part empatbelas

7.7K 614 11
                                    

"Kenapa nyalahin aku sih! Mentang-mentang sifat buruk ada di aku, nuduh sembarangan!" nino menatap ayahnya kesal,

Ayah menatap balik nino yang duduk bak pangeran di sofa, tadi ayah cepat-cepat pulang dari kantor karena nyadar kartunya ilang satu.

"Kalo bukan kamu siapa? Kakakmu?" tanya ayah. Beliau memperhatikan sekilas nino yang mendumel tentangnya, ayah memijit pelipisnya pelan.

"Nggak usah kaya orang miskin deh! Kartu ayah kan banyak, ilang satu nggak bakal jadi gembel!" sarkas nino

Emang bener sih, ayah punya blackcard lebih dari tiga. Semua atas nama ayah dan mino. Tentunya nino tau password/pin kartu itu. Kalo nggak tanggal lahirnya, mungkin tanggal pernikahan ayah dan mommy. Gampang banget di tebak ayahnya itu.

Mendengar ucapan nino itu, ayah tiba-tiba pergi keluar dari rumah mereka. Mungkin kembali ke kantor, nino menghela napas kasar. Untung saja, ayahnya tidak bertanya macam-macam. Bisa di gantung di halaman belakang nanti dia.

Soalnya nino pernah pas umur 8 tahun, cuma gara-gara nino tidak naik kelas. Dia di gantung semalaman di sana. Kan dulu dia masih piyik, nino nangis kejerlah. Tapi ayahnya nggak punya belas kasian, nino di gantung nyampe tengah malem. Dan nasib baik masih berpihak padanya, mommy nya datang dan membebaskannya. Lalu nino demam selama 3hari.

Mengingat itu, nino makin kesal saja sama ayahnya. 

"Apa liat-liat! Seneng ya?!"

Bodyguard di sekelilingnya menggeleng heboh. Mana berani mereka tertawa di saat nino sedang apes begitu, yang ada nanti mereka di pecat. Nino kan suka seenaknya.

Lalu nino menyambar kunci mobil milik ayahnya yang teronggok di meja, itu mobil ferrari merah milik nya omong-omong.

"Nino, jika tuan tau beliau akan marah besar. Hukuman anda belum di tentukan kapan berakhirnya"

Nino berhenti dari jalannya, dia kemudian berbalik untuk menatap bodyguard yang dengan lancangnya menegur apa yang mau dia lakukan.

"Tinggal bapak ngomong sama ayah lah, nyari alesan apa kek. Masa gitu aja harus di kasih tau" ucap nino cepat

Kalo bukan majikan boleh nggak sih damprat anak itu, enak banget kalo ngomong, pikir bodyguard itu

Nino tak memusingkan apa yang akan terjadi nantinya, itu bisa di pikir belakangan. Untuk sekarang senang-senang aja dulu.
Sekarang nino lagi di dalam mobil kesayangannya, merah merekah. Pakaian yang dia kenakan juga merah, sepatunya sneakers merah. Beanie yang dia pakai juga merah. Semua serba merah.

Dia menginjak pedal gas, memainkan klakson sesuka hatinya. Nggak tau aja, kalo semua penghuni rumah memakinya dalam hati. Majikan kecil yang menyebalkan, titel nino dari para maid dan bodyguard tercintanya.

"Hahaha, sudah lama gue nggak nyetir mobil. Woohoo" teriaknya,

Mobil yang di tumpangi nino udah menjauh dari pekarangan rumahnya, mengabaikan beberapa pasang cctv yang mengitar di seluruh penjuru sudut rumah bahkan halaman. Kamera itu langsung terhubung di dalam laptop milik sang ayah..

Kau dalam masalah besar nino.






.........

"Oy! Kapan turun bos?"

"Nggak janji gua"

Nino menghampiri beberapa temannya yang lagi duduk berjejer di atas motor mereka, berhigh five ria ala mereka. Nino mendudukkan dirinya di samping motor hanan.

"Kapan lo di sini bree" sapa nino.

"Nggak suka lo?" ketus hanan, dia mengeluarkan sebatang rokok yang di apit langsung ke bibirnya.

"Pms lo? Gitu amat jawabnya!" nino mengambil satu rokok di saku hanan, pemiliknya pun diam. Karena sudah hapal perangai sahabatnya, kalo di tegur bakalan ngamuk dia.

"Main nggak malem ini?" tanya zian

Dia mendekat pada sejoli itu. Yang di maksud tentu saja nino dan hanan.
Mereka bahkan paham, dimana ada nino di situ pula ada hanan.

"Nggak deh, gue bawa si jago merah. Takut lecet" rokok yang di pegangnya ia lempar ke bawah lalu menginjaknya, padahal belum ada seperempat dia menghisap aroma yang katanya manis itu.

"Kaya api aja sih namanya" sahut frengki

Baru datang ternyata. Hanan merangkul frengki dan mengajaknya duduk di atas kap mobil nino.

"Warnanya kan merah, wajar lah nino kasih sebutan kaya begitu" celetukan dafa bagai angin lalu, sang empu berdecak kesal. Sialan kali mereka.

Zian mengangguk paham. Lalu dia beralih ke segerombolan yang rata-rata memakai mobil lamborghini tipe gallardo. (Kelen bisa deh cek sendiri di gugel)

Bercakap-cakap sebentar lalu kembali lagi ke gerombolan nino dkk.

"Ngapain lo kesana? Nantang senior?" tanya hanan

Memang, dalam hal yang berbau seperti balap liar yang di ikuti nino dkk. Menganut sistem senioritas, makanya mereka berkumpul secara terpisah. Tapi ada juga yang netral, tapi pihak itulah yang jarang atau tidak pernah kumpul seperti mereka.
Terkadang atensi mereka tidak di anggap oleh senior. Nino pun cukup famous di kalangan para senior.

"Iya. Iseng sih, dari pada cuma diem kaya begini kan?" jawab zian

"Di terima?" tanya dafa

"Enggak. Mereka ada urusan, katanya kita di suruh pulang kalo nggak main ke rumah senior johny"

Zian menatap satu-persatu temannya, yang di tatap hanya diam.

"Mau nggak? Mumpung besok libur" kata frengki

Nino menatap hanan. Begitupun hanan, mereka saling tatap. Lalu mengangguk setuju.

"Okelah, gue kesana sama kamal deh. Anak itu nggak bawa mobil kan?"

"Yoi. Kita duluan ya"

"Tiati lo no" ujar hanan

Nino mengangkat jempolnya tinggi-tinggi, kemudian memasuki mobil bersama kamal di sebelahnya.
Tujuannya sekarang adalah di rumah johny, lagipula ayahnya pasti lembur lagi. Sekali pun enggak, nggak mungkin ayahnya mau repot-repot melihat nino di kamarnya.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang