part mapuluhsatu

4.6K 443 33
                                    

Setelah tiba di kediaman johny, dia cepat-cepat membuka gerbang dan masuk ke dalam halaman depan kediaman johny. nino tau dia sedang di ikuti. Sebenarnya dia bisa meminta sahabatnya untuk membantu mencari tau itu siapa. Tapi nino tidak melakukannya, karena dia pikir mungkin mobil itu kebetulan melewati arah yang sama dengannya. Atau malah lebih parahnya tetangga johny. Kan siapa tau.

"Kak johny, tetangga mu ada yang punya mobil Pajero sport warna putih?"

Johny menyangkal dengan sebuah gelengan kepala, "tidak ada. Kenapa?"

"Nggak papa. Cuma nanya gue mah" jawab nino. Dia semakin penasaran, jika bukan, lalu siapa?

"Yang lain pada kemana? Candra juga tumben nggak keliatan" johny mendengus mendengar nama candra, pagi sekali anak itu sudah pamit karena di jemput adiknya, nato dan lukas mengikuti candra. Mereka kemana-mana selalu bertiga,

"candra pulang. Hanan nggak ikut kesini?" tanya johny

"Enggak. Nanti gue yang kesana, aku cuma mampir ke sini" nino nggak mungkin menceritakan kalau dia di ikuti, mampir itu hanya alibi nino. Johny mengernyit malihat nino mengintip di celah jendela yang terbuka gordennya,

"lo kenapa? Ada yang isengin lo lagi?" johny ikut melihat ke luar dari jendela

"Enggak kok, gue cabut ya" nino pamit pergi, "ke rumah hanan kan? Perlu gue temenin" johny menawarkan hal yang tentu saja di tolak mentah-mentah oleh nino,

"gak usah lah. Emang gue anak sultan yang harus di kawal" ujar nino

Johny mengangguk. Dia mengantar nino sampai ke depan rumahnya, setelah mobil merah nino tidak terlihat dari pandangannya barulah johny kembali memasuki rumah, tapi sebelum itu matanya menyipit kala dua mobil pajero putih dan hitam mengikuti arah mobil nino. Johny menepis pikiran jahatnya, mungkin kebetulan.


......

"Kau yakin rencana berhasil?"

"Percaya saja dengan ku, anak itu lemah akan kekurangannya. Kita ungkit saja apa yang membuatnya sangat sakit di hidupnya" jelasnya

"Apa?"

"Tentu saja nichole" kekeh wanita itu, tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya. Maniknya memancarkan dendam yang meluap, bibirnya tersungging manis. "Wanita gila" gumam si lawan bicara

"Nyawa di bayar nyawa. Eh, tidak. Akan ku buat dia merasakan siksa dunia, lalu ku biarkan dia mati perlahan dengan trauma yang mendalam" tawanya menggema di ruangan kedap suara yang mereka tempati. Hera. Wanita itu tertawa layaknya psycho, pikiran jahatnya telah menguasai sisi kewarasannya.

"Kau telah di butakan oleh balas dendam. Jangan menyesal di kemudian hari, karena aku tidak akan membantumu lagi. Menjauhlah sejauh mungkin setelah ini" gumam si lawan bicara

"Diamlah. Dan ikuti saja permainan yang ku buat ini" desis hera.

"Aku benci terhadap nichole tapi tidak dengan anaknya, lagi pula nino itu sahabat baik anakku" ujarnya, kakinya melangkah keluar dari sana. Menjaga jarak sejauh mungkin dari wanita gila seperti hera.

"Munafik" hera mendecih, "anakmu akan turut membenci mu adam bila dia tau ayah tercintanya ikut andil" kekehan kembali terdengar, hera melangkah keluar dari ruangan itu. Rencana nya akan di lakukan sekarang, orang suruhannya juga sudah mengintai kemana perginya anak itu.



......

"Sial, siapa mereka" gumam nino,

Kecepatan mobil yang ia bawa melebihi batas, nino menyetir gila-gilaan. Mobil pajero sport yang ia maksud memblokir setiap belokan tajam di depan, tidak ada celah untuk kabur. Nino kembali mengumpat kala mobilnya berdempetan dengan mobil yang mengikutinya, dia menggigit bibir bawahnya. Rasa takut akan rasa sakit kembali memenuhi isi kepalanya, sesak mulai mengeksplor dadanya. Napasnya tersenggal, nino menginjak rem nya kuat. Bunyi decitan ban mobil dari ketiganya terdengar, nino mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Jauh dari pemukiman warga, dia melihat ke belakang. Nino melewati rumah hanan, bahkan air matanya kembali meluruh kala empat pria berbadan besar mengetok kaca mobilnya.

Sejatinya nino hanyalah pemuda yang menyembunyikan semua sifatnya dengan kelakuan tengilnya. Seperti remaja kebanyakan, nino juga punya ketakutan seperti ini. Apalagi nino juga termasuk cengeng, dia kerap kali menangis jika tengah panik. Tidak ada yang tau apa yang nino tak sukai, mereka pikir nino sekuat apa? Dia lemah. Nino butuh perlindungan sekarang, namun tidak ada satu pun orang yang melintas di sana.

Gedoran di jendela mobilnya semakin brutal, wajah mereka mengeras. Nino menutup matanya, ketika sebuah tembakan peluru dari arah depan membuat matanya membulat sempurna--

"Mereka bersenjata" gumam nino

Lalu tembakan lain menyusul. Nino tidak tau apa yang selanjutnya terjadi, tengkuknya sakit, sekitarnya menjadi gelap . Tubuhnya melayang di udara, tengkuknya tidak lagi sakit. Nino pingsan.

"Kenapa foto nino bisa jatuh!" kesalnya, ayah memungut bingkai foto nino yang berada di meja kerjanya. Kacanya sedikit retak, ayah menghela napas---

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang