part tuju

8.6K 704 10
                                    

Nino terbangun lebih awal dari biasanya, yang semula bangun jam setengah tujuh sekarang nino bangun jam lima pagi. Nino berdecak ketika sepasang setelan lengkap khas sekolah sudah siap menggantung di depan lemari,

"kerjaannya mbak nih pasti"monolognya

Nino dengan malas menyambar handuk dan memasuki kamar mandi. Bunyi gemericik air terdengar memenuhi kamarnya, nino berdiri di depan kaca kamar mandi. Meneliti setiap lekukan tubuhnya yang tidak lagi mulus. Bercak merah dan goresan hampir memenuhi punggung serta dadanya.

Nino mengusap bekas itu perlahan, anggap aja ini tanda lahir. Mau jijik pun ini tubuhnya sendiri, setiap saat dia melihatnya.

"Tua bangka sialan"gumam nino, selintas ingatannya memutar semalam, rasa marah dan kecewa kembali hadir.

Nino merutuki sifat tidak berdayanya di depan ayah, selalu seperti itu. Nino akan menciut takut ketika di hadapan ayahnya. Kenapa perasaan ini harus ada di dalam diri nino, kenapa dulu mommy nya selalu menanamkannya.

"Mom, kenapa nino nggak bisa mukul balik ayah. Nino kangen mom, nino sakit mom. Ayah nggak ngerti posisi nino"tangisan khas anak kecil ketika keinginannya tidak terpenuhi kembali hadir di pagi buta itu, nino butuh sandaran ayahnya. Hanya beliau satu-satunya orang yang nino percayai.

"Nino kangen kakak. Nino kangen ayah. Nino kangen keluarga kita mom"nino melampiaskan pada dinding kamar mandi, rasa ngilu menjalar sampai kepalanya tiba-tiba pusing.

Cukup lama nino berada di kamar mandi, nino segera keluar dan memakai seragam sekolahnya yang telah di siapkan. Nino mematut diri di cermin, wajahnya pucat. Tidak seperti biasa yang memancarkan kekonyolan tiada tara, nino tidak mood. Nino merasa gelap akan aura nya sendiri

Tok tok

Nino menoleh ke pintu. Lalu dia beranjak untuk membukanya, mengubah raut wajahnya menjadi santai dan ceria

"Tuan muda sudah di tunggu nyonya di meja makan, untuk sarapan bersama"

Nino mengangguk ragu, dia kembali menutup pintu lalu menyiapkan buku sesuai jadwalnya dan tak lupa kotak kecil yang berada di laci meja belajarnya,

"Pasti wanita tua itu mau caper ke gue, gak bakal gue anggep nyampe gue tinggal abu"dengan langkah terburu nino menyusul ke meja makan

"Oey..Keponakan bodoh salam sama paman jeniusmu ini!"tangannya melambai ke nino, nino tak menggubrisnya. Dia duduk di samping wanita yang semalam pamannya bawa ke rumah

"Pagi begini berangkat mau apa kamu? Nyalin tugas?!"sarkas ayah

Nino memutar mata malas, tuduh aja terus. Bukannya sekali-sekali di puji berangkat pagi malah di tuduh yang nggak-nggak

"Ayah nggak usah sok peduli sama nino, tinggal terima beres soal nilai yang ayah bangga-banggain"ujar nino

Terlihat wanita yang jadi ibu tirinya akan mengambilkan sepotong roti padanya, tapi nino keburu mengambil sendiri. Nggak sudi dia makan hasil dari tangannya wanita itu

"Nino mau ikut paman ke rumah paman zo nggak?"nino menatap penuh harap ke paman bejatnya, nino berharap banget bakalan di ajak beneran ke paman tersayangnya

Ayah mendelik tak suka. Nino memelet, berniat mengejek sedangkan tama mengacungkan jempolnya ke nino kalo dia setuju

"Tam.."geram ayah

"Ayah kaya binatang aja sih menggeram. Eh, bukannya ayah emang binatang ya paman tam"nino tertawa sinis ke arah ayahnya, itung-itung balas dendam karena selalu membuatnya tersudut

Paman tam terkekeh, dia menatap nino lesu. Ah keponakannya ini memang sesuatu.

Wanita itu melihat nino dan ayah bingung, baru semalam mereka bertengkar sampai nino terluka tapi kenapa pagi ini seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tante ini kenapa ngeliatin gue kaya gitu? Terpesona sama saya ya?"nino mengedip genit

"Nggak, kalian semalem kan...

Nino mengangguk paham apa yang di pikirin wanita tua itu, "asal tante tau ya, ayah udah biasa kaya gitu. Nino juga terbiasa nerima semuanya, nino kan anak baik ya nggak yah?"nino menaik turunkan alisnya, berniat membuat ayahnya kesal

Ayah menatap datar nino, lalu beranjak pergi tanpa sepatah kata pun

"Ayah tempramen mu kesal karena kamu mau ke rumahnya zoe"ucap tam, nino mengendik acuh.

"Ujiannya tinggal menghitung hari, udah siap terima konsekuensinya?"tam bertanya sambil menyuapkan buah ke mulut wanita di sebelahnya, wanita itu mengelus jakun pamannya menggunakan lidahnya

Nino mengernyit jijik kala melihat adegan itu, iuhhh. "Dari dulu udah siap. Paman bejat.. Maksudku paman tam kapan pulang?"nino kelabakan ketika salah memanggil pamannya, bisa-bisa di gantung dia

"Hem.. Ngusir kamu!"paman tam menoleh galak ke nino, kurang di hajar kali ya nino, seenak udelnya mengusir pamannya sendiri

Nino berdiri lalu menenggak susunya, dia mencangklong tasnya. Siap pergi sekolah, hilih.

"Cepet pulang paman bejat, rumah mom bukan hotel buat nampung JALANG!!"

Nino berlari sekuat tenaga keluar dari rumah, nino tertawa mendengar umpatan kasar dari paman maupun ayahnya. Mungkin ayahnya merasa tersindir kalau ucapannya juga tertuju pada ibu tirinya, nggak sia-sia menekankan kata jalang keras-keras.

Nino jatuh terduduk di depan gerbang, nino merasa linglung, padahal dia tadi masih baik-baik aja. Kenapa sekarang malah goleran di gerbang, nino menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruknya

Nino segera berdiri dan memesan taksi online,  nino menunggu hingga jam 7 lewat.
Setelah taksinya datang nino langsung masuk dan pergi ke sekolah. Dia sudah telat 20 menit, semoga saja nanti yang jaga gerbang anak osis, bisa mati dia kalo guru yang jaga.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang