part tigapulu

6.2K 571 22
                                    

Lebih dari tiga jam lukas dkk belum juga pulang, dan juga keadaan kamar nino sudah seperti kapal pecah. Aneka bungkusan plastik dan kaleng bertebaran di lantai, celana entah punya siapa tergeletak begitu saja di kasur empuknya.
Berkali-kali nino menghela napas kasar, mulutnya dari tadi mengoceh tapi tidak ada yang menanggapi.

Raut wajah nino merengut kesal, ini tidak ada bedanya dengan kandang babi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raut wajah nino merengut kesal, ini tidak ada bedanya dengan kandang babi. Nino memilih duduk di kursi belajarnya, untung kedap suara ini kamar kalau enggak pasti udah di gerebek ayahnya.

"Itu muka lo kebelet boker ya? Nggak enak amat di liat" candra berkomentar sambil menyemil kue yang nino bawa beberapa waktu lalu, nino sih nggak masalah kalau kue nya abis di embat sama itu anak. Tapi itu remahan nya sampai terjatuh di atas buku catatan milik kakaknya!! .

"Saking eneknya gue liat wajah burik lo!" balas nino

Candra cuma terkekeh kecil, dia menyudahi nyemil kue nya. Dia beranjak ikut bergabung bersama lukas bermain ludo. Oh, astaga.. Kalau tau begini nino nggak akan mau mengajak mereka ke kamarnya.

"Woy! Ini gelas punya siapa sih, tumpah airnya!" pekik hanan, dafa menoleh dan mengambil gelas yang tadi sempat ke tendang. 

"Sialan! Lo curang mainnya!!" teriak nato

"Lo aja yang nggak bisa main, tolol!" lukas balas berteriak, "ini nggak ada yang mau bantuin gue gitu?" nino coba bicara, meski dia tau mereka nggak mungkin nanggepin.

Hah. Nino menghela napas lelah, dia memungut sampah yang tergeletak, membersihkan karpet beludru kesayangannya.  Dan juga kasurnya yang berantakan.
Udah. Nino udah nggak peduli lagi, biasanya dia yang ngerusuh di tempat orang. Tapi, kalau giliran mereka yang ngerusuh apalagi di kamarnya ini, nino nggak ikhlas. Serius.

"NONO!! GUE LAPER!!"

.....

"NONO!!"

"APA!"

"Hehehe"

"Hahahehehahahehe, pesen sendiri, bayar sendiri, makan sendiri sana" ucap nino. "Tau gini gue mending ngerjain fisika gue" dumelnya

Lukas sama candra gelendotan di tubuh nino, "nono, pesenin gih. Lo nggak kasian sama gue" kata lukas memelas, "muka lo nggak layak di kasihani" tukas nino

"Jahat banget sih" sekarang giliran hanan yang merengek, nino mendengus. Ini beneran nggak ada yang normal ya?!

Dia melepas paksa rangkulan lukas dan candra dia mau keluar kamar, dari pada pesen di luar mending masakan rumahan. Irit.

"Kita makan di rumah. Turun lo semua" nino memimpin jalan, mereka cuma mengekor di belakangnya. "Ini nggak ada foto prestasi lo?" tanya candra.

Hanan terkikik geli, dia menatap nino remeh. "Di tanya itu lho no"

"Gue terlalu pinter buat ikutan yang kaya begituan, nggak level" jawab nino asal

Mereka udah duduk diam di kursi makan, menunggu makanan siap dan mereka akan langsung menyantap.

"Makanan siap tuan muda~~" para maid memosisikan lauknya tepat di depan nino, mengambilkan nasi untuknya.

"Ini sebenernya kita di anggap nggak sih?" tanya dafa. Kok rasanya cuma nino doang yang di panggil dan di tawari dari tadi.

"Halo bibi, kita nggak di layani seperti tuan muda nino" lukas menyahut dengan menekan tiga kata terakhir, "maaf, kami bekerja untuk tuan muda kami" jawab salah satu maid sopan

Ck. Lukas mencebik, dia mengambil nasi dan lauknya bersungut-sungut. "Muka lo tambah mirip kingkong tau" celetukan nino membuat lukas tambah kesal saja.

"Om kok nggak keliatan?" tanya candra, "di kamar, lagi wik wik" jawab nino santai

Uhuk

"Wik wik?" tanya nato terbata, "iya. Padahal gue nggak mau adik" nino menggerutu, dia cuma kesal sedikit. Pasti nanti perhatian semua orang beralih ke adik kecil.

Lukas sama candra saling tatap, mereka menyeringai.
Dafa yang tak sengaja melihatnya bergidik ngeri. Pasti kedua bocah itu nge rencanain sesuatu, batinnya

Mereka menyantap makanan dalam diam, nggak sepenuhnya sih. Pasti ada aja keributan yang di buat sama lukas, rame banget pokoknya.

"Ini sisa terakhir punya gue!" pekikan candra membuat mereka menatapnya

Lukas menggebrak meja, nino sampai menyemburkan air yang ada di mulut saking terkejutnya. "Gak. Gue yang duluan liat tadi"

"Kita semua juga tadi ngeliat kok" nato menyahut, "lo diem aja berandalan jepun!" ujar lukas, nato langsung diem.

"Can, kasih ke gue aja lah. Dari pada kalian ribut begitu" lerai hanan

Lukas melihatnya tak bersahabat, ini beneran nggak ada yang normal ya. Cuma perkara tempe satu jadi ribut begini..

"Kalo lo mau, kejar gue sampe dapet" candra menantang, "kalo sampe ke tangkep gue penyet lo" mereka mulai berlari, saling mengejar dan berteriak.

"TOLONG, ADA KINGKONG NGAMUK" pekik candra, dia emang gitu. Kalo udah di kejar, histeris kaya anak gadis. "SIALAN LO CAN!" lukas makin mempercepat larinya.

Nino dan yang lain bagian menonton, mereka bertepuk tangan melihat kegigihan candra.

"Ada apa ini?!" suara bariton dari arah belakang membuat mereka terlonjak kaget, apalagi suaranya sengaja di tekan. Lukas dan candra berhenti, dia menoleh, perlahan mereka berdua mendekat "Nggak ada yang mau jawab" ujarnya lagi

"H-hai om..

Ayah menukik tajam, ini siapa lagi?

"Nino?" yang di panggil berdiri, dia memperkenalkan semua temannya. "Mereka cuma main yah" kata nino

Ayah mengangguk. "Jadi, siapa yang tadi manjat tembok samping rumah saya?"

Candra gelagapan. Soalnya kan dia pelakunya.

Dafa dan candra saling senggol. Lukas sendiri masih menampilkan senyum lebarnya. "Heh kamu! Ngapain senyum lebar kaya begitu? Gigimu bisa kering!" tegur ayah, nggak nyaman di senyumin bocah gede modelan lukas seperti itu

"Dia om...

Lukas dan dafa menunjuk candra. Sedangkan hanan menunjuk lukas, nato sendiri yang golput.
Sepertinya mereka anak baik-baik, ayah bisa liat gimana mereka menatap nino.

"Lanjutkan kegiatan kalian" ucap ayah, beliau melirik nino yang diam. "Ayah pergi dua hari ketemu kakekmu, diam di rumah. Kalau ayah sampe denger kamu keluar dari rumah, siap-siap ayah sumpal pakai dokumen ayah!" ujarnya lagi

"Kejam banget sih" pungkas nino kesal, "kamu cocok, baik-baik di rumah bocah!" dengan itu ayah keluar di ikuti beberapa bodyguard.

"Ayah lo keren banget, gila" gumam lukas, "tapi anaknya blangsak begini" dia melirik ke nino yang udah goleran di sofa sama hanan

"Blangsak begitu lo sayang kan?" bisik candra, lukas mendecih kesal. Kenapa dia bisa sayang banget sama nino coba?

"Apa gue di pelet ya?" pertanyaan ngaco lukas di beri hadian geplakan kuat dari nato, "ya karena nino pantes di sayang!" jawaban nato membuat lukas menganggukkan kepalanya

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang