part mapuluhdua

4.5K 450 23
                                    

Pakaian yang di kenakannya lusuh, robek sana-sini. Serta noda darah mengering di sudut bibirnya, kain hitam melilit di kedua matanya. Tangannya terikat ke atas dan kakinya terikat rapat ke bawah.
Tidak ada yang bisa nino dengar, bibirnya kelu. Seingatnya dia tidak punya musuh bahkan dia tidak manyangka akan berakhir seperti ini. Apa salahnya? Dengan siapa dia bermasalah?
Hanya itu yang ada di pikirannya sekarang. Sesuatu yang dingin menyentuh pipi pucat nya. Seluruh tubuhnya tidak lagi bisa merasakan mana itu sentuhan dan mana itu pukulan. Tubuhnya mati rasa.

Plak

Bibirnya perih, sakit.

Bug

"S-sakith...

"Hm sakit? Ini tidak seberapa dengan sakit yang kami alami" desisnya tak suka

"Ttolongh, i..itu sakith..

"Apa kamu bilang? Berhenti. Ini sebagian kecil dari kesalahan ayahmu!" tanpa nino tau wanita di hadapannya meneteskan liquid bening, mengalir deras di pipi cantiknya. "Kamu dan ayahmu sama saja, apa kamu tau seberapa menderitanya dafa? Apa kamu tau seberapa besar pengorbanan untuk sampai seperti ini. Dan dengan seenak nya ayah tercintamu menghancurkannya!!" teriak wanita itu

Nino terdiam, berusaha meredam suaranya agar tak ikut memekik kesal. Kenapa semua yang ada pada ayahnya dia ikut terseret.
"Kenapa tante tega melakukannya pada saya?" gumamnya lirih

Hera tertawa kecil, dia mendekat, dan mencengkeram kuat rahang nino. Menamparnya untuk sekian kali. Hera menghapus kasar air matanya, menatap tajam wajah nino yang lebam kebiruan karenanya. "Akan ku pastikan  ayahmu akan hancur sehancur hancurnya"

Hera hendak melangkah pergi, sebelum suara lirih dari nino terdengar. "Sebelum tante menghancurkan ayahku, tante yang akan hancur lebih dulu"

"Kita lihat saja nanti" smirknya

Suara isakan kecil terdengar, dia takut. Gelap, nino tidak dapat melihat siapa saja yang melakukan hal keji terhadapnya. Terhitung lebih dari satu pria yang menyentuh kulit dan wajahnya. Dadanya sesak. Tubuhnya gemetar karena rasa sakit itu.

Pikirannya melayang, mengingat sendu wajah orang terdekatnya. Meyakinkan diri biarpun gelap nino tidak sendirian, ada banyak senyuman yang tertuju untuknya.





.......

"Aku beneran nggak tau nino dimana! Kenapa nyalahin aku sih Yah!"

"Ayah tidak nyalahin kamu. Ayah cuma nanya, kenapa malem seperti ini belum pulang?"

Ayah menghela napas. Ayah melihat jam yang menggantung di dinding, tidak biasanya nino belum pulang seperti ini. Ayah melirik mino di sampingnya, anak itu tengah mencoba menghubungi semua teman yang berhubungan dengan nino. Namun tak satupun tau dimana, ayah juga telah mengutus dua orang bodyguard nya untuk menjemput nino di rumah johny.

"Biasanya juga nino pulang hampir pagi kan? Ini tengah malem aja belum, udah di cariin aja" mino mengotak-atik ponsel pintarnya, sesekali menggerutu kala panggilannya di putus sepihak oleh sahabat nino yang menyebalkan itu.

"Ezra udah kamu telepon?" tanya ayah, "ponselnya mati" jawab mino

Melihat diamnya ayah, mino mencoba mengajak bicara meski harus di respon seadanya oleh beliau. Jam berganti jam telah terlewati, ayah belum juga menutup mata barang sebentar. Sedangkan mino tidur di sofa, menunggui nino yang tak kunjung pulang.

Keadaan semakin tak terkendali kala salah satu bodyguard ayah menemukan mobil nino di tengah jalan, mobil merah kesayangan nino hancur karena tembakan timah panas. Ayah mendongak pada langit malam, apa lagi ini? Kenapa kondisi rumit semacam ini kembali terjadi.

Suara gaduh yang di ciptakan ayah membuat mata terpejam mino terbuka, dia mendesis karena kepalanya berputar. Dia melihat raut wajah ayahnya yang kalut, bahkan ayahnya belum tidur.

"Kamu di rumah. Ayah ada urusan di luar" ayah berlari tergesa menuju kamarnya, mengambil kunci mobil dan berlari ke arah mino. "Jangan keluar tanpa bodyguard ayah!" ujar ayah

Mino semakin bingung melihat ayahnya panik seperti itu, dia melangkah ke kamar nino. Mengeceknya, apakah adiknya sudah pulang. Atau malah belum sama sekali.

Kosong.

"Apa ini alasan ayah terburu seperti tadi?" gumam nino. Dia masuk lebih dalam ke kamar nino, hawa di sekitarnya dingin. "Kenapa malam ini terasa beda, apa karena gue bangun di malam hampir pagi begini" mino tergesa keluar dari kamar nino, menutupnya cepat. Dia masuk ke kamarnya sendiri, dadanya berdetak cepat.

"Sebenarnya lo kenapa sih No?"



.......

"Tuan, chips yang saya pasang di tindikkan telinga tuan muda tidak terdeteksi" ujarnya tergesa.

"Apa tidak ada cctv di sekitaran sana?" ayah menatap satu persatu orang terpercayanya, mereka menggeleng. Karena posisi mobil nino berada jauh dari pemukiman warga. "Sebelum nino masuk di pemukiman ini, pasti ada satu dari sekian banyaknya cctv di jalan yang merekamnya" ayah mengusak wajahnya kasar

"Tuan, mobil yang mengejar tuan muda terdaftar dalam penculik buronan"

"Penculik?"

"Mungkin saja motif mereka menculik tuan muda adalah dendam pribadi atau musuh bisnis anda" jelasnya

Tiba-tiba pikiran ayah menuju pada hera. Wanita gila itu. Iya, pasti wanita itu dalang dari ini kekacauan ini semua.

"Tapi tuan, anda tidak curiga pada tuan daniel? Dia rekan bisnis anda yang beberapa bulan lalu meraup uang dari perusahaan anda secara diam-diam bukan?" ungkap salah satu orang terpercaya yang ayah miliki, mungkin seumuran dengan ezra. Cukup muda untuk ayah jadikan bodyguard bayangannya.

Ayah tidak bisa menduga-duga, persaingan dunia bisnis itu lebih rumit.
Ayah akui, daniel juga berpengaruh pada perusahannya. Namun, ayah harus memutus dari daftar  rekan kerja, karena perusahaan daniel cukup membuat keuangannya tersedot milyaran setiap bulan tanpa seizinnya atau orang perusahaan miliknya.

"Selidiki wanita yang bernama Hera dan semua mantan nama yang pernah menjalin kerja sama dengan saya, saya tunggu sampai pagi"

Ayah kembali memutar otak dimana kejadian kecelakaan itu terjadi, ayah menggeleng. Akan ayah pastikan nino tidak akan tergores sedikit pun. Ayah tidak sanggup melihat nino diam terbaring di tempat berbau obat-obatan itu.

Untuk sekarang biarkan ayah sedikit menenangkan hatinya, dan untuk nanti mungkin ayah tidak akan bisa menahan air mata menyedihkannya. Lagi.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang