Apa yang nino rasakan saat ini membuat tidurnya tak nyenyak, hatinya gusar. Rasanya dia tidak ingin pulang. Nino masih berbaring di atas kasur milik johny, pikirannya melayang kemana-mana. Dia baru ingat kalo semua bodyguard ayahnya menelpon bahkan mengirim puluhan pesan. Satu pun tidak nino respon, karena dia tau mereka pasti menanyakan keberadaannya. Tapi, yang menjadi masalah adalah ayahnya. Nino punya alasan apa, tua bangka itu pasti tidak akan mendengarkan apapun alasannya. Apalagi nino melanggar satu larangan dari ayahnya.
"Sial...
Nino mengusak kasar surainya, tangannya mencengkeram kepalanya. Kesal. Dia tidak bisa berpikir jika sedang kalut. Nino tiba-tiba terduduk di kasur, dia melirik jam. Waktu menunjukkan pukul 05:56
Dia berlari ke kamar mandi, lalu secepat kilat langsung membasuh wajah dan menggosok giginya. Setelah selesai, dia memilah pakaian johny yang dia rasa cukup style able,
(Wajahnya sengaja nggak ku kasih liat, soalnya aku butuh pakaian yg ia pake. Omong-omong, dia itu hanji-SKZ)Dia mulai mematut dirinya di depan cermin, dia tersenyum puas. Kemudian segera keluar dari kamar, tak lupa mengambil kunci mobil dan dompet.
"Ck, gimana gue mau keluar kalo pemilik kamarnya ikutan kebo" gerutu nino
Langkahnya memutar arah ke kamar johny, dia menggedor heboh. Niatnya mau pamit, nino nggak enak kalo langsung cabut gitu aja tanpa sepengetahuan dari johny.
"Bangun woy!! Johny!!"
"Sabar!!" teriak johny di dalam kamarnya,
Suara ribut dari dalam kamar johny membuat nino mengernyit jijik, dia tau kebiasaan johny jika bangun tidur. Anak itu pasti ereksi.. Entah mimpi apa tapi hampir setiap hari ada sesuatu yang berdiri tegak.
Membayangkannya membuat nino bergidik ngeri."Lama banget lo, sial"
Plak
"Sopan banget mulut lo!" kesal johny
Nino mengendik acuh. Tangannya mengusap bahu yang tadi di geplak kasar oleh oknum bernama johny.
"Gue mau pulang, nanti kamal suruh bareng zian atau dafa deh"
"Cepet banget, biasanya juga nunggu sampe siang"
"Ada urusan. Emang lo kak, pengangguran!" nino menatap remeh johny, kok minta di tampol gitu sih!
Tahan johny tahan.
"Nggak nungguin hanan?"
Nino menggeleng. Kakinya melangkah untuk segera pergi, jika berlama-lama ngobrol bisa kacau rencananya. Dia tidak mau ya kalo masalahnya kian rumit.
Padahal dia sendiri yang ngebuat rumit. Serah nino ajalah.
Setelah memasuki mobilnya, nino memanaskan terlebih dahulu. Setelah itu barulah dia bisa melajukan mobilnya, dia mengendarai seperti angin. Untung jalanan lagi lenggang di pagi hari, nino bisa menyalip dan menginjak pedal gas kuat.
Rumah besar dengan gerbang tinggi sudah terlihat, nino mengendarai sepelan mungkin. Dia memarkirkan mobilnya di tempat semula, tubuhnya sedikit merunduk. Nino berjalan memutar ke samping rumahnya, dia mendongak. Sedikit menyesal karena kamarnya di lantai dua.
"Arghh, kalo gue mati yang pertama gue datengin adalah ayah. Gue teror nyampe mampus" gumam nino
Tangannya meraih undakan tangga di atasnya, lalu dia naik satu persatu. Dia menoleh ke bawah, tinggi banget sial.
"Ini jendela siapa yang masang sih, jauh amat! "
Nino berusaha membuka jendelanya yang untungnya tidak ia kunci, setelah berhasil membukanya. Nino mendesah lega, dia mulai masuk dan terduduk lemas. Tinggal mikir gimana tangga itu hilang dari sana, nino meraih ponselnya lalu mendial nomor salah satu bodyguard ayahnya
"Bapak tolong pindahin tangga di samping jendelaku. Sekarang!"
Tanpa basa basi nino mengatakan tujuannya.
"Nino kemana aja! Tuan bertanya pada kami, kami yang kena semprot!"
Memang. Semua bodyguard ayahnya rata-rata tidak ada yang sopan padanya, itu juga salahnya sih. Nino yang menyuruhnya, dia tidak nyaman harus di panggil tuan muda. Memang dia sepenting apa harus di panggil begitu
"Bapak nggak perlu tau. Cepetan ah pindahin tangganya"
"Ya. Tunggu beberapa menit"
Nino mematikan sambungannya, dia berjalan ke kasurnya. Dia mau lanjut tidur, tanpa ganti pakaian dan tanpa melepas sepatu.
"Nino sudah pulang?"
"Baru saja tuan, sekarang tuan muda sedang berada di kamarnya"
Ayah memijit pelipisnya, entah sudah ke berapa kali beliau memijitnya. Rasa-rasanya dirinya mau resign aja dari tugasnya sebagai ayah.
Mustahil gitu loh mendidik nino agar menurut padanya, mau kasar atau lembut nino ya bakalan begitu-begitu saja."Seret dia ke ruangan biasanya, jika tidak mau siram dengan seember air dingin" ayah berucap tenang. Seakan apa yang di ucapnya itu adalah hal yang biasa, tidak salah dan menurutnya benar. Begitulah ayah, selalu ingin menang sendiri.
Bodyguard itu mengangguk, dia yang paling loyal dan menjalankan tugasnya dengan jujur serta patuh. Jika titah ayah adalah A maka dia akan melakukannya seperti yang ayah katakan. Tidak ada belas kasihan dan tidak ada sedikitpun pengampunan jika bukan ayah yang meminta.
Nino tersentak kaget kala tubuhnya tiba-tiba di guyur air dingin, dia melonjak dan mengambil napas sebanyak mungkin. Dadanya naik turun, dia menatap nyalang seseorang di depannya. Orang itu membalas dengan tatapan tak kalah tajam, rasanya nino pengen ganti bodyguard saja dengan yang di depannya ini. Pasti seru.
"Apa-apaan sih!" kesal nino
Dia mengerjap beberapa kali. Tubuhnya menggigil
"Anda harus menghadap tuan. Sekarang"
Tidak mau. Nino menggeleng, karena dia tau akan di bawa kemana. Mungkin ayahnya sudah tau perihal kepergiannya dan sekaligus acara menyelinapnya.
Tubuhnya semakin dia gulung di bawah selimut basahnya, nino menatap melas sosok di depannya. Meski mustahil, namun nino tetap mencoba
Nino semakin memberontak karena tubuhnya di seret paksa, dia berteriak meminta bantuan. Namun tidak ada yang mendengar perintahnya, nino semakin kesal saja.
"Bapak mau bawa saya ke tempat itu kan?"
"Jika sudah tau anda seharusnya diam"
Bajingan. Ya karena itu nino memberontak. Mana mau dia di bawa kesana lagi, sudah lama sekali nino tidak menginjakkan kaki di sana.
"Tuan sudah menunggu anda. Sebaiknya cepat karena tuan sepertinya tengah marah besar pada anda"
"Mama tiri mana? Mama tiri!!!" teriak nino. Itu satu-satunya jalan biar terlepas dari cengkeraman bodyguard kurang ajar itu, nino semakin kuat berteriak memanggil ibu tirinya
"Nyonya tidak ada di rumah, anda seharusnya paham jika tuan tidak akan menyentuh anda kalau ada nyonya" ucapnya, yang mana membuat nino pasrah. Dia lupa fakta itu, pasti ayahnya yang mengusir secara halus ibu tirinya. Dengan dalih liburan atau shoping mungkin.
"Brengsek kalian!!" pekik nino. Cengkeraman itu semakin kuat, mereka telah memasuki ruangan yang di dominasi oleh warna hitam.
Yeah,,, mimpi buruk nino kembali terulang di tempat hitam itu. Nino semakin kesal saja melihat ayahnya duduk seperti seorang raja. Menggelikan, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.