Hari ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Satu-satunya pelajaran yang bisa diterima oleh otakku.
Sejak aku pandai membaca di bangku SD aku selalu suka membaca buku yang berisi puisi, dongeng ataupun cerita pendek.
Sejak itu pula aku mulai mencoba-coba membuat puisi hasil coretan tanganku sendiri. Oleh sebab itu, aku selalu menanti jadwal pelajaran Ibu Lina.
"Nay, kamu bisa tolong bantu Ibu? Tolong kamu pergi keruangan saya dan ambil berkas berwarna coklat yang ada di laci saya"
Ucap Ibu Lina kepadaku sembari mempersilahkan aku keluar dari kelas.
Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga di kelas kak Mitha. Aku bisa melihat seluruh teman-teman kak Mitha yang mempunyai kegiatan masing-masing di lapangan.
Ada yang bermain bola kaki, bola basket dan juga bola volli.
Mataku tertuju kearah kak Randy yang sedang bermain Volli dengan teman-temannya. Keringatnya sudah bercucuran diwajah tampannya.
Rambutnya yang basah akibat keringat membuatnya semakin terlihat keren apalagi melihatnya menyisir rambut itu dengan jemarinya, sumpah tingkat ketampanan kak Randy semakin meronta-ronta.
Mataku tidak ingin berkedip menyaksikan kak Randy bermain. Aku memperlambat langkah Kakiku supaya bisa lebih lama melihatnya.
Entah mengapa hatiku tetap saja mengaguminya meski telah menyakitiku sesakit-sakitnya.
"Awww!" kepalaku pusing, ada benda keras yang melayang kearah ku dan menghantam kepalaku dengan sangat kuat.
Belum sempat aku melihat ke arah datangnya bola tersebut.
Mataku semakin kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas dan aku gak bisa melihat apapun dan kepalaku terasa sangat pusing bukan main. Dan aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.
"Kamu udah bangun?" seseorang yang duduk disebelah kanan menyapaku.
"Sshhh, aduuh kepalaku kenapa pusing ya ?" sahutku dan mencoba bangun.
"Tadi kamu kena Bola di lapangan lalu jatuh pingsan, makanya aku bawa kamu ke sini" jawab nya lagi
Ketika ku amati sekelilingku ternyata aku berada di ruang UKS dengan seorang laki-laki yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
Dia duduk diatas kursi sebelah kiriku sambil membaca buku yang ada di genggamannya. Lalu bangkit berdiri dan menghampiriku.
"Kenalin namaku Ken siswa kelas XII IPS 1" Sahutnya tersenyum sambil menyodorkan tangannya kepadaku.
"Makasi ya kak udah nolong aku tadi" balasku masih memegang kepala.
"Kalau boleh tau siapa ya kak yang udah sengaja melempar bola itu ?" tanyaku lagi penasaran.
"Oh itu tadi anak kelas XI yang bernama Randy gak sengaja memukul bola dan mengenai kepala kamu" tegas kak Ken perlahan.
Kak Randy ? kenapa harus kak Randy sih, apa dia belum puas menyakitiku.
Kenapa dia melempar bola itu kearahku, aku tidak yakin ini adalah ketidaksengajaan. Wajahku seketika cemberut memikirkannya
"Tersenyumlah! Mukanya jadi jelek tuh kalau cemberut" Kak Ken membuyarkan pikiranku.
"Makassi ya kak sekali lagi" ucapku dan menyambut tangannya yang sedari tadi diulurkan kepadaku.
"Namaku Renaya kak !" ucapku kepadanya sambil mengingat kembali kata tersenyumlah yang barusan dia ucapkan.
Aku sangat tidak asing dengan kata itu, ya kata yang sangat sering aku terima dari witch unknown di atas kertas daun kering.
Belum sempat menyelesaikan ingatanku, Kak Ken mengajakku pulang bareng.
Karena sejak kejadian tadi aku pingsan dan bangun setengah jam setelah bel pulang.
"Yuk, kita pulang. Kamu udah sanggup kan?" sambil menyimpan buku yang ada di tangannya ke dalam tas.
"Iya kak aku udah kuat kok, kepalaku juga udah mendingan" lalu beranjak dari tempat tidur yang ada di UKS.
"Nay, kamu udah sadar? Yuk belajar di perpus! Ajak Raffa menarik tanganku.
"Lepasin tangan Naya!" Tegas kak Ken kepada Raffa
"Nay, hari ini jadwal kamu belajar Matematika kan?" Balas Raffa lagi sembari melototiku.
"Dia baru aja sadar dari pingsannya. Kepalanya masih sakit dan gak mungkin bisa belajar" jelas kak Ken.
Lalu menarik tanganku dan mengajakku keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Raffa sendirian.
"Maaf ya Raf, aku gak bisa belajar hari ini" ucapku dan pergi bersama kak Ken.
Raffa terdiam dan terlihat kecewa atas pilihanku, memilih pulang bareng kak Ken dan membatalkan acara belajar kami di perpustakaan.
Aku seperti menemukan soulmate, kak Ken ternyata sama sepertiku. Pergi kesekolah dengan mengayuh sepeda. Dan tentu saja hari ini aku senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Fiksi Remaja[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...