part tigatiga

6.7K 705 61
                                    

Menyesal kah?
Setelah semua yang terjadi, baru rasa menyesal itu dengan lancangnya datang.
Jika saja waktu bisa di undur dua hari lalu, ayah akan menolak dengan tegas anak bungsunya memakai mobil milik mino. Hatinya berdentum ketika mobil itu terguling dan masuk ke sungai, pikirannya kosong. Ayah tidak bisa berpikir jernih, tubuhnya merosot di tanah yang habis di guyur hujan lebat. Tangannya gemetar, rasanya seperti dejavu. Waktu itu mino pernah mengalami hal seperti ini, tapi ayah tidak begitu panik karena dulunya ada seseorang yang menenangkannya. Namun sekarang wanita itu bukan lagi miliknya, bukan lagi obat penenangnya.

"A-ayah...

Yang di panggil tidak bergeming sedikit pun dari posisinya, ayah tetap berdiri tegap menghadap jendela besar. Tatapannya kosong, mino tau ayahnya tengah terguncang.

"Mino.. Kau tau, ayah bisa memenuhi keinginanmu dalam sekali jentik. Apa harus kau melakukan hal sekeji itu untuk adikmu"

"Ayah sadar tidak, ini semua tidak akan terjadi jika saja ayah jujur padaku"

Ayah berbalik. Mino tertegun sejenak, baru kali ini ayah menatapnya tajam. Sejauh ini tidak pernah sama sekali. Kenapa rasanya sesak?

"Jujur tentang apa? Mino, kamu sudah dewasa. Kamu bisa terus terang pada ayah, kamu bukan nino, kamu bukan dia" lirih ayah, tangannya mengusap kasar wajahnya.

Mino tanpa sadar mengepal, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Kepalanya rasanya mendidih, apa adiknya memang se istimewa itu untuk ayahnya?
Kenapa dari kecil harus nino?

"Ayah selalu seperti ini, seolah aku itu yang terbaik. Tapi nyatanya? Segalanya nino, kakek pun seperti itu. Aku lelah ayah"

Untuk kali ini mino jujur akan perasaannya, dia kesal terhadap sifat ayahnya. Dia seolah sosok jahat di sini, nino membencinya karena anak itu pikir ayah lebih menyayangi mino. Padahal tidak seperti itu, ayah memang menyayangi mino tapi juara di hati ayahnya tetap nino yang memenangkannya. Apa dia sadar? Semua sikap ayah selama ini tentu saja bohong, menipu dirinya sendiri dan semua orang.

"Ayah menyayangimu. Kau anak ayah, jangan berpikiran dangkal seperti itu!!" ayah tentu saja murka, hati ayah seolah tercubit akan fakta itu. Dia menyayangi keduanya, semua sama. Hanya saja, bila untuk nino ayah sengaja memberinya ruang luas di hatinya.

Tes

Tes

"Ayah.. Rasanya sakit"

Grep

Ayah memeluk erat tubuh jangkung sulungnya, mendekap erat seperti dia mendekap si bungsu ketika dia sudah tertidur, dan ayah akan diam-diam memeluknya.

"A-ayah..

Tetes demi tetes yang turun dari mata indah mino membasahi kemeja putih sang ayah, dia terisak seperti beberapa tahun lalu. Ketika dia terjatuh sewaktu belajar naik sepeda, dan tangisan itu kembali terdengar di gendang telinga ayah.

"Ayah minta maaf heum" kata ayah, mino mengangguk meski isakan kecil masih terdengar. Semarah apapun dia, mino tidak mungkin mendiami ayahnya. Sekarang, sandaran ayahnya hanya dia. "Aku yang salah ayah, gara-gara aku nino sakit" ucapnya,

"No.. Ini sebuah kecelakaan, bukan salahmu atau salah siapapun" kata ayah menenangkan. "Aku kakak yang tak becus menjaganya ayah, aku rasa aku tak pantas menjadi kakaknya" suara mino kian melirih

'Maafkan aku'

Karena pada dasarnya, kesalahan mino akan selalu ayah maafkan sebegitu mudahnya. Mino sangat bersalah, dia tau mobilnya ada yang salah tapi mino sengaja memberikan kunci mobilnya agar nino membawanya. Dia nggak tau kalau niatnya itu malah membuat nino terbujur di ranjang rumah sakit. Di dalam ruangan khusus berbau obat-obatan itu, sendirian. Di tanya mino menyesal apa tidak? Dia menyesal.

Mino sejauh ini paham, ayahnya akan tetap ada di pihak adiknya. Apapun yang terjadi ayah tetap ada di samping nino

"Ayah" panggil mino, ayah cuma diam menatap kosong ke depan. "Kita ke rumah sakit ya"

"Buat apa? Adikmu belum bisa di jenguk, ayah tidak sanggup melihat tubuh ringkih itu mino"

Nino sakit. Ayah akan jauh lebih sakit. Pria itu tidak meyentuh sedikit pun makanan yang mino bawa, tidak menyentuh air yang sengaja mino siapkan. Alasannya membuat hati mino mencelos--

"Adikmu tidak makan dan tidak minum, jika ayah lebih dulu makan dia akan berteriak marah pada ayah. Adikmu selalu menunggu ayah makan bersamanya, ayah akan menunggunya. Jadi singkirkan itu semua"

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang