Hari berikutnya nino kembali ke sekolah, dia ketinggalan banyak pelajaran, belum lagi nilai praktik dan kuis yang menunggu nino di sana. Seolah melambai menyambut kedatangannya, ah rasanya nino pengen tidur aja deh nggak mau sekolah. Tolong lah, kapasitas di otaknya cukup buat mikir diri sendiri aja, jangan di tambah sama yang lain.
Nino berdiri seperti orang bodoh di depan sekolah, mino yang melihatnya cuma berdehem keras. Menyadarkan adiknya supaya cepat masuk ke kelasnya, namun nino tetap berada di posisi itu.
"Heh! Ngapain bengong di sana!" mino menendang bokong adiknya, "sakit bego!" kesal nino karena di perlakuin seperti itu
Nino mendesah kesal, dia menatap tajam mino yang juga menatapnya malas. "Harusnya tadi gue pura-pura tidur" gerutunya, nino melangkahkan kakinya menuju kelas dengan perlahan. Namun tetap saja dia sampai di sana.
Telinganya berdenging mendengar suara teriakan melengking dari dalam, suara gebrakan entah itu meja atau apa.
Nino mendengus melihat sekumpulan adik kelas melintas di depannya tanpa menyapa, apa dia transparan?
Oke. Sabar hm, masih pagi.Brak
"Epribadi nino gamteng di sini!" pekiknya, pintu sengaja ia dobrak pakai kaki.
Hening
Mereka melihat nino cengo. Lalu bergerumbul menubruk tubuh tak siap nino, menghujamnya dengan banyak pertanyaan. Nino menahan senyum karena mereka masih ingat dirinya ternyata, huaaa terharu.
"Nino! Bayar uang kas mu yang tiga bulan kaga lu bayar!" todong si bendahara
"Nino, bantuin gue fisika!" teriak entah itu siapa, nino kaga tau saking banyaknya mulut yang bicara.
"Nono!! Ayo bolos" jangan tanya itu mulut siapa, itu frengki.
Hah. Nino merentangkan tangannya lebar menyambut pelukan dari hanan, matanya kian menyipit. Namun, hanan melewatinya begitu saja. Dengan rasa kecewa, nino menundukan kepalanya guna menyabarkan hati dan raganya yang mulai gerah.
Bruk
Pelukan dari dafa membuat nino terbelalak, dia merasa bahunya basah. Dafa menangis. Nino menggaruk hidungnya yang tak gatal, kenapa juga ini anak nangis?
"Nono, maafin gue. Mama gue--
"Lupain. Gue nggak terlalu larut sama apa yang baru terjadi" nino memotong cepat ungkapan rasa bersalah dari dafa, menepuk punggung dafa yang bergetar.
Satu persatu murid yang menyaksikan drama dari nino dan dafa mulai berhamburan pergi dari sisi nino, mereka berdua butuh waktu. Mereka juga tau apa yang menimpa nino adalah keluarga dafa, hanya teman sekelas yang tau. Tidak dengan yang lain, karena itu masihlah privasi tidak baik di umbar aib orang.
"Maafin gue, gue sayang lo melebihi diri gue sendiri. Gue udah anggep lo sebagai keluarga gue" lirihnya, nino menumpukkan kepalanya di bahu sang sahabat. Hatinya menghangat mendengar ungkapan sarat kasih dari dafa, jika itu dari hanan mungkin nino akan lebih bahagia. "Gue dan kamal bener-bener minta maaf sama lo, nono,, gue nggak tau lagi mau ngomong apa" gumamnya lagi
Nino ketawa kecil, dafa kalau lagi sedih gini suka ngomong ngelantur. Apapun yang dia pikirkan bakalan dia omong.
Dafa melepas pelukannya, dia mengusap pipinya kasar.
"Nangis lo? Cengeng banget jadi laki" celetuk frengki, dia melihat dafa remeh.
"Diem lo! Gue sumpel juga mulut lo kalo ngomong lagi" kata nino
Frengki mencibir, kan niatnya mau ngehibur dafa. "Gak asih lo ah" katanya, nino mengendik acuh. Dia mulai menatap pintu yang terbuka, dimana hanan yang tak kunjung datang ke kelas.
Nino tak mengerti kenapa tadi hanan melewatinya begitu saja. Apa hanan nggak khawatir sama nino? Atau dia punya teman baru, tapi itu nggak mungkin. Nino mengusak kasar surainya, dia menatap dafa yang mulai asik sendiri dengan yang lain. Biasanya nino bersama hanan, mereka seperti lem yang tak bisa di pisahkan. Dimana ada nino di situ pasti ada hanan, tapi untuk sekarang rasanya nino semakin jauh dari sahabatnya itu. Padahal hanya 3 bulan kan nino meninggalkan sekolah dan para sahabatnya. Apa hanan marah? Tapi hanan bukan tipe orang seperti itu.
"Otak gue gak bisa mikir jauh. Pusing banget, gila" gumam nino. Dia mencengkeram pinggiran meja, rasanya aneh saja setelah pengobatan malah beberapa kejadian kecil mulai terjadi.
Seperti pusing ketika memikirkan banyak hal, atau mual karena sesuatu. Dadanya sesak kala di sebuah tempat yang sempit dan gelap, atau mimisan karena kelelahan. Padahal nino pernah beraktivitas selama seharian penuh, lelah? Jangan ditanya. Bahkan tidak tidur juga pernah, namun dia baik-baik aja.
Namun sekarang ini, cuma lari beberapa meter saja tubuhnya rasanya mau copot dari tempatnya."Lo nggak papa? Sakit ya, ke UKS mau? Gue anterin" ucap siska. Dia melihat nino yang mengernyitkan dahi terus keringatnya juga keluar, gadis itu pikir nino sakit.
"Gue oke kok. Makasih sis" kata nino. Dia menelungkupkan kepalanya di meja, mengabaikan kalau siska masih mau mengajaknya bicara. "O-oke, gue pergi kalo gitu" meski tidak yakin meninggalkan teman sekelasnya itu sendiri di kelas, tapi siska juga tidak enak kalau harus membuat teman perempuannya semakin lama menunggu.
"Lo ngapa dah Ka, ayo ke kantin. Keburu penuh" ajak gadis berkuncir kuda, melihat pergerakan siska yang tak kunjung melangkah gadis itu menarik lengannya hingga mau tak mau siska harus pergi. "Gue tadi liat nino pucet banget, sakit kali ya" ucap siska di tengah langkahnya bersama teman perempuannya
"Halah, palingan cuma alesan aja. Lo kan tau gimana nyebelinnya dia" jawab gadis berambut pendek, "tapi tadi beda" bantah siska
"Lo suka ya sama nino" siska menggeleng, "udah lah, kalian ngaco" siska meninggalkan temannya, kakinya menghentak kuat lantaran kesal. "Siska! Gue bercanda kali" teriak temannya, namun siska mengabaikannya dan tetap terus melangkahkan kakinya menjauh
"Emang salah gitu khawatir sesama teman, gue kan cuma sebatas temen sekelas sama nino. Nyebelin banget!" siska mendumel kesal
Sementara itu di lain tempat, hanan mendekati seorang pemuda berkaca mata tebal di sisi samping sekolah, di sana banyak murid yang juga tengah bersantai, bahkan ada yang berkejaran di sana. Salah satu tempat favorite bagi murid yang jengah akan suasana kelas, mereka bisa keluar dan bermain di tempat itu.
"Hei" sapa hanan, pemuda itu menoleh dan memberi senyum terbaiknya untuk hanan. "Gue boleh duduk di sini kan?" tanya hanan
"Duduk aja, akhir-akhir ini lo sering ketemu sama gue. Nggak sama nino, si badungnya kesayangan semua murid sesekolahan?" dia membuka bicara, pasalnya se tengil apapun kelakukan nino semua murid di kelasnya bakalan membicarakan nino dengan aura yang kentara sekali menyayanginya.
Hanan menggeleng dan menatap lurus ke depan, "gue bosen. Lagian nino lebih dari 3 bulan nggak sekolah, gue males di tanyain tentang tugas dan lainnya" katanya
Pemuda di sampingnya menggeleng tak percaya, "lo jahat ya ternyata" kekehnya
Hanan menatap lurus di kedua mata pemuda di sampingnya, kemudian menghela napas lelah. "Wil, gue beneran serius nawarin persahabatan sama lo" kata hanan
"Gue terima kok" hanan tersenyum, "kalo gitu, pulangnya entar lo sama gue aja. Gue tunggu di parkiran"
Kemudian hanan pergi dari sana, menyisakan wildan yang melihatnya sendu. Dia tau kalau hanan mendekatinya karena ada sesuatu, hanan itu nggak pernah ramah kalau dengan orang asing. Hanan juga selalu sama nino, nggak mungkin kan tiba-tiba seorang hanan memintanya jadi sahabat. Apalagi murid kutu buku seperti dirinya, di sekeliling hanan ada nino dan dafa kemudian frengki, lalu kakak tinggi yang sering dia temui kalau berpapasan dengan segerombolannya nino. Mereka keliatan akrab, apalagi nino dengan orang yang mirip keturunan jepang. Lalu pemuda tinggi yang kelakuannya nggak banget itu, lalu pemuda dari sekolah sebelah. Dia jadi iri.
"Yah, ikuti alur ajalah" gumamnya, dia tidak terlalu memasukkan ke hati ucapan hanan barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.