part delapan

8.4K 703 6
                                    

Nino memutari lapangan olahraga out door sebanyak 7 kali, sialan. Jiwanya seperti di tarik ulur, pasokan udara sulit dia raih.. Nino menyeret kakinya menuju pohon di samping lapangan, nino merebahkan tubuhnya di sana. Nasib buruk sepertinya masih mengelilinginya, telat datang ke sekolah, di hukum guru piket dan nino samsek belum mengerjakan tugas matematik minggu lalu. Sepertinya dunia seakan tidak bisa membiarkan nino tenang sedetik saja.

"Lari secepat kilat. The flash"nino tiba-tiba berdiri dan berlari penuh ke kelasnya, bodo amat sama hukumannya. Demi tugas dan lari dari amukan guru matematik paling menjengkelkan lagi.

Setelah sampai di kelasnya, nino menggebrak meja milik dafa, ketua kelas pemegang nilai terbaik sampai saat ini. "Minjem tugas dari bu indah tam, nanti gue contekin fisika pas ujian.. Kalo gue nggak lupa, hehe"ujar nino sembari bernegosiasi ria

"Sialan lo..

Tapi dafa tetap menyodorkan sebuah buku pada nino, dafa tak sampai hati membiarkan salah satu teman kelasnya di aniaya bu indah. Nino cukup berpengaruh pada jalannya struktur kelas, jika bukan karena nino mungkin kelasnya akan tetap di tindas kelas sebelah

"Soal cuma tiga, jawaban se abrek gini"nino menatap tak percaya pada buku dafa.

"Udah si nyalin aja banyak protes. Bu indah keburu masuk geblek!"sambar frengki

"Iya iya, galak banget sih preng"ucap nino,  "pantes jones"lirihnya

Nino cepat-cepat menulis jawaban di bukunya, saking cepatnya tulisannya sampe amburadul ngalor ngidul.

Beberapa menit kemudian nino mengembalikkkan buku dafa dan dia duduk di bangkunya semula, yaitu di samping hanan.

"Gue besok ijin, mau ke kampung jenguk nyokap"kata hanan

"Tante sakit nan? Kok gue gak tau"

"Emang lo siapanya nyokap gue? Udahlah, doain cepet sembuh biar gue cepet balik kesini"nino mengangguk. Tidak berniat buat melanjutkan obrolannya karena guru sudah memasuki kelas

Nino memosisikkan tubuhnya agar tegap dan menghadap ke depan, nino serius memerhatikan materi deret dan angka di papan tulis. Tangannya sesekali mengacak surainya hingga berantakan, satupun tidak ada yang nino paham. Menguap begitu saja setelah dia menatap ke arah lain.

Tatapan mata nino tetap ke depan, hanan sampai keheranan. Tumben gitu nggak ada setan ngantuk yang nempel di diri nino. Sejarah baru apa ya.

'Kok papan tulisnya jadi burem sih"batin nino.
Dia mengerjap beberapa kali, namun tetap saja blur di matanya. Nino juga tidak merasa ngantuk, dia baik-baik aja. Apa minus ya?,pikirnya

Nino menoleh ke belakang, "sis, lu minus kan? Coba minjem"tanyanya

Orang yang di panggil sis tadi mendongak, dia melepas kacamatanya lalu menyodorkan ke nino

"Kalo nggak cocok bisa pusing no, mending lu beli sendiri sekalian ngecek minus lo berapa kalo saran gue sih begitu"hanya samar-samar yang nino tangakap dari siska. Dia tidak sepenuhnya fokus,

'Gue nggak minus tuh'gumam nino

Dia melepas kacamata dan menyodorkan kembali pada siska, semuanya jelas. Tanpa kaca mata juga sangat jelas,

"Biar gue ijinin ke gurunya"bisik siska, nino hanya bergumam karena dia tidak mendengar jelas suara di sekitarnya. Hanan yang bertanya kenapa pun di abaikan olehnya

"Bu.. Nino sepertinya matanya minus, dia burem ngeliat ke depan"

Bu indah mengangguk, lalu menyuruh nino untuk mengecek ke uks. Guru itu juga tidak ingin mengambil resiko jika muridnya sampai ada sesuatu

Hanan ingin menemaninya tapi karena materi yang di jelaskan bu indah penting untuk ujian jadi nino melarangnya, hanan kembali duduk ke tempatnya membiarkan nino berjalan sendiri ke uks

Nino sampai di sana tidak sendiri ada teman kakaknya yang juga terbaring di ranjang uks, nino mendekatikanya dan menepuk pelan bahunya

"Nono sakit? Kok bisa sih"oknum bernama seli membantu nino untuk berbaring di ranjang sebelahnya

"Kak seli ngapain sih manggil gue nono, sksd banget dah"seli cemberut, sebagai kakel kan harus ramah tamah sama adkel. "Lo nggak suka emang?"nino menggeleng, nino hanya menganggap panggilan itu untuk orang yang benar-benar mengenal dirinya. Seperti hanan, meskipun sikapnya menjorok sekali buat di jadikan bahan umpatan.

Hanan itu super sekali menyebalkan,

"Nggak lagi-lagi deh, oiya tau nggak kalo mino bakalan jadi pemandu kalian kemah di bukit"seli membuka bicara setelah mengolesi minyak kayu putih di tengkuk nino, perasaan tadi nino ngeluh nya matanya burem deh.

"Kak, sehat kan? Gue nggak masuk angin loh, mata gue yang bermasalah kok tengkuk gue yang di elus-elus"

"Ya ini emang prosedur nya nono! Diem aja deh biar gue yang kerja"

Nino menatap datar kakelnya itu, bilang aja sekalian modus. "Derita anak ganteng dan manly ya kaya gini"gumam nino narsis

Seli memperlihatkan giginya yang rapi ke nino,  bermaksud kalo dia udah selesai meraba tengkuk nino. Dia memosisikan di samping nino,

"Lo bener adiknya mino kan?"

"Apa banget dah kak pertanyaan lu"tukas nino, dia tau lasti topiknya nggak jauh-jauh dari perkataan halus namun mengena di hati nino. Semua orang memang begitu, di awal aja manis tapi di belakangnya bakalan nusuk secara halus

"Ganteng sih mirip, tingginya juga kayanya sepantaran deh. Tapi, kok IQ lu segini"seli memeragakan jempol dan telunjuknya seperti bundaran kecil, pokonya yang mengecil gitu.

Nino bahkan hapal di semua angkatan kakaknya banyak yang menghinanya secara diam-diam. Menggosip yang tidak-tidak. Bahkan nino juga tau kalo mereka yang selalu memprovokasi guru-guru untuk tidak memperlakukan kelasnya sama seperti kelas lain. Dengan dalih kelas nino perkumpulan anak tulul dan tidak berguna bagi sekolah. Alasan klise dan sampah.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang