part sembilan

8.1K 702 13
                                    

"Hayoloh, ini hari pertama jangan usil lo"frengki menyengir jail

Nino menangkup tangannya di depan dada beserta sebuah tumpukan buku, bibirnya komat kamit sebelum memasuki kelas. Setelah selesai jompa jampi nino mengangkat salah satu buku catatan milik kakaknya dan menempelkan di kepalanya, berharap semua materi yang ada di buku itu jatuh ke kepalanya.

Hanan yang melihat kelakuan sahabatnya mendengus geli, ada aja tingkah alien nya. Mana bisa ilmu nya masuk ke otak kecil nya itu, dasar idiot.

"Dafa, contekin gue plis. Fisika janji deh, gue sering-sering noleh ke meja lo"nino menoleh ke dafa, berharap temannya itu mengiyakan ucapannya

"Gak"

Nino cemberut.
Dia mengusakkan surainya berantakan, dia melangkahkan kakinya masuk ke kelas. Sesampainya di kelas dan sudah menduduki kursinya, guru membagikan kertas soal dan lembar jawaban, nino membaca deretan soal itu.

"Sialan"nino menyesal sudah susah-susah belajar siang malam kalo ujungnya jawaban dari soal itu dia lupa semuanya, menguap begitu saja. Nino hanya bergantung pada hoki nya saat ini, semoga jawaban ngasalnya ada yang tepat. Nino belum siap berurusan dengan ayahnya

Nino melirik ke arah dafa dan frengki. Nino mengacungkan jari tengahnya kepada mereka, frengki memeletkan lidahnya, nino kesal setengah mati.

'Gue bakal bales lo preng'nino menyeringai ria

Jam pertama selesai, lanjut di jam kedua. Sekarang ujian fisika, nino bersemangat sekali. Dari sekian banyaknya mapel di sekolahnya hanya fisika yang nilainya selalu anti warna merah,

Nino membaca satu persatu soal itu, dia cekatan menulis jawabannya. Baru juga jalan setengah jam, nino hampir selesai. Dia menarik bibirnya ke atas, puas akan kerja kerasnya. Nino menyender di kursinya, berniat santai karena nino sudah selesai. Dia melirik ke frengki yang kentara sekali frustasi, nino bersiul pelan ke frengki. Dia melambai kecil dan memeletkan lidahnya, membalas apa yang di lakukannya tadi.

Dari gerak bibir frengki dan dafa mereka sepertinya tengah di ambang keputus asaan,

"Pak indra, frengki minta jawaban dari saya"

Frengki menyangkal, namanya juga nino dia punya seribu cara mengelak apa yang di sangkal frengki. Dan pak indra tentu saja lebih percaya nino, karena dia satu-satunya yang dekat dengan pak indra. Karena nino murid kesayangannya pak indra di mapel fisika,

Nino puas karena telah membalas frengki, dia maju ke depan buat mengumpul lembar jawabannya. Pak indra meneliti hasil nino, pak indra tersenyum

"Memuaskan seperti biasanya"komentar pak indra, nino mengucap terimakasih. Lalu melambai ke semua temannya, nino berjalan keluar santai.

Huh, koridor sepi sekali

"Wah.. Jinjjahhh, mereka bodoh apa gimana"gumam nino

Dia berjalan ke kantin, lalu dia menganga tak percaya. Hanya segelintir murid yang ada di sana termasuk kakak dan teman-temannya

Nino mendudukan diri di pojok kantin, "PAKDE, NINO PESEN YANG BIASA. MINUMNYA AIR PUTIH HANGAT!!"nino memekik kencang, suaranya menggema di seluruh area kantin. Karena kondisinya lumayan lenggang

"Makan yang banyak nak, pakde kasih bonus tempe goreng"kata pakde, "harusnya ayam goreng dari bukde, nino nggak laikeu ah"namun nino langsung melahap tempe itu dalam sekali lahapan ke mulutnya

"Adek lo pasti ngosongin semua jawaban soalnya, fisika kan sulit setelah kimia dan matematik"

Mino menatap adiknya, "nggak peduli juga"jawab mino. Tatapannya tak teralih dari nino, mino bisa liat betapa lahap adiknya makan.

"Samperin sono, adek lo ga bakal ilang. Batu banget sih lo"

"Apaan"

Mino mengalihkan tatapannya dari nino, temannya tau kalo mino sebenarnya ingin menatap adiknya lebih lama lagi tapi karena sebuah tembok tinggi mungkin mino belum cukup berani.

"Sebenernya lo tuh kenapa sih, dari kecil kayanya lo nggak deket sama adek lo. Sedarah padahal"

Mino menghembuskan napasnya kesal, "ya nggak tau hony!! Gue dari kecil udah di cekokin sama yang namanya belajar, bermain sama adek gue bisa di itung jari"mino menatap malas ke temannya, mengingat ingatannya waktu kecil dulu. Memang tidak ada momen yang begitu menonjol, mino cuma ingat adiknya pas waktu sakit dulu. Dia sendiri yang merawat adiknya dengan bekal pengetahuan seadanya. Nino yang begitu lengket padanya, namun mino lupa kelanjutannya,

"Lo sayang nggak sama adek lo"tanya hony, "ngaco lo hon, mana ada kakak yang nggak sayang sama adeknya sendiri"timpal salah satu dari teman mereka. Hony mengabaikan celotehan temannya yang lain, yang dia butuhkan adalah jawaban dari mino, jawaban atas hatinya bukan ego ataupun bibirnya yang seenaknya biacara tanpa landasan pikiran

"Ya kalo di bilang sayang sih, mungkin ada"kata mino, hony menangkap keraguan dalam ucapannya.

Hony menatap mino yang sekarang asik mengaduk minumannya, apa dia lagi mikirin ucapannya sendiri?
Kalau benar seperti itu, mungkin hubungan mereka akan membaik
Namun hony baru akan berdiri untuk membayar makanan mereka, nino lebih dulu menepuk bagian kepalanya kuat

"sialan!"hony mengaduh, dia menatap nyalang nino yang menyengir ria di hadapannya.

"Minta duit. Ayah lupa ngirim duit ke gue"tangannya mengadah tak tau malu di depan mino.

Mino merogoh saku dan mengeluarkan dompetnya, dia mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu lalu menyodorkan ke nino. Tanpa sepatah katapun mino beranjak pergi dari duduknya, soal makanan yang dia makan mino udah nitip pada hony.

Sedangkan nino tersenyum lebar, meskipun mino di luar cuek dan masa bodo terhadap nino, tapi dia tau apa tugasnya sebagai kakak. Nino menatap hony lalu merangkul kakelnya untuk bayar tagihan makanan mereka,

"Minta maaf ke gue"hony berhenti, nino menggeleng. "Tak nak"ucap nino dengan aksen dua bocil botak yang sampai sekarang tak lulus tk,

Hony meghembuskan napasnya kasar, sabar. Anggep aja dia di geplak ibunya, hony mengatupkan bibirnya lalu meninggalkan nino yang sulit menahan tawa.

"Ya ampun, perut gue sampe kram"gumam nino

Kemudian nino menyusul hony, berlari ala ala india, padahal kantin mulai ramai. Hony sampai menutup wajahnya karena malu akan tingkah nino yang nano nano

"Sumpah. Gue nggak kenal ni orang"hony menggumam sembari jalan cepat keluar dari kantin

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang