part nampuluhmbilan

4.6K 353 29
                                    

Maap ya semua baru nongol, baru beli kuota dan mood nulis ku baru kembali..






...............

Brak

Brak

"Nino! Lo nggak ke kampus apa begimana ini?!"

Hening

Ezra menoleh ke kanan, di mana mino berdiri dengan setelan santainya. Bersedekap melihat usaha ezra membangunkan nino yang masih tidur seperti orang mati.

Setahun lebih nino berhasil menjalani hidup nya tanpa sahabatnya, mereka semua telah pulang ke tempat asal. Begitupun dafa, nino juga yang mengantarnya sampai ke bandara. Rasanya begitu sepi, seperti tidak ada gairah sama sekali. Ada hanan sih tapi kurang menantang kalau hanya dengan anak itu. Apalagi hanan sekarang selalu di tempeli si kutu buku wildan, nino juga nggak enak kalau mengajak hanan berbuat yang nyeleneh di tambah adanya wildan.

"Berhasil? Nggak kan, biarin lah nanti kalau telat dia juga yang kena bukan gue" mino menepuk bahu ezra sekali, dia sedikit menendang pintu yang tertutup itu. "Dasar kebiasaan" desis mino lirih

Ceklek

Sebuah kepala menyembul ketika mino sudah tak terlihat lagi, nino menarik lengan ezra agar masuk ke kamarnya. Si empunya terperanjak kaget, dia menatap bingung nino yang ternyata sudah siap dengan kemeja putih dan celana bahan hitam. Pokoknya udah khas maba gitu.

"Lah, aku kira belum bangun. Ngapain narik aku ke sini"

"Gue ga mau ke kampus. Males" cebik nino, "gue gak ada temennya di sana" tambahnya lagi, kini dia menopang kepala nya di kedua lengannya yang terlipat di meja belajarnya.

"Kan ada hanan. Lebay banget sih" ujar ezra, "nanti juga ada candra, frengki" nino mendesis kesal, dia melempar kertas kosong ke arah ezra

"Frengki juga pulang asal lo tau kak" seru nino

Ezra merespon dengan gumaman. Akhir-akhir ini memang nino itu sedikit sensitive, di senggol sedikit saja marah. Di larang sedikit oleh ayah saja ngambek, apa mungkin faktor di tinggal para sahabatnya itu.

"Gak usah kebanyakan ngeles, cepet turun. Aku tunggu di bawah" ezra berdiri hendak keluar dari kamar nino, tangannya di cekal oleh nino. Si empunya menggeleng dengan puppy eyes nya, "ngomong aja sama ayah. Bye" ucap ezra. Dia ber smirk ria melihat wajah lesu nino

Nino sendiri mencibir, dia mengambil tas nya lalu menyusul ezra.
Langkah kakinya sengaja ia lambatkan, biar telat sekalian. Tinggal selangkah lagi nino sampai di ruang makan, dia bisa melihat wajah ayahnya yang terlihat tidak berselera makan. Dia sedikit mengintip menu pagi ini, serba hijau.. Wow pantes ayahnya mukanya udah ketekuk begitu

"Morning ayah"

"Hm"

Terlihat ayah tengah merogoh sesuatu dalam tas kerjanya, nino menatapnya penuh selidik.

"Untuk siapa dad--- uhuk-- ayah" nino menyengir melihat ayahnya menatapnya tajam. Dia membuang muka. Mulut sialan, batinnya kesal

Ayah masih lekat menatap nino tanpa suara, auranya membuat orang yang di dekat ayah tak nyaman. Jangan tanya nino, dia juga betah berpura-pura tidak melihat gimana ayahnya memandangnya.

Tuk

"Auw" nino mengusap dahinya, sentilan ayahnya begitu membuat dahinya panas. "Kunci mobil? Perasaan mobil merahku masih layak kok" seru nino

Sebenarnya dalam hati nino sudah jingkrak-jingkrak senang, apalagi ini mobil keluaran terbaru yang sempat ezra tunjukkan padanya. Dan sekarang mobil itu menjadi miliknya, dia menyambar kunci mobil itu cepat. Nino tak sengaja menoleh pada mino yang kebetulan juga sedang melihatnya, nino melempar tatapan tengilnya. Dagunya terangkat, kemudian kunci mobil di tangannya juga ia mainkan.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang