Brukkkk
Beberapa orang yang berada di dalam restoran terkejut mendengar suara tabrakan itu, tubuh keduanya sedikit oleng, nino jatuh ke lantai kecuali satu orang. Nino pun mendongak, betapa kagetnya dia melihat seorang pemuda, mungkin seumuran irwan, berdiri menjulang di depannya. Tatapannya datar. Nino mencibir kala orang itu langsung pergi tanpa menolongnya terlebih dulu
"Sialan tu orang, nggak liat apa badan segede ini" celotehnya, tanpa banyak pikir nino segera menghampiri meja dimana semua sahabatnya berada. Masih dengan kekesalannya yang belum mereda.
"Kenapa lo?" tanya candra
"Jatuh di tabrak tiang!" jawab nino, dia mendaratkan bokongnya di sebelah nato. "Hah? Tiang?" beo lukas
"Tiang berjalan, muka tembok, kelakuan seperti es" lagi-lagi nino membuat lukas bingung. Johny terkekeh kecil, dia menggeleng pelan menatap obrolan nino dengan lukas. Orang bego kalau di satuin memang seperti itu, nyambung enggaknya ya tetep lanjut berbincang.
"Udah ngumpul semua kan? Kecuali kamal dan dafa ya" febri membuka bicara melihat semua temannya duduk melingkar di meja yang khusus ia pesan, "sekarang pesan lah makanan yang kalian suka, gue traktir. Gue sedikit dapet rezeki" tambahnya
Lukas dan candra riuh, mereka memekik kesenangan. Tanpa di suruh 2x mereka segera memesan makanan yang mahal dan enak, begitu pula nino.
"Apa cume gue yang merasa kalau dafa semakin menjauh dari kita?" kata johny di sela makannya, "iya. Cuma lu doang" nato menyahut asal di seberangnya
"Gue serius wahai pemuda jepun" ujar johny kesal, nato mengendik acuh masih mengunyah sushi miliknya
"Kamal juga ikut-ikutan. Aneh nggak sih?" hanan buka bicara, dia memisah kulit ayam milik nino untuk dirinya sendiri. "Makan berdua ya no" ucapnya
Nino mendesah kesal, hanan apa nggak liat semua temannya pada ngeliat mereka berdua aneh. Kelakuannya minus banget, dia kan bisa pesen kulit ayam tanpa ayamnya. Kenapa harus merecoki nino. Mana hanan makan sepiring berdua dengan nino. Sudah seperti suami suami aja sih!!
"Sana! Sana! Gue gak mau berbagi!" nino sedikit mendekati kursi nato, dia menjauh dari hanan yang tengah menggerutu sebal di tempatnya. Maksud dia itu dari pada kulit ayam nino terbuang di perut karet nino, mending masuk ke perutnya saja.
"Terus gimana? Perlu di selidiki?" usul nino, 'gue malah ngerasa dafa menjauh karena gue kak' batin nino sendu
Febri menggeleng tidak setuju, "biarin dulu aja, kita tunggu dia buka suara. Kalau sampe diem terus, baru kita sidang dafa dan juga kamal" ucapnya
"Masnya, gue pesen pizza nya dua kotak lagi ya, sama burger spesial satu" ujar lukas
Candra menambahkan, "gue seafood, sama bubble tea"
"Sushi tiga lagi, yang dua di bungkus deh" nato ikutan nimbrung
"Kulit ayam yang banyak, ice lemon tea satu" nino menyahut, "gue samain sama sahabat gue ini ya masnya" hanan menunjuk nino
"Di tunggu ya"
Febri menganga lebar. Beneran ini mereka semua yang pesen? Kok banyak amat. Dia melihat johny dan zian yang santai makan tanpa nambah, lalu irwan cuma makan nasi goreng doang. Hm, memang salah menatraktir makan jika ada lukas dan perusuh yang lainnya.
'Harusnya gue ajak johny, irwan sama zian aja" batin febri
Beberapa menit telah berlalu, nino menyender lemas di kursinya. Tangan nya menepuk halus perut yang sedikit membuncit. Tidak beda jauh dengan candra dan hanan, lukas bersendawa keras. Mengundang johny untuk memukul kepalanya, dasar tidak sopan.
"Sehabis makan tanpa bersendawa itu kaya ada yang kurang" lukas menanggapi santai beragam ekspresi dari sahabatnya
"Bayar bon nya kang traktir" celetuk hanan, nino terkikik geli melihat wajah masam febri. Rasain, sok-sok mau traktir sih.
Ha?
Ha?
Hah!!!
"Bener segini mas tagihannya?" tanya febri, alisnya mengerut. Benar-benar tak bisa di percaya, dua juta lebih dia mengeluarkan uang untuk sehari!
Febri menatap kertas di tangannya dan pelayan pria itu bergantian, bibirnya semakin dia kerucutkan.
Febri menarik dompetnya tak ikhlas, pupus sudah uang dua juta nya...Bye bye uang saku bulanan...
"Kalian tau nggak gue cuma bawa uang tiga juta, dan kalian makan kaya orang kesurupan" febri memasukkan dompetnya di saku kesal,
"Nggak ada duit mah bilang aja kali, ya nggak no?" ucap lukas sambil memainkan pipetnya di mulut. Candra terkikik geli, sok-sok an sih. Biasanya juga patungan kan.
"Ck, gara-gara makan kalian kaya babi nih" gumam febri
"Kenapa jadi nyalahin, kan lo sendiri yang bilang mau traktir" ucap irwan
"Kalian denger kan sebelumnya gue bilang apa? Gue dapet Sedikit rezeki! Sedikit. Paham!" ucap febri
"Lo tau sendiri kan berapa banyak mereka makan" timpal johny
"Halah kak, sekali-kali nyenengin sahabat sendiri apa salahnya sih. Perhitungan mulu perasaan...
"Orang yang nggak pernah ngeluarin duit pas kumpul mah mana ngerti!" nino menyahut sambil melirik lukas, dia berhigh five ria bareng febri.
Kena kan lo!
"Nono mah gitu sama luke"
"Cabut sekarang, kita minep di rumah johny" febri beranjak terlebih dahulu, dia menarik tangan irwan buat cepat berdiri.
"Heee, makan-makan lagi nih kita" teriak candra
"Yoi" zian memekik senang
Johny mengusap dadanya sabar, kenapa harus di rumah dia terus? Sekali-kali ganti suasana kek, habis sudah stok bahan makanan bulanan ibunya.
"Nono semobil sama gue" hanan merangkul bahu nino, kemudian di tepis oleh lukas dan candra. Mereka setengah menyeret tubuh nino agar masuk ke mobil milik johny, "hey! Nino naik motor bareng gue" teriak irwan
Nino sebagai objek perebutan dari mereka cuma bisa pasrah. Siapa pun yang mau nebengin dia nggak masalah, selagi nggak jalan kaki.
Plak
Helm yang di gunakan irwan di tampol halus oleh febri, dia menaiki jok belakang irwan. "Lo sama gue, kunci mobil di bawa zian sama nato..cepat jalan" kata febri
Irwan mendengus kasar. Dia mengegas motornya tak santai, sampai-sampai febri harus berteriak heboh di jalan. Mengundang banyak pasang mata menatap kepergian mereka, malu-maluin dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.