata Cindy terjatuh. "Jangan sampai kak Randy kenapa-napa" gumamku dan terus berlari ke tempat yang di maksud Cindy
Sesampainya disana aku melihat pintu gudang itu tertutup, lalu tanganku menurunkan knop pintu dan masuk. Mataku mencari-cari keberadaan Kak Randy dan tiba tiba pintu gudang tertutup. Saat aku berlari mendekati pintu itu, seseorang baru saja mengunciku di dalam. Aku terkunci dan tidak ada kak Randy seperti yang di katakan Cindy tadi.
"Bukaaaa! Bukain pintunyaaa!" teriakku sambil menggedor-gedor pintu tersebut tapi tidak ada suara yang menjawab dari luar
"Hahahha Rasain loe! Emang enak gue kerjain!" ucap Sefia dengan setengah suara dan bertepuk tangan dengan sahabat-sahabatnya karna aksinya berhasil mengurung naya di gudang dan bergegas pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...