part duasatu

7.2K 576 10
                                    

Sepertinya dunia sedang tersenyum, awan biru membentang menyerupai berbagai bentuk. Matahari kian menyingsing cerah, terlihat pria paruh baya berdiri tegap di depan kaca. Dia bisa melihat indahnya kota dari lantai 20, tangannya bersedekap di dada. Auranya memancar dengan gagahnya. Meskipun rambutnya sedikit di tumbuhi uban, namun ketangkasannya jangan di tanyakan lagi. Wajahnya dominan mirip si bungsu, bahkan kepribadiannya pun bisa di katakan kloningan nya waktu remaja.

"Mau apa kau singgah ke tempat ini?" ucapannya begitu menusuk, sedangkan wanita di depannya tak begitu menanggapinya.

"Yeah, sekedar berkunjung" tangan mungilnya menyusuri setiap jengkal benda di ruangan itu, dia berhenti di depan sebuah pigura di atas meja. "Kau masih menyimpan benda ini ternyata" ucapnya.

Pria itu mendengus. Dia menyambar benda yang di maksud mantan istrinya, menyimpannya di laci.

"Bagaimana kabar nino? Apa dia merepotkanmu, atau kah kau mau aku merawatnya? Aku dengan senang hati menerimanya"

"Kau pikir nino hewan dengan seenak jidatmu berkata demikian? Ingat. Kau tidak punya hak apapun atas nino" tegasnya

"Tidak bermaksud apapun. Bukankah tidak adil, kau menginginkan keduanya. Seharusnya nino bersamaku, mino lebih dari cukup untuk menemanimu" ujar wanita itu. Dia berkacak pinggang, tujuannya sudah jelas kan dia mau apa?

"Coba kau tanya pada nino, dia ingin bersama siapa"

Wanita itu mendongak angkuh. Dia menjentik kan jarinya, dia menatap remeh pria di depannya. "Ku pastikan nino akan memilih bersamaku, camkan itu" lalu dia berjalan keluar, menutup pintu kasar hingga berbunyi dentuman keras. Bunyi high heels nya masih bisa terdengar dari ruangannya, sejak tadi ayah memendam marah karena kedatangan mantan istrinya.

Jujur saja ayah cukup pangling dengan perubahan wanita itu, tubuhnya makin langsing dan wajahnya terlihat muda, seperti remaja. Ayah menggelengkan kepalanya, menghalau segala hal pikiran tidak-tidak nya.

"Sekali kau lepas, tidak akan bisa kau genggam lagi salwa pradipta" desis ayah



.......

Beda lagi kondisi yang tengah di alami mino, anak itu tengah mengendap-endap di belakang sekolah. Entah apa tujuannya dia berbuat seperti itu, dia tadi tak sengaja mencuri dengar pada sekumpulan adik kelas di kantin sekolah. Kalo nino dan teman-temannya sedang merencanakan sesuatu yang besar. Makanya mino membuntuti mereka sampai sejauh ini, bahkan mino mengabaikan rapat untuk perkemahan terakhir kelas 11&12

"Lo yakin mau bolos. Kita ada kuis sejarah loh, waktu itu kan kita absen gara-gara di hukum karena telat" celetukan hanan sengaja nino abaikan bisa gagal rencananya.

"Hush, lo diem aja. Kalian ikutin gue, ini kesempatan besar, mumpung buk gembrot gak keliling"

"Gue aduin ke buk BK tau rasa lo! Gitu-gitu dia manusia" kata dafa

"Lah, siapa yang bilang dia bukan manusia" jawab nino

"Bisa aja lo ngelesnya no" frengki menimpali, dia sudah memanjat tembok. Kemudian turun setelah menerima lemparan tas dari hanan. Di susul dafa lalu nino, tertinggal hanan sendiri.

Hanan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang melihat mereka bolos di siang hari itu. Mino sejak tadi mengintip mereka, dia ingin menegur tapi tidak jadi. Karena mino tau, nino pasti akan menatapnya sinis.

"Mereka bener-bener badung!!" gumam nino, tiba-tiba  seringaian muncul di sudut bibirnya. Dia punya rencana besar untuk mereka ber empat. "Dengan ini kalian akan saling menyalahkan" tawa jahatnya menggema di belakang sekolah,

Tukang kebun khusus sekolah menatap miris mino, "anak jaman sekarang emang sulit di mengerti. Ckckck" komentarnya, tangannya melanjutkan menyapu dedaunan di sana. Mengabaikan setiap tawa mino yang terdengar menyedihkan di telinganya.

"Lama banget lo nan, ngapain aja sih" nino kembali mengomel, sengaja melempar tas di tangannya. Untung reflek hanan cukup baik.

"Cabut sekarang? Keburu siang" ujar frengki sambil melerai dua sahabat itu yang melempar tatapan sinis

"Ini emang udah siang bodoh" dafa mendesis tak suka. Dia kepanasan, mana seragamnya udah banjir keringat.

"Sekarang dah. Oiya, mobil kita gimana? Zian, apa perlu kita jemput di sekolahnya"

Hanan menggeplak kepala nino, sumpah tangannya gatel banget. Apalagi nino melihat nya dengan watadosnya, jadi semakin menggebu niatnya. "Serah dah serah" hanan meninggalkan nino dengan bersungut-sungut

"Ya lo bodoh. Kita kan bolos, mana mungkin balik lagi ambil mobil. Apalagi mampir ke sekolah zian, mikir!" jelas dafa. Ikutan kesal kan dia, udah di bela-belain buat bolos malah respon lambat nino bekerja.

Sepeninggalan dafa dan hanan, keadaannya jadi senyap. Hanya deru mobil dan motor yang terdengar di telinga nino, dia menoleh ke arah frengki.

"Apa?"

"Susul mereka sana, gue mau nge es dulu" nino berjalan di cafe seberang dia berdiri, frengki membuntutinya dari belakang. Dia juga haus loh, masa iya dengan keadaannya yang begitu nino tega.

"Gue bukan babu lo. Ogah gue"

"Gue pun ogah. Kriteria babu menurut gue itu yang seksi, bukan datar macem lo"

Plak

Plak

"Sialan! Katanya ke rumah johny, malah mejeng di sini. Puter balik gak kalian!!"

Nino dan frengki terbirit pergi, mereka tau siapa yang melempar sepatu di kepala mereka. Jika bukan hanan mana ada yang berani dengan mereka.

"Kabur. Pak bos marah" teriak nino,

Hah hah hah. Napasnya tersenggal. Hanan mengambil sepatunya, ada yang terlempar sampai di atas meja pengunjung. Hanan merebut dari tangan waitress di sana, lalu membungkuk sopan ke arah mereka.

"Cocok lo jadi pengasuh mereka"

Hanan menatap dafa, lalu dia ancang-ancang mau melempar sepatu ke arahnya.

"Diem nggak lo. Sepatu ini ikut melayang ke arah wajah lo! " ancam hanan

Dafa mengangkat tangannya, tanda berdamai. "Gue bercanda kali, gue duluan deh. Lo nyusul ya, urus tuh kekacauan yang lo buat" kekeh dafa. Dia melambai heboh ke hanan, tidak membantu sekali sebagai teman.

"Bisa mati muda gue" gumam hanan, sembari memasang sepatunya di kaki.

"Woy!! Gimana ini makanan gue!!" teriakan salah satu pengunjung cafe membuyarkan pikiran hanan, dia mendengus. Menyesal karena melempar sepatunya tak tau tempat, tepat sasaran sih tapi malah jatuhnya ke meja orang. Apes banget sih.

"GAK SABAR GUE GILES LO!!" hanan balas teriak,

Apa ini karma karena bolos sekolah?, batin hanan nelangsa

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang