part lima

8.9K 790 20
                                    

Bruk

Mino melempar buku catatannya pada nino, dia menatap kesal karena nino tidak mengalihkan tatapannya dari ponselnya

"Pelajari yang gue tulis pake tinta merah, gue tinggal ke apartemen. Kalo udah balikkin ke kardus samping meja belajar gue"nino mengabaikan ucapan mino, dia lebih asik memainkan jarinya di atas layar ponsel, padahal mino bela-belain pulang ke rumah cuma buat minjemin bukunya dulu sama nino

"Masih gue liatin"gumam mino,

Nino tetap abai. Dia malah memunggungi mino, cekikikan sendiri karena grup chat di kelasnya.
Sabar mino sabar..

"Kayanya lo udah pinter banget ya?"sinis mino, nggak suka dia tuh kalo di cuekin gitu.

Nino menoleh, "baru tau lo kak"dia kembali asik pada ponselnya

"Gue aduin ke ayah lo"nino mencibir kakaknya, "dih, cupu lo. Mainnya ngadu"nino mendapatkan geplakan pelan di kepalanya, nino menatap sinis mino. Apa nggak tau orang lagi pusing, main pukul aja.

"Belajar lo, berguna dikit kek jadi anak. Sukanya bikin aib terus"mino beranjak keluar, menutup pintu kamar nino kencang. Nino hanya terdiam di posisinya yang terbaring, nino menatap langit-langit kamarnya. Lelu bergumam kecil "gue tau kak"lirihnya

Jadi bodoh dan nggak bisa apa-apa itu bukan maunya nino. Dia juga pengen kaya kakaknya, dapet usapan lembut dari ayahnya. Bukan malah pukulan yang ayah berikan kalo nino berbuat nakal, sekali-sekali dia bisa mendengar ucapan sarat kekhawatiran dari ayahnya.

"Gue tularin kebodohan gue mampus lo"gumamnya lagi,

Dia duduk di kasurnya, setelah di kerokin sama si mbak tubuh nino mendingan. Mualnya juga nggak terlalu, nino mengambil buku yang di pinjamkan mino. Membuka setiap lembarnya,

Awal menit dia lumayan ngerti, tulisan mino tergolong rapi untuk ukuran laki-laki. Nggak kaya punya dia, kaya ayam yang lagi nyeker-nyekerin tanah.
Barulah di menit selanjutnya dia mulai menguap lebar, nyamuk bisa masuk tuh. Nino rebahan sambil membaca setiap deret kalimat, lalu beralih ke buku selanjutnya.

Deretan angka, oke. Nino udah mulai pusing, dia ganti posisi jadi tengkurap di atas bantal.
Dan tak lama kemudian suara orang khas lagi berkelana di dunia khayalan terdengar, nino molor semenjak membuka catatan matematik milik mino.

Bukunya berserakan di lantai, hanya buku catatan mino yang masih utuh di kasur. Nino membuka matanya perlahan, dia menengok jam di nakas. Setengah jam lebih dia tertidur, nino segera membereskan kekacauannya.

Nino merasa mual kembali, dia berlari ke kamar mandi. Sesampainya di sana hanya cairan putih yang keluar, nino memijit keningnya karena pusing.

"Pantesan gue masuk angin lagi, suhu nya kaya lagi di kutub"nino mematikan AC di kamarnya, lalu dia keluar dari kamar nyari orang yang bisa mengeroki nya

"Mbak!! Kerokin gue lagi ya?"

"Loh, pulang sekolah tadi tuan muda udah kerokan. Sakit lagi?"

Nino mengangguk saja. Tubuhnya lemes,

"Ke rumah sakit aja yuk, mbak anterin"

Nino menggeleng, ujungnya nanti dia juga yang nyetir. Mbak mana bisa nyetir mobil, nino kan nggak punya kendaraan lagi karena di sita ayah

"Cuma masuk angin mbak, nggak parah ini"kata nino

Mbak mengangguk lalu menggiring nino ke dapur, dia mengambil koin dan minyak putih. Nino tengkurap di sofa, mbak memposisikan koinnya di punggung nino.

"Udah selesai mbak?"tanya nino. Sakit lho di kerok begitu, mana mbaknya nggak pake kelembutan lagi

"Satu kerokan beres tuan"nino mengiyakan menahan ringisan

Setelah selesai kerokan nino minta tolong di buatkan teh hangat. Perutnya kosong karena muntahan tadi, nino melihat sekeliling. Rumahnya sepi banget, dulu kalo ada mommy nya rumahnya selalu rame. Ibu-ibu tetangga pada main nggak kenal waktu, terus nino yang di bentak ayahnya setiap hari, lalu mommynya akan membela nino dan ikut marah sama ayah. Sekarang cuma ada nino seorang, nggak ada yang mau bela dia lagi. Kakak satu-satunya juga nggak peduli, mino lebih milih tinggal di apartemen. Mino juga nggak tau kalo nino sering di pukul ayah semenjak mommy nggak ada, yang mino tau ayahnya cuma sekedar bermulut tajam. Jadi dia nggak terlalu mikirin nasib nino yang dia tinggal di rumah sama ayah

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang