part nampuluhlapan

4.8K 385 17
                                    

"Yak! Lepaskan saya!"

Bruk

Hanan terhempas di lantai dingin, menelisik ke segala arah. Asing. Dia tidak pernah datang ke tempat ini. Ketika dia mendongak, hanan mendengus melihat nino dan ayahnya berdiri di depannya. Lalu di belakangnya kakek tua itu, hanan menyesal tadi tidak kabur saja.

"Cepet Yah, minta maaf sama hanan. Gak mau tau, pokoknya hanan gak boleh jauh-jauh sama aku" nino bersedekap dada. Memalingkan wajah, enggan melihat ayahnya yang melihatnya datar.

"Berdiri kamu" ketus ayah. Hanan segera beranjak dari duduk nya, dia menatap ke bawah. "Orang tuamu bebas, lupain syarat yang saya ajukan. Kamu nggak harus nurutin permintaan saya" habis mengatakan itu ayah segera berlalu dari sana, tersisa nino yang kini tersenyum lebar. Dia menatap kakeknya yang melihatnya dengan senyuman aneh di sana.

Plak

Tangan nino memukul bahu hanan kuat, nino gemas sekali karena hanan mau-mau saja tunduk dengan perintah ayahnya.

"Sialan lo! Sakit tau" dengus hanan

"Itu salah lo. Kenapa lo ngehindar dari gue" nino kini memusatkan atensinya penuh pada sang sahabat, meminta penjelasan terhadap kelakuannya selama ini dengan wildan. Bisa-bisa nya dia melupakannya, memang nino akan diam saja? Tentu saja tidak.

"Ya maap. Nggak ada pilihan lain, terpaksa gue harus pura-pura temenan sama wildan. Aslinya mah kagak" ujar hanan. "Cih. Muka dua dasar" decak nino

Hanan merolingkan mata sebal, karena siapa coba dia seperti ini kalau bukan nino.

"Heleh, gue tinggal sama wildan aja nangis kan lo!" sarkas hanan

"Ya kan gue takut lo bakal beneran ninggalin gue sialan."

Hanan menanggapi dengan senyuman. Dia mengusak surai nino hingga berantakan, mana mungkin dia meninggalkan nino bahkan persahabatan mereka terjalin sudah sangat lama. Dia tau luar dalam nino seperti apa, begitu pun sebaliknya.

"Ini bagian dari rencana ayah lo, gue cuma pion"

"Apa lo bilang?!!!"

Hanan menangguk, sebelum menjelaskan semuanya dia mengambil sebuah jam tangan mahal keluaran terbaru dari tas kecil yang tersampir di bahunya.

"Ini hadiah dari ayah lo" hanan memasangkan jam tangan itu di pergelangan nino, "jaga baik-baik" gumamnya

"Jelaskan cepat" nino menarik tangannya, "gak sabaran banget sih!" kesal hanan

"Lo inget nggak pas pertama kali lo keluar dari rumah sakit?" nino mengangguk, "ayah lo nemuin gue di rumah, memberi 2 penawaran yang menggiurkan, yang pertama orang tua gue bisa bebas dari penjara tapi kita sekeluarga harus rela pindah. Yang kedua, orang tua gue bebas tanpa syarat tapi gue harus mau menuruti apa yang di perintahkan sama ayah lo" jelas hanan

"Dan lo milih yang kedua?" tanya nino. "Iya, mana sudi gue pindah" balas hanan

Nino tersenyum kecil, dia memandangi jam tangannya lalu mengusapnya perlahan. "Ini surprise ya" gumam nino, hanan yang mendengarnya cuma menggeleng.

Ayah menyahut asal, yang mana membuat nino diam, "bukan surprise. Itu balasan buat anak nakal sepertimu" ujar ayah

"Liat aja, aku bakal ikut mom" celetuk nino kesal, padahal hatinya udah berbunga-bunga karena ayahnya. Perusak suasana aja sih. "Liat aja kamu bakal ayah kurung di kamar selamanya" lagi. Ayah menyahut asal-asalan.

"Aku bakal bawa kak mino dan kak ezra ke tempat daddy" balas nino tak kalah asal, "ayah bakal bawa kamu sebelum kamu bertindak" tukas ayah kesal

Kakek berdeham keras supaya anak dan cucunya berhenti adu mulut. Dan akhirnya mereka diam, hanan pun menghampiri ayah. Dia membungkuk sopan, lalu beralih ke kakek..

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang