part patenam

4.6K 434 10
                                    

Nino dan candra berkeliling mengitari taman dekat rumah dafa, setiap hari di taman itu selalu ramai. Bahkan jajanan selalu stay di pinggiran taman sampai malam. Lukas dan nato turun dari sepeda yang ia sewa, tentu saja memakai uangnya ezra gamteng. Ezra yang masih kesal dengan bersungut-sungut menarik lengan nino cepat. Candra yang kaget pun memekik tidak terima, dia belum puas menikmati harinya. Lukas yang masih antusias terpaksa kembali ke mobil milik hanan. Nato yang masih asik di dunia fantasia nya juga kesal di tarik begitu saja oleh lukas.

"Ezra, ngapain sih!"

"Kakak!"

Nino mengangguk pada ezra, namun tetap tidak memanggilnya dengan embel-embel kakak. "Kita harus ke rumah temanmu, kenapa malah kesini"

Hanan menghela napas lalu mendekat pada ezra. Menepuk bahunya sekali, kemudian dia masuk ke mobil.

"Kita harus ke sana sekarang, sepertinya sudah terlalu lama kita di sini" ujar hanan sambil mengaitkan seatbelt, dia memegang stir mobilnya menatap satu persatu temannya yang manyun itu.

Lukas dan juga candra membanting pintu sangat keras, benar-benar kekanakan. "Kak ezra seusia sama kak irwan nggak sih?" nato bertanya pada semua sahabatnya

"Ya. Gue juga berpikiran yang sama, nah kak gimana tanggapan lo" ucap hanan, "tahun ini 24" jawab ezra seadanya

Mereka merespon 'O' panjang.
Hanan memasuki komplek kediaman dafa, dia fokus menatap jalan, seharusnya kini gantian nino yang menyetir. Malahan mereka tidur semua, gak guna emang. Hanan mendengus melirik nino di sebelahnya.

"Sahabatan sama nino dari kapan?" tanya ezra

Hanan menyibak helaian poni yang menjuntai di dahinya, dia tersenyum menatap nino. "Udah lama kak. Malahan nino itu seperti adik gue sendiri, meskipun kami ini beda satu bulan" ujar hanan

"Nino itu seperti apa?" hanan mengulum senyum, bahasan ini yang membuatnya suka. "Yah, seperti kebanyakan remaja sekarang kak.  Nakal, urakan, dan juga dia punya daya tarik tersendiri" jelas hanan

Dia memutar arah supaya cepat sampai di rumah dafa, mobilnya sampai di depan gerbang hitam milik keluarga dafa. Hanan membangunkan satu persatu sahabatnya, ezra turun untuk menekan belnya. Lalu, satpam di sana membukakan gerbangnya barulah hanan masuk ke dalam.

"Langsung masuk nih?" tanya candra, "terobos aja lah!" jawab lukas

Nino menarik kerah belakang milik lukas, "heh heh, mau kemana lo!" ucap nino

"Telepon dafa sana" tukas candra ke ezra, padahal ezra bingung, gimana caranya?sedangkan dia nggak tau apa-apa.

Ezra  mengangguk

"Cepetan! Lama banget kaya siput!"

Ezra mengangguk, tapi tangannya terangkat menarik helaian rambut candra. "Aaaa, sakit. Kak, lepasin woy!" pekiknya

"Iya, lima menit lagi oke. Otak lo kudu di refresh" ezra semakin kuat menarik rambut milik candra

Nino tersenyum tipis melihatnya, dia melihat lukas lalu mengangguk.

"DAFA! MAEN YOK!" teriak nino

"DAFADAFADAFA!" sambung lukas

"Ck. Kalian berisik banget sumpah, masuk masuk. Cepetan" dafa membuka pintu nya lebar, membiarkan semua temannya masuk. "Lama lo sialan!" desis nino

"Ini siapa?" dafa menunjuk ezra di seberangnya sambil menaruh enam gelas, masing-masing langsung menyambar minuman itu, apalagi lukas. Satu gelas dalam satu teguk, hebat. "Kakak tiri gue, ezra namanya" jawab nino

"Ezra"

"Dafa. Sahabat nino" mereka saling berjabat tangan

Ezra mengangguk yakin bahwa nino ini punya banyak teman bahkan teman baik. Di antara mereka tidak ada satupun tatapan iri atau apapun pada nino, yang ada malah tatapan sayang dan kagum.

"Kita kesini cuma.. Apa ya... Lo aja deh han yang jelasin" kata candra

"Kenapa musti gue? Lo aja deh luke"

"Gak gak. Gue sebagai pihak netral ya harusnya diem" ezra menggeleng pelan, harusnya dia kan yang netral?

Nino mendengus melihat perdebatan sahabatnya itu, pasti dirinya lagi yang mengalah.

"Kita cuma mau mastiin keadaan lo, tingkah lo aneh banget tau gak. Kenapa lo suka ngehindar kalo kita ajak kumpul. Lo mau mutus persahabatan kita" nino mendelik kesal.  "Apa jangan-jangan karena gue?" lanjutnya lagi

Dafa menggeleng heboh. Bukan seperti itu, nino salah paham. Alasan dia menghindar hanya memastikan ibunya tidak semakin membenci semua temannya terlebih nino. Dafa nggak mungkin memutus pertemanan mereka, dafa menyayangi mereka seperti ia menyayangi dirinya sendiri.

"Nono, bukan begitu maksud gue. Lo tau sendiri kan gimana ibu gue itu, gue cuma menunggu beliau pergi ke luar kota dan itu kesempatan buat gue bisa kumpul sama kalian lagi"

"Jadi, intinya lo begini karena nyokap lo?" tanya hanan, dafa menunduk. Merasa bersalah karena membuat mereka khawatir. "Kita bisa bantu ngomong sama ibu lo" timpal nato

"Dimana ibu lo?" candra bertanya namun kepalanya celingukan kesana kemari, entitas wanita yang melahirkan dafa tidak terlihat tuh. "Arisan" jawab dafa

"Gue minta maaf ya, kalau semua terjadi karena gue" ungkap nino

"Udah gue bilang, ini bukan sa__

"Dafa, mama bawa tutor baru untukmu" teriak wanita paruh baya dari depan, sepatu high heels nya beradu dengan lantai membuat suara *klotak*begitu jelas.

Dafa mengusap wajahnya, dia duduk dengan gusar. Pasti mama nya akan marah tanpa alasan yang jelas.

"Daf, itu mobil siapa?" dafa yang di panggil menunduk, dia takut semua akan tambah runyam. Ibunya belum juga memahami siapa nino sebenarnya. Beliau hanya mendengar kabar burung dan juga mulut sialan si mino itu.

"Bisa kamu jelaskan kenapa mereka ada di sini dafa sayang"

'Brengsek'

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang