part tujubelas

7.5K 678 29
                                    

Pernahkah kalian terjebak di bawah alam sadarmu?
Nino berada di situasi itu
Sunyi. Gelap gulita. Sedikit pun penerangan tidak nino dapatkan.

Di ruangan serba hitam, banyak peralatan yang menurut nino sangat menyeramkan. Mengkilap jika ter bias cahaya. Dan juga membuat bulu kuduknya berdiri, banyak tali menggantung di dinding itu. Nino menatap sesosok yang tengah duduk menyender di kursi empuk itu, kakinya naik di atas meja. Arrogan sekali.

"Apa liat-liat!" ketus ayah, beliau berdiri lalu melangkahkan kakinya mendekat pada nino.

Nino sendiri semakin intens melihat pergerakan ayahnya, dia sudah tau kemana ayahnya melangkah. Dia juga tidak bertanya-tanya kenapa ayahnya melewatkannya, ayah hanya mengambil sesuatu di belakang nya.

"Ayah gila ya! Tubuhku sudah cacat yah! " nino berucap lantang.

Sedari setengah jam lalu ayahnya tidak berhenti melepas cambuk tepat di punggungnya, meski masih berlapis kain tapi itu perih. Apalagi bergesekan dengan kaos yang ia pinjam dari johny.

Hanya sekedar mengingatkan saja, karena nino sendiri muak akan perubahan tubuhnya yang di penuhi goresan luka. Lebam yang berhari-hari sulit sembuh. Nino yang harus berpura-pura baik adalah hal yang tersulit dia lakukan. Karena kenyataannya dia tidak seperti itu. Dia tidak se sehat yang mereka kira.

Jika mereka pikir nino adalah anak yang selalu berbuat onar dan membuat darah semua orang mendidih, itu benar. Tapi, apakah mereka pernah sekali saja berpikir jika apa yang di lakukan nino hanya sebuah alihan saja. Iya, rasa sakitnya akan sekejap hilang jika dia berbuat sesuatu.
Dengan itu, nino bisa melupakan apa yang telah dia lalui.

"Diam saja kamu! Siapa yang suruh kamu berbuat ulah!" tukas ayah

"Tapi kan...

"Tapi apa? Kamu ini memang harus di beri pelajaran nino, tidak seperti kakakmu yang bebas dari ancaman sepertimu"

Jika begini, nino semakin kesal saja. Apa harus semua di sangkut pautkan dengan kakaknya.

"Iya! Iya! Terus saja bela kakak, sial!" gumam nino

Ayah menatap nyalang nino, tangannya terulur di surai nino dan mengusapnya perlahan. Lalu beralih pada pipi tirusnya, menepuk-nepuk perlahan. Ayah mengernyit, karena tangannya tidak merasakan pipi yang semula gembil. Apa ini? Tirus.
Apa anak ini tidak makan dengan teratur, batin ayah

"Kamu diet huh? Mana pipi kelebihan lemak mu, ini seperti hanya tinggal kulit saja. Tidak cocok sekali, beda dengan kakakmu!" komentar ayah,

Kesal. Rasanya nino pengen melawan, tapi tangannya sakit karena cengkeraman kuat dari bodyguard kurang ajar tadi. Pasti membekas.

"Mau ayah sebenarnya apa?! Kalo urusan dengan kak mino, lebih baik aku keluar saja!!" suaranya meninggi, padahal dia tidak berniat seperti itu. Tapi salahkan saja suaranya yang berat dan serak itu, ahh nino menyesal telah bicara dengan oktaf setinggi itu.

Ayahnya terdiam, kaget mungkin karena ucapan nino.

"Hah" ayah mendesah lesu, "gimana ayah yakin melepas jabatan ayah, sedangkan kamu seperti ini" gumam ayah

Sepertinya nino tidak menangkap gumaman ayahnya, terbukti dari pancaran matanya yang menyiratkan bingung, kecewa, dan marah.

"Kamu di sini. Tidak ada keluar dari sini sejengkal pun, untuk sekarang tidak ada hukuman itu untukmu." lalu ayah berjalan keluar dari ruangan hitam itu, melempar sebuah ikat pinggang di tangannya sembarang.

Setelah pintu tertutup, nino berteriak marah. Air matanya meluruh. Bukan karena sakit di punggungnya, tapi hatinya. Ayah selalu saja membuatnya tidak berdaya dengan ucapannya, semuanya serba mino.
Dia pikir, nino mau apa menjadi seperti ini. Rasanya, ini seperti bukan dirinya saja.

"Ayah juga tidak mau jujur padaku, sebenarnya aku ini ayah anggap apa" nino mencicit kecil. Ya ampun, kalo di sadar dia seperti anak kecil nino pasti akan menyesal.

Sedangkan di depan pintu itu, ada seseorang yang mengintip apa yang di gumamkan nino. Orang itu mengangguk lalu berlalu pergi begitu saja, tidak ada yang tau apa yang akan dia lakukan. Yang pasti buruk atau tidaknya sosok itu hanya dia sendiri yang tau.







........

"Kemana sebenarnya anak ini! Sok sibuk sekali" sebal mino

Iya. Dia sedari tadi, mencoba menghubungi nomor nino tapi tidak aktif. Dia bingung, mau bertanya pada siapa lagi. Sedangkan dia tidak mengenal akrab semua teman nino, sedikit menyesal sih karena dia tidak tau apapun tentang nino.

"Coba ke rumah deh"

Mino menyambar dompet dan kunci mobil, setelahnya dia keluar dari apartemen dan menguncinya. Dia berjalan santai menuju parkiran mobil,

"I need u girl~ nananana~ i need u girl"

Bilah bibirnya melantunkan penggalan lirik lagu dari boyband yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya, beberapa kali tangannya ikut bergerak. Kepalanya pun ikut mengangguk-angguk, bagus juga itu lagu, pikirnya

Sebentar lagi dia sampai di kediamannya, mino tidak sabar ingin memarahi nino. Ya, gara-gara anak itu dia harus mengurusi orang tak di kenalnya kemarin. Katanya sih mereka kenalan adiknya, tapi penampilannya tidak seperti itu. Setau mino, adiknya tidak pernah jalan dengan orang berparas preman seperti itu. Apalagi yang mirip seperti kingkong, ada juga yang mirip ala jepang. Mana mungkin nino mengenal mereka kan? Mino saja tida yakin, makanya dia mau meminta penjelasan lebih dari nino.

"Tumben sepi" gumam mino

Dia turun dari mobil, melempar kunci mobil pada satpam, agar memarkirkan mobilnya. Mino berjalan menuju ruang tengah, biasanya berjejer bodyguard di sana, kok nggak ada. Mino makin penasaran, kemana mereka semua. Nggak mungkin di pecat massal kan?

Kakinya melangkah ke kamar atas, dimana kamarnya dan nino berada. Sedangkan kamar ayah ada di bawah,

"Lah, kosong" mino menutup pintu kamar nino, dia beralih ke kamarnya sendiri.

Merebahkan tubuhnya di sana, lalu memejamkan mata. Istirahat sebentar, palingan nino lagi keluar sebentar. Libur begini, ayahnya nggak mungkin meloloskan nino begitu saja.

"Kok rasanya aneh ya, tatapan maid di sini juga aneh" ucap mino

Mino mengendik acuh, dia benar-benar telah jatuh di bunga mimpinya. Tidak tau saja, kalau nino lagi di ruangan yang mino tidak tau. Mau sampai mino di sana sampai besok pun, nino tidak akan keluar. Karena mino tidak berusaha bertanya atau mencari di keseluruhan kediaman ayahnya.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang