part duaempat

6.7K 597 17
                                    

Jika bukan karena teriakan melengking dari depan pintu kamarnya, nino tidak mungkin mau beranjak dari kasurnya.  Nino terlalu cinta mati sama dia. Dengan kaki yang melangkah kasar, hingga bunyi hentakkan pun nino tak peduli. Dan ayahnya cuma menatapnya diam setelah nino berhasil datang di hadapannya. Ayahnya membawa sebuah map warna merah, lalu menyodorkan pada nino

"Baca sampai selesai, jangan memutuskan hal sepihak"

Nino mengambilnya dengan tarikan kuat, dia membaca setiap kalimatnya. Alisnya bertaut heran, dia menatap ayah dan map itu bergantian.

"Ayah yakin? Bukannya ini hadiah untuk kak mino?" kalimat tanya yang nino lontarkan mampu membuat ayah terdiam.

Di sana tertulis sebuah apartemen tak kalah mewah dari mino, bahkan lebih wahhh menurutnya.. Nino sempat mencuri dengar obrolan ayahnya dengan sekretarisnya, membicarakan soal apartemen dan ulang tahun mino, nino pikir itu hadiah untuk kakaknya

Ayah berdiri dan berjalan ke arah nino, "ayah tau kamu ini bodoh, bahkan melebihi orang bodoh di luar sana. Tapi apa kamu mau berpura-pura seperti ini?"

Kalau saja tanduk iblis benar-benar nyata, mungkin sekarang nino memilikinya. "Aku tak mengerti" keluhnya

"Hah, fisika. Kamu bisa kan di bidang itu? Ayah akan memberi kesempatan sekali. Jika gagal, kamu harus menggantikan ayah setelah lulus kuliah nanti"

"Tapi aku tidak minat tuh" jawab nino

"Benarkah? Berarti ini juga tidak minat kan?" ayah memainkan sebuah kunci mobil keluaran terbaru, nino berbinar melihatnya. Dia tiba-tiba mengangguk seperti anjing di beri mainan...

"Sabet juara pertama dan kamu ayah biarkan, jika tidak.. Ayah yang akan menentukkan apa yang harus kamu lakukan" nino hanya mengangguk, dia mengambil kunci mobil yang di lempar ayahnya.

Apa tujuanmu mulai sedikit oleng nino?

"Jadi, nino cukup belajar fisika kan? Tidak dengan berkas-berkas ayah?"

Ayah menggeleng, beliau memiting kepala nino di ketiaknya, lalu berujar dengan aura kental dominannya. Nino sampai merinding di buatnya, "tidak seperti itu juga bodoh, kamu tetap membantu ayah" ucapnya

"APA!!" teriak nino, "di luar kesepakatan. Batal batal" pekik nino, dia memukul-mukul lengan ayahnya. Dia mengaduh sakit, namun ayahnya mendadak tuli.

"Kamu pikir ini bercanda hem, perjanjian tetap perjanjian. Tidak ada kata batal, bocah nakal!!"

"Tapi ayah menipu. Ini sama saja memanfaatkan kelemahan lawan, tidak adil" nino menendang kaki ayahnya, dia juga memasang wajah tak terima.

Duak

Ayah melempar remote tv ke arah nino, yang di balas oleh delikan tajam nino. Nino mengusap sakit lengan yang kena korban benda mati itu.

"Kalau batal, buat nilai sekolahmu di atas 8, bisa?"

"Mana bisa begitu!!" kesal nino

Ayahnya kembali mendekat pada nino, dia berbisik di telinganya, "1:0" bisiknya

"Argggghhh, dasar penipu!!!"

Nino melempar kunci mobil yang di pegangnya, lalu mengambil yang baru di balik saku celana bahan ayahnya. Dia tau ayahnya tadi menukarnya, lalu nino juga mengambil berkas yang sengaja tua bangka itu siapkan. Dia mendesis kesal kala melihat tatapan kemenangan dari ayahnya.
Akan ku balas nanti, batin nino

Dia kembali ke kamarnya dengan bersungut-sungut, bibirnya sentiasa mengeluarkan kata-kata kotor.

Sedangkan ayah hanya mengendik bahu, dia kembali duduk santai di sofa. Lalu meminum wine yang telah di siapkan istrinya tadi, baru kali ini mereka tidak mencampur adegan fisik yang menyebabkan nino terbaring di kasur. Ayah mengusap kakinya, tendangan nino sakit juga ternyata.

"Tuan, apa anda yakin?"

"Ya. Aku tau yang terbaik untuknya. Hanya saja kejeniusannya mungkin sedang tertidur, sedikit demi sedikit akan terbiasa" ujar ayah

Bodyguard yang merangkap sebagai tangan kanannya di perusahaan hanya mengangguk, lalu kembali menatap lantai atas. Tatapannya menunjukkan harapan besar untuk seseorang di sana.

"Anak itu akan pergi menemui ibunya, pilih satu orang untuk mengawasi mereka. Hanya nino tidak dengan wanita itu" ujar ayah,

"Kapan?" tanya nya, dia sudah menggenggam sebuah ponsel, "lusa" jawab ayah

Dalam diam ayah memikirkan apapun yang akan terjadi nanti, entah itu baik atau buruk. Tangannya tanpa sadar meremat kuat gelas, seolah akan remuk.

"Tuan!! Tuan muda tidak ada di kamarnya" seseorang berlarian tergesa menuruni tangga, dia meraup oksigen sebanyaknya. Ayah berdiri, beliau langsung menuju lantai atas.

Membuka pintu dengan kasar, di sana tidak ada siapa pun. Kamarnya kosong dan gelap, jangan lupa berkas yang di mintanya belum tersentuh. Ayah menyeringai, bukankah ini mudah untuk menekan nino kembali

"Dia benar-benar bodoh" gumam ayah, ayah memungut chip di tas sekolah nino lalu menginjaknya hingga hancur.

"Tuan muda berada di cafe milik nya, mungkin sedang menunggu seseorang" lapor dari salah satu mereka,

Memang benar, ayah sengaja membeli cafe itu atas nama nino tanpa sepengetahuannya apalagi mino. Hanya ayah dan orang terpercayanya yang mengetahuinya.

"Siapkan hadiah untuknya jika pulang nanti, kita berangkat sekarang" titah ayah

Beberapa pria berbadan kekar langsung mengikuti langkah ayah, yang lain menyiapkan semua yang di butuhkan tuan nya di sana. "Awasi tingkah nino, jika melebihi batas hubungi segera" mereka mengangguk,

"Dan kau" tunjuk ayah pada wanita yang sangat dekat dengan nino, "rawat nino dengan baik. Beri makan tepat waktu, jika menolak. Sumpal paksa" kata ayah, "dia pikir nasi tidak beli pakai uang apa" gumamnya

"Jika nino bertanya tentang tuan, saya harus memberi jawaban apa?" tanya nya tergesa, pasalnya ayah sudah berjalan cepat ke arah mobil yang setiap saat stand by di depan,

"Membuat adik untuknya" ayah menjawab ketus, beliau langsung masuk ke mobil. "Pertanyaan bodoh!" setelah ayah masuk, beliau mengumpat lirih. Apa-apaan itu, biasanya juga biasa melihatnya pergi mendadak begini.

"Kinerja mereka mulai menurun apa harus ganti orang lagi" gumamnya, beliau membuat gestur tangan supaya sopirnya segera jalan ke bandara

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang