part duaenam

6.7K 644 41
                                    

Balutan jas hitam yang melilit di tubuh kekarnya, membuat banyak pasang mata meliriknya, meski umurnya sudah kepala tiga namun aura tegas nya masih kental ada dalam diri nya. Rupanya bahkan masih sangat tampan, wanita bahkan pria berusaha mencari perhatian darinya. Si CEO kaya tidak mungkin mereka lewatkan bung, apalagi dia berdiri tepat di depan mall yang ramai pengunjung. Dan juga tangan kanannya memegang ponsel serta tangan kirinya ia masukkan dalam saku. Double sial... Maniknya menatap tajam benda pipih itu, alisnya menukik tajam ketika melihat beberapa foto di dalamnya.

(Anggap itu di depan mall, key)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap itu di depan mall, key)

"Sok sibuk sekali! Belajar juga tidak" gerutunya, "kemana sebenarnya bocah itu! Menyusahkan" lagi. Mulutnya sentiasa mengeluh, ya karena laporan dari orang terpercayanya, meeting yang seharusnya berlangsung dua jam ke depan harus batal. Apalagi anak bungsunya tidak bisa di hubungi,

Kakinya melangkah masuk ke dalam mall, lalu berbelok ke area sepatu dan pakaian yang fashionable. Manik tajamnya memindai seluruh jejeran sepatu, dia mendekat pada salah satu yang menarik perhatiannya. Warna merah, warna favorite si bungsu.

"Mbak, bingkiskan ini pake kertas kado ya, ukuran 43" ucapnya sambil menyodorkan sebuah kartu, "baik om, tunggu sebentar ya" pegawai wanita itu langsung bergegas membungkus sepatu yang di inginkan pelanggan pertamanya, yang ganteng maksudnya ehe'

"Ini om, terima kasih sudah berbelanja di toko kami"

Tanpa menjawab ucapan dari pegawai itu, ayah melengos pergi. "Kenapa belum juga aktif, apa ponselnya rusak" gumam ayah

Kakinya melangkah keluar dari mall, beberapa pasang mata masih memelototinya. Ayah abai. Bahkan tubuhnya sengaja di pegang, atau di dorong oleh wanita genit di sana. Ayah sebenarnya geram, tapi menahannya. Bisa rusak image nya kalau maung nya keluar

"Bisa tolong menyingkir dari hadapan saya?" kata ayah, tangannya penuh dengan belanjaan dan wanita tua ini malah menghalanginya. "Bisa bantu saya pulang, saya tidak membawa kendaraan" ucapnya

"Tidak bawa atau tidak punya!" sarkas ayah. Wanita di depannya memerah, antara malu dan marah mungkin. "Bisa minggir? Anak dan istri saya sudah menunggu di mobil" ayah langsung nyerobot, bahkan bahunya sengaja ia tabrakan agar wanita itu menyingkir.

Ayah masuk mobil dengan perasaan kesal, dia membanting pintu lalu duduk dengan nyaman di kursi. Meletakkan bingkisan di sebelahnya, "ke bandara, kita pulang" titahnya

Sang sopir hanya mampu menuruti semua ucapannya, sedangkan ayah memijit hidungnya karena pusing. Agenda nya kacau dan masalah lain berdatangan seperti hujan.

Duk

Duk

"Shit!!" teriak nino. Kakinya menendang ban mobilnya, dia terjebak di tempat sepi. Jarak dari rumahnya lumayan jauh, dan malah ban nya bocor. Nino tak hentinya mengumpat.

Mana ponselnya mati. Nino celingukan mencari bantuan, tapi keadaan sepi sekali. Seperti tidak ada orang, wajar sih karena sekitarnya kebun dan warung, itupun sudah lama kosong. Nino menyesal memilih jalan pintas ke rumah kalau dia terjebak di tempat seperti ini

"Gue gimana ini" kukunya ia gigit, kebiasaan kalau sedang panik. "Apa jalan kaki aja ya" gumamnya

Nino menggeleng. Ya kali, jarak sejauh itu jalan kaki. Dia memilih masuk ke mobil dan menguncinya, mungkin menunggu beberapa saat lagi siapa tau ada seseorang lewat. Kalau beruntung, nino bisa numpang sampai rumah.

"Sepi banget gila... Berasa main film horor" ucapnya

Kepalanya menyender di kemudi mobilnya, pasrah akan nasibnya nanti. Dia melirik ponsel yang dia cas make power bank, udah ngisi 10% tapi nggak papa lah.

Tangannya menari di ponsel nya, beberapa notif dari ayahnya sengaja ia bisukan. Pasti ngomel karena dia kabur...

"Bisa jemput gue gak?"

'Gue gak bisa. Ada acara sama dafa'

"Gitu ya lo, ada dafa gue di lupain. Ban mobil gue bocor, gue kudu pulang sekarang"

'Duh,, gimana ya no, gue beneran gak bisa'

"Ya udah deh, have fun ya"

....

Nino segera mengetik pesan pada seseorang, kalau hanan gak bisa dia akan meminta tolong sama candra.

Can.  Jemput gue di persimpangan cafe
Yg kakak gue biasa nongkrong bisa?

Pake motor nya kak irwan ya?  Gue gak ada
Mobil apalagi motor

Oke. Gue tunggu

Siap pak bos!

......

Cukup lama nino menunggu jemputannya, hari juga mulai petang. Sebentar lagi pasti gelas, bunyi klakson motor membuat lamunannya buyar. Nino segera turun dari mobil dan menaiki motor yang di kendarai candra.

"Mobil lo gimana?" tanya candra. Di tinggal begitu aja? Nggak takut di begal, pikirnya

"Nanti gue ngomong sama montir langganan ayah gue, cabut sekarang can" nino udah duduk nyaman di jok motor belakang, candra mengangguk dan mengegas motornya dengan kecepatan penuh.

"Thanks ya"

"Sans lah.. Gue pergi ya, nggak enak sama kak irwan" ucap candra setelah menerima helm dari nino, "hilih. Jangan lupa ganti bensin nya" kata nino

"Dih, males banget" jawab candra. Dia emang gitu, kalo minjem nggak tau diri. "Pulang sono lo, ngapain masih di sini" nino menendang kecil kaki candra

"Sabar elah. Gue tabrak juga tubuh kerempeng lo" kesal candra, "ngaca woy ngaca" tukas nino

Nino memasuki kediamannya, candra juga udah pergi tadi. Dia melangkah santai sebelum ada sepatu yang melayang dari atas. Nino mengaduh sakit, dia mendongak. Ayahnya menatap tajam ke nino, tangannya bersedekap dan berlalu dari sana.

'Mati gue'

Kakinya terburu masuk ke kediamannya, dia berlari di tangga tergesa. Memasuki kamar dan menguncinya dari dalam sebelum ayahnya mengomel bikin telinganya sakit, apalagi nanti terselip nama kakaknya di omelannya, eh.. Lebih tepatnya marahnya

"Babi babi, duh gembok unlimited gue.. Jendela tutup jendela..

Nino berlari kesana kemari demi menutup semua akses di kamarnya, menguncinya dengan gembok yang ia beli sendiri dan hanya dia yang punya kuncinya. Menutup gorden dan mengunci jendela, mematikan lampu dan menghidupkan cctv depan kamarnya, itu juga hanya dia sendiri yang tau

"Sial.. Ayah beneran udah di depan pintu, uuuu wajahnya creepy sekali...

Nino berkata lirih. Tersenyum lebar kala ayahnya sulit membuka pintu kamarnya, dia berganti ke arah komputernya dan memainkan game di sana.

"Setan kecil!!" kesal orang di luar sana. Siapa lagi kalau bukan ayah nino...

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang