"Jadi kau mengenalku?" tanya nya, "tapi kapan kita pernah ketemu? Aku selalu ingat wajah orang-orang yang ku temui. Tapi kalau muka mu itu--- aishh..
"Kenapa?"
"Jelek"
Bug
Bak
Bug
"A-aw.. Aku bercanda" serunya, "dimana ayah?" tanyanya sambil melihat sekeliling
Ezra mendengus kesal. Namun tak dapat di pungkiri kalau dia bahagia akan kondisi nino sekarang. Meskipun harus rela jika nino melupakannya. Tidak. Sengaja menghapus daftar orang-orang yang tak nino anggap ada. Termasuk dirinya, ezra tau diri dia hanya seseorang yang pernah hinggap namun tak di anggap keberadaannya.
"Gimana kondisi mu sekarang? Mulai baikan"
Nino mengangguk. Lebih dari dua bulan dia terapi di rumah sakit bersama ayah dan kakeknya, tak ada seorang pun yang menemaninya kecuali mereka. Ezra? Dia sesekali ikut karena ajakan dari ayah. Selebihnya tidak ada yang tau dimana nino.
Ayah benar-benar menjauhkan nino dari semua orang termasuk orang yang dekat dengannya."Ayah nggak kesini?" tanya nino, "nanti. Ayah sedang meeting" jawab ezra
Nino mengambil buah nanas dan mengupasnya di atas kasur, ezra cekatan mengambil nampan dan piring mengulurkannya pada nino.
Sedikit demi sedikit nino mulai melupakan trauma nya pada benda tajam"Kak, mau? " ezra menggeleng, dia tidak selera dengan buah nanas. Apalagi nino melupakan kalau dia kakak tirinya, hatinya nanas dan perih.
Tapi tak apa. Kalau dengan begitu nino sembuh sepenuhnya, ezra bisa menerima. Toh, ada tidaknya dia tidak akan berpengaruh juga pada nino.
"Hei, mau ketemu mino?" ucap ezra, "males. Nanti ayah banding-bandingin aku lagi" balas nino. Ezra tersenyum, kenapa nggak mino aja sih yang di lupain-batinnya sebal
"Kamu tunggu sebentar di sini, aku mau angkat telepon dulu" nino mengiyakan, memakan sepotong nanas sambil melihat gelagat ezra di tepi ranjangnya.
Nino mengamati wajah ezra yang tak asing, seperti pernah ketemu tapi lupa. Nino menepuk-nepuk kepalanya, namun memori tentang ezra benar-benar tak ada. Semua yang muncul hanya ayah dan mino. Sahabatnya kemudian mommynya.
Ingatan tentang ezra tidak ada. Apa mungkin dia itu teman baru yang dia lupakan?
Nino menghembuskan napas kesal, dari pada mengingat ezra lebih baik fokus sama kondisinya sekarang."Sudah?" tanya nino, ezra memasukkan ponselnya di saku celana depan. "Siapa itu?" ezra mengendik bahu acuh, tidak penting sama sekali sih.
"Lukas. Si kingkong pengganggu" kata ezra
"Kenapa sama lukas?"
"Banyak tanya banget sih! Kaya wartawan aja kamu"
"Ya sorry, kan cuma nanya" gumam nino
Ezra mendekat pada nino, mengusap helaian surai coklatnya dan kemudian meninggalkan kecupan ringan di sana.
Plak
"Homo sialan!" tepis nino, dia mengelap pipinya yang basah karena gigitan ezra.
Menatap kesal atensi ezra di sampingnya, nino mau marah aja sama ezra. Sialan, emang dia apaan seenaknya saja menciumnya. Kalau cewe cantik seperti mommynya sih iya aja.
"Nggak usah cengengesan kamu kak" bentak nino, "dasar gila" gumamnya
Ezra meringis kecil mendengar gumaman nino, gila katanya? Dasar setan kecil! Mana ada orang ganteng macam dia gila, yang ada malah mereka yang tergila-gila padanya.
"Terserahmu. Aku ke kantin rumah sakit, lagian ayah baru dateng tuh" ezra menarik kepala nino, mengecup cepat pipi nya.
"EZRA HOMO! GOBLOK! MATI AJA LO!"
"Kenapa teriak-teriak?" ayah menutup pintunya rapat, aneh aja melihat ezra lari terbirit keluar dan mendengar pekikan nyaring dari nino. "Nggak papa, ayah kapan dateng" ujar nino manis, semenjak terapi tingkah nino juga sedikit demi sedikit berubah. Lebih manja, apalagi kalau sudah berhadapan dengan ayah.
"Baru. Udah merasa lebih baik?"
Nino mengangguk antusias, "iya ayah, nino emang sehat kok" cengirnya lebar
Ayah mengusap pipi nino yang mulai berisi, menatapnya sedih. Kenapa anak badung nya begini berubah? Kenapa harus psikis nya, ayah ingin nino kembali menjadi anak yang selalu membuatnya marah. Bukan seperti anak TK begini
"Ayah, peluk boleh?" tanpa di minta dua kali ayah menarik tubuh nino ke dalam dekapannya, mengusap punggung yang selalu membelakanginya itu. "Kapan pulang?" tanya nino
"Tiga hari lagi"
"Yes. Jadi, setelah aku boleh pulang. Ayah beneran mau mencabut semua tuntuan ayah kan?" tanya nino dengan mengeluarkan jurus puppy nya, ayah mana tega menolaknya. Apalagi nino selama dua bulan terakhir ini bersikap manis dan penurut. Ayah jadi makin sayang.
"Tentu. Apapun buat kamu" jawab ayah tanpa melihat seringaian licik dari nino.
Siapa bilang dia berubah. Dia hanya punya rencana kecil kok.
"Janji ya ayah" nino menarik kelingking ayah, menautkan pada kelingkingnya nya, "janji harus di tepati. Kalau ingkar, sakit perut selama sebulan" kata nino
Ayah hanya mengangguk saja, membiarkan apa yang nino lakukan. Mengoceh sana sini tanpa tau kalau ayah juga menyeringai kecil padanya. Kita lihat saja, siapa yang akan terjebak nantinya.
Sementara itu di lain tempat, lukas dan candra beserta yang lainnya asik mengoceh, memperdebatkan dimana keberadaan nino yang menghilang dari rumah sakit.
"Apa jangan-jangan nino di culik lagi. Di jual organnya" pekik lukas, dia melirik semua sahabatnya.
"Bodoh. Om nichole juga hilang, pasti nino di bawa sama om" jawab candra
"Ya kan siapa tau" ujar nya polos
"Otak lo emang sekecil ini" kata nato melempar tutup botol nya pada kepala lukas.
Sedangkan johny menutup telinganya rapat, mendengarkan celotehan mereka membuat dia pusing. Apalagi febri dan irwan tak hentinya mendumel padanya, memang dia ayah si perusuh itu!
Tanpa mereka tau lukas tersenyum kecil melihat mereka pusing mencari nino, dari mereka semua hanya lukas sendiri lah yang tau keberadaan dan kondisi nino.
Tidak ada niatan memberitau mereka. Biar saja mereka pusing tujuh keliling.Hahaha. Rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nino is Nino
Short StoryBROTHERSHIP👉not romance❌ [Follow dulu baru baca! Key👌] Baik nino maupun ayahnya memiliki cara yang unik untuk menyampaikan kasih sayang mereka, lika liku kehidupan nino yang selalu membuat ayahnya mempunyai tempramen tinggi.