"Apa yang ayah sembunyikan?"
"Tidak ada. Ayah harus pergi, kamu tetap di rumah"
Mino mencekal lengan ayahnya yang hendak pergi, dia menggeleng. "Dua hari ini ayah terlalu sibuk biasanya kalau aku di rumah, ayah tidak akan bekerja sekeras ini, nino juga tidak pulang. Apa yang ayah sembunyikan?" mino tetap mendesak ayah, menatapnya sendu karena ayah tetap bungkam namun tatapannya di penuhi rasa kekhawatiran
Ayah mencengkeram bahu mino, menatapnya dalam sembari memberikan senyum tipis, "percaya pada ayah, adikmu akan segera pulang dalam keadaan sehat"
Plak
Lengan kekar ayah yang bertengger di bahu mino dia tepis, mino menatap lekat mata ayahnya yang mirip dengan nino. "Apa nino sakit? Apa nino pergi karena aku di sini? Jawab Yah!!"
"Mino!" bentak ayah, "dengarkan ayahmu, nino baik-baik saja, dia hanya bermain petak umpet dengan ayah" mino terdiam, mencerna ucapan ayahnya.
"Aku tak mengerti" gumam mino. Ayah mengusap wajahnya frustasi, nino belum juga ketemu. Dan dia di teror oleh sahabat anaknya, kenapa kejadian seperti ini harus nino yang mengalami? Tidakkah Tuhan tau, nino tidak ada hubungan apapun dengan masalah yang ia ciptakan.
"Jangan sampai kakek tau, beliau tengah sakit. Kamu tetap di rumah, mengerti!" mino mengangguk dengan segala kebingungannya, "bagus. Ayah berangkat sekarang" pamit ayah, tangannya cekatan mengambil ponsel di saku dan menempelkan di telinga.
Berbicara dengan bahasa yang tak di pahami mino, dia mengikuti ayahnya keluar dari rumah. Memandangnya sampai ayah masuk ke mobil, mino mengusap dadanya pelan.
"Apapun yang terjadi sama lo, gue harap itu bukan hal yang membuat kami merasakan sakit karena takut" gumam mino
Sementara itu di jam yang sama tapi tempat yang berbeda, nino menundukkan wajahnya kesakitan. Tubuhnya kembali di hantam oleh benda keras, seperti kayu namun lebih dingin. Nino hanya mampu meringis sakit, bibirnya perih saking banyaknya lecet di sana.
"Ma-af...
Kata yang terlontar dari bibir nino tidak mereka waro, pria itu kembali melayangkan pukulannya.
"Maaf maaf. Kau tau, jika saja ayahmu meminjamkan aku uang untuk pengobatan anakku, si kecil ku tidak akan pergi"
Bug
Bug
"Ck. Sudahlah, dia bisa mati" ujar adam, "memang itu tujuanku, hera kemana?" tanyanya
Dia melempar benda di tangannya, menendang kuat perut nino. Adam meringis kecil, tidak ada celah lagi untuk membuat lebam di tubuh itu. Kulit pucatnya tertutupi darah, bahkan dari ujung rambut sampai kakinya di penuhi luka yang menganga, bahkan goresan panjang di kaki anak itu sudah parah. Mungkin infeksi.
"Wanita gila itu mencari anak nichole yang pertama, kenapa?"
"Tidak"
Nino mendongak, bukankah sudah cukup dengan dirinya? Kenapa harus kakaknya akan bernasib sama, itu tidak boleh terjadi.
"J..a.jangan, kak...ak
Mereka memusatkan atensi mereka pada nino yang sekarat, salah satu dari mereka mendekat. Melepas paksa lilitan kain hitam di mata nino. Nino mengerjap perlahan, dia membelalak. Di belakang pria yang menepuk-nepuk pipinya, nino kenal dengan pria di sana.
"Pa,,,man..
Yang di panggil paman membuang wajah ke samping, tidak menyahut panggilan nino bahkan tidak menatapnya. Dia mengabaikan tatapan memohon nino, "aku keluar sebentar"
"Nah, mana lagi yang harus aku rusak di tubuhmu"
Nino menggeleng pelan, jangan lagi. Dia tidak sanggup menahan sakit, kepalanya pusing melihat benda mengkilat itu. Matanya berair, dia menggigit bibirnya kuat menahan perih di punggungnya. Gila, mereka gila.
"Ayah tolong nino" tangisnya dalam hati, bolehkah nino menyerah saja. Dia tersiksa selama dua hari seperti di neraka.
Tubuhnya mulai menggiggil, dia menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara brutal. Sakit. Rasanya sakit.
......
"Tuan, koordinat wanita bernama hera kembali terlihat. Dia memasuki rumah kosong yang berada tepat di belakang sekolah tuan muda" ujar sang pemuda sambil berteriak, ayah seketika berdiri dari duduknya. Dia melihat tanda merah yang dia yakini itu hera.
"Kita kesana sekarang" ayah bangkit menuju mobilnya,
"OM!!" panggilan keras dari arah belakang membuat semua pasang mata menatap si pemilik suara. Kenapa mereka ada di sini, batin ayah
"Boleh kami ikut? Kami juga mau membantu mencari nino"
Ayah berpikir sebentar. Tak lama kemudian ayah mengangguk, lebih banyak orang lebih baik kan. Apalagi yang di depannya ini bukan sembarang bocah, mereka cukup kompeten juga.
"Kalian kenapa bisa tau saya di sini?" tanya ayah
"Kami melihat om keluar dari rumah johny, makanya kami menyusul" jawab lukas, nato mengangguk membenarkan. "Om, nino baik-baik aja" itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan, candra melihat ayah nino dengan mata yang berkaca-kaca. Dia selalu lemah jika berhubungan dengan nino.
"Ya. Nino baik-baik aja" gumam ayah, "harus baik-baik aja" tekannya lagi
Ucapan di bibir memang seperti itu, namun di hati tidak. Ayah tidak bisa mengontrol detakan di dadanya, ayah merasa semua yang ia coba yakinkan di hati malah membuat matanya memanas.
"Sampai tuan" satu persatu dari mereka turun, ayah berada di jajaran paling belakang, di depannya ada tiga sahabat nino. Di garda terdepan bodyguard muda pilihan ayah.
Salah satu dari mereka mendobrak pintu usang itu, ayah memasuki rumah kosong dengan lukas di sampingnya. Candra berkeliling bersama nato, mereka mencari keberadaan orang yang telah menyembunyikan nino selama ini.
"Siapa kau!!" pekik hera, dia menatap dua orang pemuda asing yang masuk di salah satu ruangan yang dia gunakan untuk menyiksa nino. Candra mendekat, tangannya bergetar melihat keadaan nino.
Air mata tidak lagi bisa ia bendung, berlomba-lomba untuk turun. "Nono" panggilnya lirih, sedangkan nato sudah berlari keluar mencari ayah nino dan lukas untuk di mintai tolong
"OM OM, NINO DI SINI!"
beberapa pria yang mendengar teriakan nato langsung pasang badan dan memaksa masuk di ruangan yang nato maksud.
Ayah menampilkan seringaiannya, hera memang wanita gila. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya. "Kau akan membayar semua ini. Tangkap dia!!" titah ayah
Beliau mendekat pada nino, membuka tali yang meletak di tangan dan kakinya. Memeluk anak bungsunya dalam keadaan berdiri, nino sudah tak sadarkan diri di pelukan ayah. "Lihat, ayah menjemputmu. Bertahanlah" bisik ayah, suaranya bergetar. "Maafkan ayah" lagi, air mata itu meluruh sebab dirinya gagal menjaga permatanya.
Candra kembali menangis di pelukan nato, meraung-raung melihat keadaan nino. "Dasar wanita jahat, tante tega sekali" lirih candra
Hera menatap drama di depannya tanpa ada niatan menjawab sepatah kata pun ucapan candra, hingga dia di bawa untuk di serah kan oleh yang berwajib pun mulutnya tetap terkatup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.