"Jadi?"
"Jadi.....
Ayah mendengus, kebiasaan. Setelah di ciduk seperti ini nino akan pura-pura polos. Rasanya tangan ini terasa gatal.
"Apa alasanmu kali ini bocah nakal"
"Em, sebenarnya aku nggak mau pulang jam segini, tapi lukas menahanku supaya tetap tinggal" nino menunduk takut. Tepatnya hanya sandiwara. Yang menghakiminya ada kakek juga bung, nino harus berperan menjadi korban.
Nino melirik pada pemuda tinggi di samping ayahnya, seperti pernah lihat tapi dimana?
Postur tubuhnya juga, hmm... Nino masih mencuri pandang untuk mengingat-ingat siapa gerangan pemuda itu. Ezra sebenarnya tau kalau nino kerap kali kepergok memerhatikannya, tapi dia diamkan saja. Ezra menunggu nino sendiri yang bertanya"Nino, kamu ini belum pulih. Kenapa sudah berbuat hal yang membahayakan dirimu sendiri" ujar kakek
"Kakek, hidup ini tidak akan berwarna jika di isi dengan hal monoton terus menerus. Bukan begitu orang asing?" jawab nino mendramatisir, tatapannya beralih ke ezra yang diam memperhatikan.
"Ya, itu benar. Minat bergabung dengan klub nyanyi ku?" tawar ezra.
Ini kenapa jadi promosi sih ezra gamteng!!!
Nino menarik bibirnya ke atas, menyeringai kala senyuman aneh yang tercipta pada pemuda di depannya terlihat. "Ayah, ini orang sales ya?" tunjuk nino
Ezra terkikik geli, mau ketawa tapi ezra gemes gimana dong. Lagian ayah dari tadi cuma diam. "Dia kakak tirimu, baik-baik sama dia. Ayah tinggal" nino bersorak ria dalam hati, malam ini nggak bakal di hukum. Aye aye...
"Jangan bersenang dulu, hukuman tetap hukuman. Besok pagi hukuman menantimu anak nakal" kata ayah
Nino terdiam membisu di tempat, sialan. Masih ada jurus terakhir, yaitu kakeknya. "Kek, lihat anakmu itu!" adunya
"Hukuman bertambah" kakek melengos pergi, meninggalkan nino yang mensumpah serapahi kelakuan kakeknya itu, tumben pikiran mereka nggak sejalan.
"Butuh bantuan adik kecil" nino menatap tajam ezra, dia mendesis tak suka. Setelah itu nino melepas jaket yang melilit tubuhnya, membuangnya sembarangan di lantai. "Siapa kau!" ezra mengangguk walaupun sempat menggelengkan kepala sebentar
'Ternyata budek si nino' batinnya
Ezra menatap nino yang juga menatapnya, mereka saling melempar tatapan tajam. "Ezra. Kakak tirimu!"
"Ooo gitu ya, mau apa kesini!" ucap nino dengan nada tegas di buat-buat
"Tentu saja bertemu dengan adik ku yang paling ku tunggu rupanya seperti apa" jawab ezra. Nino merespon jijik, ini orang waras kan ya?
Menyebalkan memang jika mempunyai saudara tiri, apalagi modelnya 11/12 seperti candra.
"Jadi sekarang, kita saudara?" tanya nino sekedar berbasa-basi, "good boy! Kita saudara, panggil kakak hm" nino terdiam menatap ezra, kemudian dia mengangguk mengiyakan.
"Aku ke atas, mau tidur!"
Ezra mengikuti dari belakang, nino melirik dari bayangan mereka. Apa mungkin satu kamar? Tapi dia nggak suka berbagi. Nino memasuki kamarnya dan langsung menutupnya cepat, ezra yang akan memegang knop pintu lantas mengernyit bingung.
Itu anak kenapa sih!,pikirnya"Oh, penunggu kamar sebelah" gumam nino, "baguslah" lanjutnya
Nino merebahkan tubuhnya di kasur, tanpa mengganti pakaian dan tanpa mandi malam. Lagian ini sudah hampir pagi buta, nino bisa menahannya untuk dua jam ke depan.
Pagi menjelang, pintu kamar nino di gedor tak sabaran. Nino mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan sinar mentari yang menembus melewati gorden kamar. Dia menyipitkan mata ketika gedoran pintu itu tak juga berhenti
"Gue tendang juga itu orang" nino turun dari kasur dengan bersungut-sungut. Rambutnya acak-acakan dan kaos yang semalam dia pakai kusut, kantung mata jelas seperti panda terlihat di sana.
"APA!"
"Ow ow ow, calm dude. Lets go to breakfast"
Ezra menunjuk dagunya ke arah dimana dapur berada, nino menahan emosinya yang tiba-tiba akan muncul di permukaan. Dia melihat ezra dari atas ke bawah, rapi, wangi. Apa memang dia itu terbiasa bangun pagi dan wangi seperti ini? Tipikal mino sekali.
"Temanmu juga di bawah, mereka mengajakmu pergi"
"Tunggu di bawah, aku mau mandi" nino kembali memasuki kamarnya lagi.
Ezra menunggu di depan pintu kamarnya sambil memainkan ponsel, mengabari semua temannya kalau tiga hari kedepan dia libur di klubnya."Kenapa tetap di sini?" tanya nino, dia udah siap dengan setelan modisnya. "Nungguin adik kecil ini" ezra menarik pipi nino yang mulai gembil itu
Akhirnya mereka turun bersama dengan saling rangkul. Hanya ezra sih, nino cuma diam mendengar celotehan ezra yang kemana-mana.
"Nono!! Hei lihat kami!" teriak lukas riang
Nino mengangguk, lalu menatap sahabatnya yang pagi-pagi sudah bertamu. Lukas, candra, nato dan tentu saja hanan pun ikut serta.
"Tumben kesini pagi seperti ini? Kenapa?" nino mengambil sarapan bagiannya, sedangkan ezra sudah menghilang entah kemana. "Tentu saja... Minta makan" balas lukas sambil mengunyah roti selai kacang, nino merespon sebal. Memang apa yang perlu di harapkan dari seorang lukas jelmaan kingkong itu. Sia-sia saja bertanya.
"Katanya tadi itu kakak tiri lo? Serius?" tanya hanan, nino mengangguk seadanya. Toh, itu memang benar kan.
"Kita mau ngajak lo ke rumah dafa, dia aneh banget. Masa gue sapa dia diem aja, nggak nengok pula" candra menjelaskan menggebu-gebu. Nino mengusap sekitar bibirnya menggunakan tissue, lalu mereka ber lima berdiri buat berangkat pagi itu juga
Nino jangan lupakan hukumanmu hem? Abaikan. Nino benar-benar melupakan ucapan ayahnya malam tadi.....
"Can, lo kaya monyet!" kekeh nato. Pasalnya candra suka sekali memakan pisang akhir-akhir ini, dia juga bertingkah mirip tarzan. Bergelantungan di pohon, apalagi mengingat candra yang pernah memanjat tembok waktu itu.
"Hah? Apa? Gue gak denger!!" jawabnya sewot.
Candra menoleh ke belakang sambil memegang bokongnya, "gue bilang lo mirip monyet budek!!" perjelas nato"Kek ada yang ngomong. Tapi siapa?" balas candra memasang wajah pura-pura bingung, "kalian tau?" dia menatap lukas dan hanan.
Nato terbahak. Ini candra selalu saja bisa membuat suasana menjadi cair.
"Aku ikut!" tiba-tiba ezra datang menghampiri mereka ber lima, nino memutar bola matanya malas. "Gimana?" bisik nato
"Nggak papa lah, bisa kita manfaatin dompetnya" lukas ikut berbisik
Candra mengangguk setuju, hanan ikut saja. Jadi, mereka sepakat. Mereka tersenyum aneh pada ezra.
"Oke. Kak ezra boleh ikut, kita berangkat sekarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.