part tigadua

6.2K 632 48
                                    

"Heh! Hubungi ambulan sama polisi bodoh! Malah poto-poto" pekik pria berseragam SMP. "Sini om dan tante saya ceburin di sungai, terus saya poto!" sarkasnya,

Orang-orang cuma ngeliatin doang, itu nanti anak orang mati nggak segera di tolongin. Mana mobilnya udah kelelep dalem air. Pria muda itu meneriaki semua orang agar berhenti histeris, tinggal nunggu polisi sama ambulan. Banyak yang luka, tapi nggak separah yang mobilnya nyebur sungai.

"Gimana nasibnya yang di dalem mobil ya?"

"Ya ampun kasian banget"

"Tadi mobil itu juga kaya nge hindarin mobil di depannya, terus dia banting stir sampe nyebur gitu. Aku liat sendiri, soalnya mobilku nggak terlalu jauh dari mobil itu"

Pria muda berseragam SMP cuma muter mata males, dimana-mana kok cuma ghibah isinya. Beberapa menit kemudian, sirine polisi dan ambulan terdengar. Orang-orang pada menepi, yang terluka segera di obati. Dan saksi mata segera di interogasi di lokasi. Termasuk pria SMP tadi.

Breaking news

Berita hari ini, kecelakaan maut terjadi pada tanggal xx xx, di jalan xx xx.. 3 orang terluka parah, dan 1 orang dalam keadaan kritis. Pemicu kecelakaan terjadi karena pengendara dalam keadaan kantuk sehingga menabrak mo---

"Kenapa mati?" ternyata ayah lagi menyimak serius berita yang terjadi hari ini, "nggak seru, mending kita main catur" mino mengambil sebuah catur di bawah meja, dia duduk di depan ayahnya dan mulai menyusun pion-pionnya

Ayah cuma diam. Masih kepikiran tentang kecelakaan yang terjadi tadi, dari gambarnya saja sudah pasti banyak yang terluka, poin pentingnya nino juga lewat di jalan itu.

"Mino, coba kamu telpon adikmu" mino mengernyit heran, "kan nino lagi beliin aku kertas hvs sama makan untuk kita, nanti juga pulang" jawabnya

Mino kembali fokus pada pionnya, ayah kembali menatap ponsel yang tergeletak di sampingnya. Begitulah ayah, selalu saja gengsi yang memimpin.
Akhirnya ayah cuma liatin doang jam sama ponselnya, menyampingkan sesuatu yang terasa beda saat ini

.....

"Ambilkan selimut!!" teriak salah satu medis, tubuh yang berada di pelukannya mendingin seperti mayat. Air mungkin sudah memenuhi bagian dalam tubuhnya.

Tangannya berada di dada nino, memompa terus menerus hingga air itu keluar.

"Hiduplah...bertahanlah....

Kembali. Air itu muncrat, namun itu belum  selesai...

"Bodoh. Anak itu bisa mati, kita bawa ke rumah sakit!" teriak rekannya

Mereka meletakkan nino di brankar, lalu mendorongnya dan memasukkan ke dalam mobil ambulan. Orang-orang di sana cuma bisa mendoakannya. Beberapa dari mereka menangis, membayangkan betapa sakitnya dia. Membayangkan jika mereka berada di posisinya.

"Kakak itu kesakitan pasti"gumam seseorang berseragam SMP tadi, dia mengusap sudut matanya.

Sirine ambulan tak henti berbunyi, hingga sampai di rumah sakit pun tidak juga di matikan. Brankar yang nino gunakan mereka dorong dengan tergesa, mereka memasuki rumah sakit, beberapa medis berbincang dengan para dokter. Mereka mengangguk bersamaan, dan mulai menyiapkan ruangan khusus untuk si nino

"Eh.. Itu kaya kenal" gumam seseorang, dia mendekat untuk melihat lebih jelas. Langkahnya kian mendekat, sekilas dia melihat kulitnya yang pucat. Dia mematung, wajah yang biasanya terlihat menyebalkan, wajah yang selalu menatapnya lembut, kenapa malah diam seperti ini!

"PAK INI TEMAN SAYA! TEMAN SAYA PAK!!" candra histeris di depan tubuh nino, dua orang medis menahannya agar tak mengikuti nino yang masuk ke dalam ruangan UGD

"Nono.. hiks.. Pak.. Itu sahabat saya,,,nono,,pak sahabat saya pak"

"Iya nak, tenangkan dirimu. Kami akan berbuat sebaik mungkin untuk nya" kata medis pria yang ada di sebelah candra.

Candra mengusap kasar air matanya yang tak hentinya mengalir, dia sesenggukan di sana. Sendirian.
Candra tadi cuma mampir karena febri bilang dia ada urusan sama neneknya yang juga di rawat di rumah sakit ini.

"Kemarin kita habis video callan, kemarinnya lagi kita masih ketawa bareng, nono gue nggak nyangka" gumamnya, candra kembali menangis. "Lo tau, gue doa apa pas ulang tahun gue? Gue cuma mau lo bahagia terus sama kita" bisiknya pada angin lalu

Tangannya mengusap ingus yang mengalir, dia mengambil ponselnya. Lalu mendial nomor semua sahabatnya, mereka harus tau.

'Halo can, udah mau balik? Gue jemput dimana?'

"Kak johny...

'Can? Lo baik-baik aja kan?'

"Kak johny.. Hiks..kak johny.. Nino kak,..

'Can! Lo kenapa? Kenapa nino?'

"Dateng ke rumah sakit Ensiti sekarang ya.. Nino kecelakaan"

Pip

Terputusnya panggilan dari candra, membuat johny yakin candra nggak mungkin bercanda di saat seperti ini. Apalagi candra tadi menahan tangis.

Johny mengambil tas kecil nya dan kunci mobil, "semuanya bersiap, kita berangkat sekarang!"

"Kemana john?" tanya irwan, "ke rumah sakit" jawab johny sambil memakai sepatu

Lukas sama nato berdiri. Siapa yang sakit? Candra? Tapi, tadi kayanya dia sehat tuh.

"Nino kecelakaan" johny menjawab kebingungan yang melanda sahabatnya, suaranya bergetar. Lukas mencengkeram erat bahunya, dia nggak peduli lagi johny lebih tua darinya. "Kak, ini nggak lucu" kata lukas

"LO PIKIR GUE NGE LUCU?!" bentak johny, lukas tersentak. Dia mundur dan menunduk. Nato mengusap bahu lukas lembut, dia tau lukas terkejut akan fakta nino. "Kita berangkat sekarang" final irwan

"Semuanya baik-baik aja. Percaya sama gue, nino itu anak bandel, mana mungkin dia bisa diem" hibur nato

Lukas menatap ke depan kosong. Johny pun juga sama, jadi yang nyetir irwan karena nggak mungkin membiarkan johny yang seperti itu mengendarai mobil.

"Hanya nino yang bisa nerima gue, dia udah gue anggep keluarga sendiri" lukas yang biasanya pecicilan juga tiba-tiba menjadi pendiam, hanya karena satu orang, nino.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang