part nampuluhlima

3.9K 349 8
                                    

Maap ya semwa, aku telat up nya >\\<





________

"Yo hanan! Sombong lo sekarang, mentang-mentang ada kawan baru" ujar candra

Mereka bertiga, lukas dan nino kebetulan ketemu hanan dan wildan di supermarket, mereka sekarang nempel seperti lem. Kalau saja ini bukan tempat yang ramai mungkin nino sudah menerjang hanan dengan muka menyebalkannya itu.

Nino cuma natap datar. Ya gimana, sahabat kentalnya lagi sama orang lain dan tak memperdulikannya.

"Kalian dari mana?" tanya hanan, tatapannya memandang nino yang sejak tadi melihat ke arah lain.

"Jalan-jalan aja sih, nino mau check up juga" kata lukas

Hanan mengernyit, dia menoleh ke nino. Namun nino nya mendecih.

"Oh, sakit lagi ya?" tanya wildan. Lukas menyipitkan mata, kok kedengarannya kaya ngejek ya. "Maksud lo lagi itu apa" tanya balik lukas

"Ya kenapa? Nino emang sering sakit-sakit an kan" hanan membela wildan, dia memasang badan di depan anak itu.

Candra menukik alis, "ini kenapa pada emosian sih, lo juga han... Kok lo berubah gini"

"Gue nggak"

Lukas mau membalas ucapan hanan tapi keburu di potong sama nino--

"Kita cabut. Ga guna ngomong sama kacang lupa kulit" ajak nino

"Ya tapi---

Candra menarik lengan lukas dari pada nino tambah kesal, dia menatap sekali lagi hanan yang juga menatap kepergian nino. Dia mendecak, "drama murahan" gumamnya

Lalu candra berlari kecil menyusul lukas dan nino di depan sana. Total lupa tujuan mereka di dalam super market.

"Itu tadi temen lo juga?" tanya wildan. Mereka menyusuri rak snack, hanan diam tanpa menjawab pertanyaan wildan. "Jawab kek, punya mulut kan lo" decak wildan

Hanan memandang wildan datar, "privasi" katanya

Wildan mendengus, dia berjalan meninggalkan hanan yang menatapnya heran. Emang apa yang salah? Kan memang itu privasi, nggak semua orang harus tau. Termasuk wildan.
Lalu ekor matanya melihat dompet kulit warna hitam, hanan mendesah lelah. Dia mengambilnya lalu memasukkan ke dalam saku celananya.

"Ceroboh" gumamnya

Hanan menyusul wildan yang sudah antri di kasir, dia tetap bungkam ketika wildan bertanya ini itu tentang nino.

Drrt drrt

"Ponsel lo geter tuh" ucap wildan sambil menyerahkan semua barangnya ke meja kasir. Sedangkan hanan mengintip nama siapa yang menghubunginya--

Om nick calling

"Ya om"

'Jauhi anak saya kalau mau ayahmu keluar dari penjara. Jangan coba-coba buka mulut tentang ini. Saya selalu mengawasimu'

Hanan menhembuskan napas kesal. Tangannya mengepal.

"Ya, saya akan menjauh. Tapi penuhi janji om, ayah saya harus keluar dari sana"

'Kamu bisa percaya pada saya'

Pip

Hanan menatap layar ponselnya yang mati.
Lalu melemparnya di lantai super market, membuat beberapa pasang mata menatapnya heran. Bahkan ada yang mengumpatinya.

"Lo nggak papa?" tepukan halus di pundak hanan ia terima, wildan menatapnya khawatir. Pasalnya hanan tadi baik-baik aja sebelum ponsel nya berbunyi.

"Gue baik. Langsung pulang ya, gue ada urusan"

Wildan mengangguk. Dia membawa semua plastik belanjaannya, bahkan hanan tak membantunya karena masih dalam keadaan mood yang buruk. Wildan maklum, lagi pula dia juga baru mengenal siapa hanan tidak dengan cerita kehidupannya.





.........
"Serius nic?"

"Ya. Anak itu memohon agar ayahnya bebas tapi syaratnya dia harus menjauh dari anakku"

Zoe menggeleng pelan, nggak paham sama jalan pikiran nichole. Yang dia lihat nino selalu aman jika di dekat hanan, bahkan mereka berdua seperti kakak beradik.

"Siap menerima konsekuensi kedepannya? nino bisa saja membencimu. Kau tau kan hanan itu siapa baginya?"

Nichole menatap lurus ke depan. Beliau sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan untuk ke depannya. Bahkan segala ucapan menyakitkan dari nino, jika tidak begitu adam bisa saja melakukan hal gila lagi nantinya.

"Dan ku harap nino bisa mengerti. Atau tidak? Aku tak tau" gumam nichole

Maniknya melihat bingkai foto dia bersama kedua putranya, nino tersenyum lebar di gendongannya dan mino di genggamannya.

Puk

"Yah, ku harap semua berjalan dengan yang kau inginkan. Aku hanya bisa membantu sedikit tanpa harus masuk ke dalam masalah keluargamu" ujar zoe

Nichole mengangguk pelan. Dia juga tidak butuh bantuannya, tidak perlu repot begitu. Menemaninya di kala bingung melanda pun cukup. Dia sudah sangat menghargai itu.

"Oh iya, hubunganmu dengan istri baru mu gimana?" tanya zoe

"Biasa aja" jawab nichole

"Nino sudah menerimanya? Ku dengar istrimu itu punya anak juga"

"Ya. Hubungan mereka cukup baik" balas nichole

Hingga hening untuk beberapa saat. Nichole fokus memandangi foto di tangannya, dan zoe yang mulai bosan.

"Aku pamit deh, ada tikus kecil yang harus di jinakkan. Kalau ada apa-apa telpon aku ya"

Nichole melambai, "berhentilah bekerja seperti itu" zoe terkekeh, dia urung membuka pintu lalu membalikkan badan menghadap nichole

"Bagaimana bisa? kalau aku sudah terikat, mustahil bisa keluar begitu saja. Yang ada aku tinggal nama" kekehnya

Brak

Pintu tertutup rapat hingga menimbulkan bunyi cukup keras, nichole menghela napas lelah, tidak tau lagi harus menasehati zoe seperti apa. Cukup pusing memikirkan masalah keluarganya yang tak ada habisnya, dan kini harus di tambah mantan istrinya yang meminta hak asuh nino.

Nichole melempar map biru di tumpukan map lainnya, dan itu isinya sama saja. Nichole muak, sudah berapa kali dia bilang. Nino tetap bersamanya, jika wanita itu mau hak asuh anaknya ambil saja, tapi jangan nino.

"Hah"

Drrt drrt drrt!

Nichole melirik sekilas, mendengus lagi kala nama wanita berisik itu yang menelponnya--

Pradipta callings

Nichole mendiamkannya, sengaja. Agar wanita itu berhenti menerornya. Hingga di panggilan ke 5 barulah getaran ponsel itu berhenti.

"Mau sampai kapan pun nino tetap bersamaku" gumam nichole
Tatapan matanya menajam dan seringaian tipis tersungging di sana.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang