part tigabelas

7.6K 682 4
                                    

Lihatlah ke atas, dan tataplah banyak bintang di sana. Salah satunya pasti ada yang menarik perhatianmu. Di matamu pasti bintang itu paling terang dan paling bersinar dari yang lain. Hal itu cukup membuktikan kuasa Tuhan memang tidak dapat di definisikan lagi. Apalagi ketika cahayanya mulai redup, bias sinar dari matahari memantulkan sebagian kekuatannya untuk bulan. Membantu menyinari kegelapan yang tengah meliputi kehidupan itu, termasuk kehidupannya.

Satu-satunya orang yang bisa ia percayai adalah sesosok ayah. Seseorang yang dengan mudahnya menyakiti fisiknya, namun selagi nino masih terikat dan belum legal dia adalah milik ayahnya. Asetnya. Apapun yang di lakukan ayahnya patut dia terima. Sejatinya nino akan melakukan apapun demi janjinya pada mommy nya.

"Wah, jinjjah!" nino kembali memekik melihat betapa banyak berkas kantor ayahnya di kamar, pasti kerjaannya si tua bangka itu, batin nino sebal

Nino mengambil salah satu berkas itu, membacanya teliti. Setiap deret kalimatnya, terkadang nino mencoret atau melemparnya sembarang arah. Nino melakukannya karena menurutnya perjanjian kerja sama itu malah merugikan kantor ayahnya. Nino cukup lihai melakukannya, bahkan dia lupa kalau dirinya membenci kegiatan yang di lakukannya

Itu pun tak luput dari mata sang ayah  yang sejak tadi mengamati putranya, lihatkan? Nino punya potensi. Hanya saja anak itu harus di jejal dulu dengan kekerasan. Di paksa sedemikian rupa atau lebih parahnya di ancam.

"Tuan, anda harus segera meeting dengan kolega bisnis anda di Texas"

Ayah sekali lagi menatap nino, lalu mengangguk. Kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari pintu,

"Awasi nino. Jangan biarkan dia keluyuran sebelum semua hukumannya selesai" titah ayah.

Bodyguard itu mengangguk paham. Lalu bersiap pasang badan di depan pintu. Menatap ke depan tajam, bagi mereka tidak ada yang namanya bercanda selain dengan tuan muda yang ia jaga. Karena hanya pemuda itulah yang menerima bodyguard seperti mereka dengan tulus dan terbuka. Mereka sangat menghormatinya, seperti mereka menghormati tuan besar.

"Anterin ke mini market dulu pak" tau-tau nino muncul di samping bodyguard itu. Menatap malas, karena pasti mikir dulu.

"Tapi kata tuan, anda tidak boleh keluar. Sebelum semuanya selesai"

"Udah selesai tuh"

Nino menunjuk ke dalam ruangan, banyak berkas berhamburan di lantai. Mungkin karena efek ke bad mood an nino,

"Baiklah"

Mereka berjalan beriringan, itupun nino yang minta. Karena dia tak nyaman harus di kawal, seperti orang penting saja.

"Bapak nanti tunggu di mobil saja, gue cuma beli jajan"

'Saya setua itu ya harus di panggil bapak'batin bodyguard itu jengkel

Setelah itu nino segera memasuki mini market,  menelusuri setiap rak jajanan kesukaannya. Memasukkan satu persatu jajan ke dalam trolinya, nino segera jalan ke kasir lalu membayarnya, masih ingat kan dengan ucapan nino kalo dia mau nyuri blackcard ayahnya?Nino masih menyimpannya, dia mana cukup di beri uang 200rb.

Ada dua plastik besar di kedua tangannya, entah apa saja yang nino beli. Semoga saja nanti dia pulang tidak di omeli ayahnya, atau mungkin di tanyai dari mana mendapatkan uang sebanyak itu untuk berbelanja bermacam-macam aneka jajanan.

Nino memasukkan plastik berisi jajan miliknya itu di jok belakang, lalu masuk ke dalam mobil. Dia menyuruh bodyguard ayahnya segera melajukan mobil, dia tidak mau berlama-lama. Ingin cepat-cepat berleha-leha dia.

"Kalo nanti ayah bertanya, bilang aja make uang bapak ya?"

"Kenapa harus?"

Nino mencibir

"Kinipi hiris" katanya meniru ucapan bodyguard ayahnya,

"bapak mau gue di pukul sama ayah ya" kesalnya

"Ya itukan salah anda sendiri, ngapain ngambil kartu tuan besar?"

Ini bodyguard minta di pecat ya? Lama-lama ngelunjak deh.

"Bapak nggak tau sih penderitaan gue, mau tukar posisi?"

Bodyguard itu menggeleng, "makanya nurut sama majikan" jawab nino

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang