"Sabar Nay, terkadang kejujuran memang menyakitkan, kamu jangan ambil hati ya dari ucapan Evita" ucap Dena menenangkanku yang masih menangis tersedu-sedu.
"iya Nay, besok juga Evita bakalan bicarain kamu lagi kok" sahut Ridan mencoba menenangkan juga
"Cepat atau lambat kebenaran akan muncul dengan sendirinya, biar dia sendiri yang melihat kebenarannya nanti" sahut Elsa menepuk pundakku lalu berlari mengejar Evita.
Evita menjauh dariku dan sampai pelajaran berakhir dia tidak ingin berbicara lagi kepadaku. Apa dia benar-benar telah membenciku? Hatiku sakit sekali melihat sahabatku sendiri tidak mempercayai aku.
***
Saat bel pulang berbunyi, Raffa sudah berada di kelasku. Dengan tas yang menggantung di bahunya.
"Nay, hari ini kita belajar ya, minggu depan ulangan matematika" ucapnya menungguku menyimpan semua buku yang ada di mejaku
"Eeh si ganteng!" ucap Elsa mendekati Raffa yang ada di dekat mejaku.
"lho kok hari ini" ucapku sembari menggantungkan tas di pundakku.
"Besok aku ada urusan Nay, jadi aku gak bisa ajarin kamu" jelasnya
"Yaudah kalau gitu" ucapku sembari menunggu teman lainnya berkumpul untuk melakukan ritual khusus sebelum pulang seperti biasa. Raffa tersenyum sesekali tertawa kecil melihat kelakuan sweet squad yang terlihat lucu di matanya.
"Yuk, raf" ucapku lalu pergi meninggalkan kelas
Dari kejauhan kak Ken terlihat berjalan kearah kami.
"Nay, kita ke kantin dulu bentar yuk" ajak Raffa menarik tangganku dan berbelok arah agar tidak bertemu dengan kak Ken. Raffa tidak ingin Naya bertemu dengan laki-laki itu.
"Nay!" Teriak kak Ken dan berlari menghampiriku yang spontan melihat kebelakang.
"Yuk, rapatnya udah mau dimulai" ucapnya sambil menarik tanganku
Oopps! Aku lupa kalau tadi pagi kak Ken udah ngasi tau dan aku udah mengiyakan untuk hadir dalam rapat
"Aduh Raf, aku lupa hari ini ada rapat sama anak jurnalistik" jelasku merasa bersalah kepada Raffa.
"Rapatnya besok-besok lagi aja Nay, belajar matematika jauh lebih penting. Minggu depan ada ulangan dari pak Jodi, jadi kamu harus belajar" jelas Raffa meyakinkanku.
"Tapi aku udah janji sebelumnya sama kak Ken" ucapku pelan bingung harus bagaimana
"Ini rapat pertama lho Nay buat kamu sebagai anggota ekskul jurnalistik" jelas kak Ken mencoba meyakinkanku untuk memilihnya.
Aku masih memiliki waktu beberapa hari lagi untuk belajar matematika gumamku memikirkan harus pilih yang mana sedangkan rapat ekskul ini adalah rapat pertama buatku untuk membahas tentang project baru yang sesuai dengan passionku.
"Aku harus ikut rapat ini Raf, aku masih punya waktu untuk belajar materi pak Jodi" jelasku kepada Raffa yang berharap menolak ajakan kak Ken.
"Yaudah, yuk Nay! Yang lain udah pada nunggu" ucap kak ken dan menarik tangan kananku untuk segera menuju ruang ekskul.
"Maaf ya Raf, aku gak bisa belajar bareng kamu hari ini " teriakku sambil sedikit berlari mengikuti langkah cepat kak Ken.
Harusnya kamu memilih belajar denganku Nay batin Raffa. Padahal hari ini Raffa ingin mengajak Naya ke suatu tempat untuk membantunya mengobati sakit hatinya atas kejadian tadi. Tapi, Naya lebih memilih Ken untuk ikut rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Jugendliteratur[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...