part patpuluh

5.5K 581 22
                                    

Nino mengerjapkan matanya pelan, sinar matahari yang menembus di celah kecil jendela kamarnya membuat dia terusik. Tangannya mencoba menarik selimutnya sampai ke atas kepalanya, bibirnya menggerutu sebal. Siapa pula yang membuka gorden nya itu, apa nggak tau orang lagi tidur begitu?

"Bangun pemalas!"

Tubuh nino menggeliat, dia menguap lebar tanda masih mengantuk. Nino melirik sebal kakeknya, lalu sebuah ide melintas begitu saja.

"Kakek.. Aku pusing, aa-aduh...

Kan. Berhasil. Tatapan kakeknya berubah panik, terbukti dari tubuh kakeknya yang keluar dari kamar nino terburu sambil berteriak memanggil nama ayahnya. Sakit memang membawa berkah.

Brak

Nino terlonjak kecil mendengar pintu kamarnya di buka tak santai, engsel nya hampir lepas. Dasar perusak, batin nino kesal

"Ini pasti salah dokternya, masa nino kembali sakit. Kamu mencari dokternya emang gak pernah bener!"

Ayah merotasikan mata malas. Sifat pikun papa nya kembali kambuh. "Itu kan salah papa! Kenapa nyalahin anakmu ini" ayah meredam suaranya agar tak berteriak

Nino yang melihat perdebatan mereka cuma bisa mendengus, nggak anak nggak ayah, semua sama saja. Dia menarik bantal lalu menutup telinganya dengan itu. Ocehan mereka membuat telinganya panas

"Kita ke rumah sakit sekarang. Ayo!"

"Kakek.. Aku nggak papa, cuma pusing doang" alibi nino. Dia itu cuma pura-pura, kenapa di anggap serius gitu. Pupus sudah rasa mengantuknya, "awas ah, aku mau mandi. Pusingnya udah ilang mendengar kalian"

Brak

Pintu kamar mandi di tutup kencang oleh nino, ayah mengelus dadanya sabar. Sudah dia duga, nino nggak serius sama ucapannya.

"Lihat sendiri kan, kelakuan cucunya papa"

"Ya. Tidak jauh beda dengan mu, urakan dan tukang tipu!"

Kakek meninggalkan ayah yang tengah menghembuskan napas lelah, hidupnya tidak akan tentram dan damai jika papa nya ikut tinggal bersamanya. Ayah sempat kepikiran kalau sifat menyebalkan nino berasal dari papa nya. Sedangkan mino, pembawaannya tenang tapi menghanyutkan. Diam-diam mino juga berbahaya, persis seperti mommmy nya.

"AYAH AMBILKAN HANDUK!"

"AYAH NGGAK ADA!"

ayah mendengus kesal. Dengan langkah terburu, ayah keluar dari kamar mengindahkan teriakan nino.

"Lah itu tadi siapa yang jawab? Gak mungkin setan kan?" gumam nino. Tubuhnya keluar tanpa sehelai kain yang menutupinya, termasuk belalai itu. "Oh gue lupa, ayah kan titisan setan" lanjutnya--

"Bukan. Tapi, dajjal" ucap nino lagi

Nino terulur mengambil hair drayer di laci, dia mengeringkan rambutnya menggunakan itu. Setelah rambutnya kering, nino berjalan ke arah lemari. Mengambil setelan pakaian yang modis untuk ia pakai, meskipun sakit tapi tidak boleh malas beraktivitas. Nino udah janji kalau udah sehat, dia mau di ajak piknik sama daddy. Piknik dengan artian berbeda...

Dia memijit kepalanya pelan, "ah bodo lah, lagian tubuh gue udah seger gini. Nggak mungkin pingsan di jalan kan?" gumamnya

Nino segera memakai pakaian yang sudah ia pilih, dia memakai sepatu yang di berikan ayahnya pas di rumah sakit. Memakai pakaian dari hasil pungut di depan rumahnya.

(Lagi" ku potong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Lagi" ku potong. Kerna ku cuma butuh style nya doang :) Itu changbin-SKZ)

"Heran. Gue keren amat yak" gumam nino. Sifat narsisnya selalu datang saat dia bercermin

Nino menepuk dada nya berkali-kali, tangannya membentuk peace di pipi kemudian satu jari telunjuk ia letakkan di depan bibir. Hmm, pose imut ya No?

Dia memegang knop pintu nya yang hampir terlepas, nino menariknya kuat agar rusak sekalian.

"Nino comeback!!"

"Gak usah sok inggris kamu!" desis ayah. Nino mengindahkan ucapan ayahnya, setiap saat juga ayahnya selalu sewot padanya, bukan hal yang mengejutkan lagi, "mau kemana rapi begitu. Baru juga keluar dari rumah sakit" kata ayah

Nino mendongak angkuh. Dia duduk di sisi kakeknya, menerima susu dari mbak dan sepiring nasi goreng dari ibu tirinya.

"Piknik dong~~" ucap nino senang.

"Dengan si badan besar itu?" tanya ayah. Ayah lupa siapa namanya, dan lagi... Teman nino banyak, mana berisik semua lagi.

"Bukan. Sama daddy"

Hah. Ayah berhenti menyuapkan roti selai di mulut, matanya melihat raut wajah nino yang berseri. Dan apa katanya? Daddy.
Ayah mendengus kasar, siapa pula yang dia panggil daddy? Kan ayahnya bukan orang itu.

"Mama tiri kapan pulang dari liburannya?"

"Kemarin"

Nino mangut mangut paham. Tapi kok nggak jenguk dia di rumah sakit. Apa lebih penting liburan dari pada dia?
Eh.. Lupa. Dia kan cuma anak tiri.

"Kakek juga harus pulang. Nggak betah tinggal di sini" dengusnya, kakek menyuap nasi goreng tak santai ke mulutnya. Maniknya menatap ayah tajam begitu pula istrinya. "Nino ikut kakek aja ya? Kasian kakek sendirian na__

Ayah memotong cepat ucapan kakek, "gak ada. Papa kalau mau pulang ya sendiri aja, ngapain pulang-pulang bawa nino"

"Emang siapa yang butuh saranmu? Siapa yang bertanya padamu? Hem...

Kakek mengangkat kepalanya ke atas sebentar lalu kembali memusatkan atensinya pada nino. "Mau ya? Kakek udah tua begini, nanti kalo ada apa-apa gimana?"

Nino menatap kedua nya bimbang, memasang wajah sok berpikirnya.

"Aku nggak mau tinggal sama kalian"

Ucapan nino membuat kakek dan ayah diam. Memang nino mau kemana lagi? Nggak mungkin jadi gelandangan kan? Atau sudah bosan jadi orang kaya? Nggak mungkin. Orang seperti nino itu sulit di ajak susah.

"Oh kamu mau tinggal di apartemen seperti kakakmu? Oke. Ayah belikan di samping mino" kata ayah, beliau mulai mengotak atik ponselnya, mungkin menghubungi si pemilik untuk membeli apartemen itu.

Nino menggumam tidak. Itu malah membuat kakeknya bingung, "kamu mau di kosan? Ruko? Flat? Kontrakan? Hotel? Motel?... Hm.. Yang mana?"

Ayahnya juga ikutan menatap nino heran, ini anak nggak kemasukan sesuatu kan.

"Nino mau tinggal sama daddy!!!"

Dengan teriakan melengking itu nino langsung kabur keluar dari rumah mewahnya, dia tertawa nista mendengar teriakan ayahnya yang meraung seperti singa kelaparan. Atau kakeknya yang terbahak melihat kelakuannya, hmm sudah kembali kan sifat tengilnya nino.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang