part tujupuluh

9.3K 512 46
                                    

Lukas mendengus, dia tak habis pikir dengan nino. Kenapa respon anak itu biasa saja dia kembali untuk bisa kuliah satu tempat dengannya. Lukas mati-matian berdebat dengan ibunya untuk bisa keluar dari hongkong, dia sempat ke china sebentar namun akhirnya dia di seret paksa oleh ibunya pulang.

"Kalian ikut BEM juga?" dia bersuara mewakili nino yang sudah bermain ludo dengan candra, bahkan deheman dari lukas ia abaikan.

"Hm. Gue ikut nino kok" sahut candra, "yosh, giliran gue" pekiknya

"Aneh nggak sih kalau kita tiba-tiba lolos gitu aja tanpa seleksi" gumam hanan

Zian mendecak gumaman dari hanan, apapun yang di lakukan yongki tidak akan di protes oleh dekan atau rektor.

"Kak yong emang kaya gitu, tahun kemarin aja dia langsung ambil bagian dalam BEM sama temennya" ujar zian

Zian sedikit paham akan jalan pikiran yongki, apapun sesuatu yang membuatnya tertarik dia akan memberi jalan agar rasa tertariknya terlampiaskan. Jika itu seseorang, yongki akan mendekatinya atau membuat orang itu mendekat padanya.

"Dia orang penting ya di sini" ujar nino. Matanya masih bergulir melihat cara mainnya candra, antisipasi kalau-kalau sahabatnya itu berbuat curang,

"Betul. Dia cucu dari pemilik kampus" jawab zian

Nino mangut-mangut paham. "Terus kalian ikutan BEM cuma ngintilin gue doang nih" ucapan itu di tujukan pada lukas, candra dan hanan.

"Iya" balas mereka kompak

"Ohh, terserah kalian sajalah" mereka kembali fokus akan apa yang mereka kerjakan

Tuk

Lemparan spidol mendarat di bawah kaki hanan, dia mendongak untuk melihat siapa gerangan yang melemparnya benda itu.

"Kalian di sini ternyata" yongki berjalan mendekati komplotan nino, di sebelahnya ada galih yang membawa sebuah paper bag di tangannya. "Kalian besok pakai ini, besok akan di adakan rapat di ruang BEM. Sekalian bakal gue rekrut kalian untuk acara pensi tahunan kampus" ungkapnya, jemarinya mengambil sebuah headban warna merah khas anggota BEM dan juga name tag. Dia membagikan satu persatu untuk mereka

"Jangan lupa dateng ya, awas aja kalo kalian ngaret" ancam galih, "sampai ketemu besok sahabat" kekeh yongki kala melihat wajah sumringah mereka

Sepeninggal yongki dan galih barulah lukas yang pertama kali heboh, dia cepat-cepat memasang headban itu di kepalanya. Tak lupa name tag yang ia kalungkan di leher

"Keren banget nih gue kalau make ini" narsis nino, hanan merotasikan bola matanya jengah, "inget kesehatan loh nono sayang" ujarnya

Candra bergidik mendengar nada mendayu milik hanan, dia sengaja bergeser agak menjauh dari nino. "Cringe banget sih han" katanya

"Udah ah gue cabut, masih ada kelas" pamit zian, dia membereskan tasnya kemudian berjalan keluar dari ruangan.

"Gue juga pamit dah, ada janji sama wildan ke perpustakaan" ucapnya, nino menatap hanan yang terburu keluar

"Si mata empat itu ya?" tanya candra, dia menepuk bahu nino, "hum. Pulang aja yuk, nongkrong dimana gitu" seru nino

Lukas mengangguk, lagi pula sudah lama mereka tak menghabiskan waktu bersama. Dia juga penasaran kondisi basecamp mereka itu

"Yang terakhir sampai parkiran dia yang bayar makan kita nanti" pekik nino, dia berlari mendahului lukas dan candra yang terbengong mendengar ucapannya.

"Wah, curang lo" teriak lukas, dia menyusul nino yang sudah tak terlihat itu

"Tungguin gue woy"

Nino berlari dengan tersenyum lebar di sepanjang jalan,  rautnya berbinar ketika teriakan lukas dan candra menggema di belakangnya. Dua tahun belakangan ini hidupnya terlihat monoton sekali, seperti tidak ada gairah sama sekali. Dia beruntung memiliki sahabat seperti lukas dan candra, mereka rela pindah karena nya. Nino merasa di cintai oleh mereka berdua.

Mereka berlarian ke parkiran dengan background matahari yang mulai menyipitkan sinarnya, dada mereka kembang kempis ketika sampai di depan mobil merah merekah miliknya.

"Ahhh, gue menang" pekik nino bersemangat

Lukas tersenyum tipis. Dia memeluk nino dari samping, mereka tertawa lebar melihat wajah candra yang mendung itu.

"Karena gue sayang lo berdua, ayo kita makan sepuasnya!" seru candra

"Candra yang terbaik" lukas memekik, "gue juga sayang lo berdua" ucap nino, dia memutar arah lalu memasuki mobilnya.

Candra dan lukas saling bertatapan sebentar, kemudian melemparkan senyum khas mereka mendengar ungkapan nino. Lukas mengangguk dan ikut masuk ke mobil nino, begitu pun candra.

Setelah kejadian demi kejadian menimpa sebagian hidup nino namun Tuhan masihlah sangat menyayanginya, buktinya dia masih bisa menghirup udara yang sama dengan orang-orang yang ia sayang. Menjadi sosok bungsu yang awalnya tidak membuat ayah nya puas, di maki, dan di sakiti mengajarkan nino bahwa hidup itu penuh akan tantangan. Dia belajar dari orang yang pernah menyakitinya kalau masalah itu tidak terlepas dari nafsu dan cemburu.

Untungnya nino memiliki teman... Eh.. Sahabat lebih tepatnya, yang mampu melengkapi ceritanya. Terlebih dengan adanya mereka nino yakin kalau cinta itu tidak harus dari hubungan darah.

Lukas dan candra, nama mereka berdua lah yang nino jaga dalam hatinya. Mungkin hanan sudah tergeser, tapi nino juga tidak berniat melupakan kebaikannya.

Ayah yang membuatnya selalu nyaman dan aman, mino yang mengajarkannya jangan percaya orang dari luarnya, ezra si kakak tiri yang menyayanginya, dan kakeknya yang selalu tidak bisa menolak keinginannya.

Sebenarnya nino masih ingin bercerita lebih tentang kehidupannya selama ini, dia juga baru mengenyam manisnya bangku perkuliahan. Dimana fase dewasanya akan di uji di sana.

Nino juga masih inget perjuangannya dalam menggapai nilai KKM waktu SMA, dia mati-matian belajar sampai jatuh sakit. Setelah dia lulus, masalah yang lain muncul lagi. Ayah dan mommy nya yang berebut hak asuhnya, padahal jelas-jelas dirinya ikut dengan ayah. Tapi di lain sisi dia juga kasian terhadap mommynya, tapi hatinya tidak ingin bersama mommy.
Meski ada hati lain yang tersisih akan tindakan kedua orang dewasa itu, nino yakin kalau mommy pasti bisa mengerti keputusan yang ia ambil.

Dan akhir dari segalanya, mommy mengalah pada ayah, ayah yang memenangkan hak asuh nino dan mino dengan bantuan kakek tentu saja.
Kabar burung yang nino dengar, mommy nya pindah ke belanda bersama suaminya.
Nino tak memusingkan itu, dia bahagia dengan hidupnya sekarang. Dia bahagia ketika berada di sisi ayahnya, kakaknya dan sahabatnya.

Tiada lagi ayah yang ringan tangan, tiada lagi kedengkian, tiada lagi yang patut nino pikirkan. Semuanya benar-benar sudah selesai.

Kehidupan pahit nino telah berakhir,
Kehidupan SMA nino yang penuh dengan kenakalan telah usai,
Yang ada sekarang hanyalah si nino yang ingin mencari jati diri dalam kehidupan kampusnya, tentu saja dengan konflik yang berbeda.






End.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang