part sebelas

8.1K 646 1
                                    

"Nono! Tungguin gue anjirrrr"

"Lama bener!!" nino berhenti dari jalan cepatnya, "cepetan!" bentak nino

Hanan yang di teriaki begitu menggerutu kesal, gara-gara siapa coba mereka bisa telat.

"Jangan nyalahin gue dong, kan lo yang di bangunin kebo banget. Mana bodyguard ayah lo ngehalangin gue buat masuk lagi" hanan merangkul bahu nino akrab, yang dia katakan emang bener. Tadi pagi hanan sengaja mampir ke rumah nino untuk berangkat bersama, tapi sampai di sana dia malah di cegat oleh pria tinggi di depan kamar nino

Alhasil, mereka adu mulut. Sampai-sampai mereka terlambat ke sekolah.

"Gue sengaja kagak sekolah, malah lo dateng. Ambyar rencana gue"ujar nino sambil tersenyum paksa

"Woah. Lo emang sesuatu banget. Gue gak habis pikir, makanya ayah lo keras sama lo. Kelakuan lo aja begini" ucap hanan menepuk halus bahu nino

Nino membuang napasnya kasar. Ia mulai memegang kepalanya lagi dan melanjutkan jalannya menuju gedung olahraga.

"Iya iya serah lo, beresin aja hukuman kita dulu."

Mereka dengan kasar, menyapu seluruh ruangan. Tidak kotor sih, tapi banyak debu di lantai. Mana luasnya dua kali lipat lagi. Kenapa harus di renovasi sih, bikin kesal yang membersihkan aja

"What the---

Nino segera mengambil peralatan kebersihan dan memberikan sapu lantai pada hanan. Sedangkan dirinya sendiri membawa alat pel,

"Hanan gercep sih!" teriak nino

Hanan membelalak mendengar suara berat dari nino, nggak nyadar apa kalo suaranya menggema sampai sudut ruangan. Mana suaranya serak-serak gimana gitu

"Iya! Nggak usah teriak kaya tarzan sih"ucap hanan sambil berusahan menghalau debu di sekitarnya, nino terkikik geli

"Gue mau ini cepet selesai nan, pengap gue di sini"tukas nino

Mereka memulai pekerjaan masing-masing, saling bercanda dengan alat kebersihan mereka. Dengan tingkah anak kecilnya.

Akhirnya setelah dua jam membersihkan gedung olahraga indoor itu selesai dengan cepat, mereka hanya menyapu lantai dan mengepel. Tidak dengan membereskan bola yang berserakan, itu tidak ada di list mereka. Nino menatap sekeliling, bersih tapi bola yang tersebar di setiap sudut ruangan mengganggu mata. Nino menoleh ke hanan, meminta saran padanya. Apakah perlu di pungut?

Hanan melihat nino dengan tatapan memelas, "hei, gue rasa ini nggak perlu di bereskan"

"Gue sih setuju aja"

"Cabut yuk, sebelum ada anak yang make gedung ini"

"Gasken"

Sebenarnya mereka mau aja memungut satu persatu bola itu, tapi tenaganya hampir terkuras habis. Jika itu terjadi, mereka akan berakhir di uks sampai bel pulang. Mumpung ada presentasi sejarah, mereka tidak perlu melakukannya.

Nino tersenyum tenang melihat hasil karyanya di tembok toilet, nino lebih suka kelakuannya yang ini. Dafa berteriak kesal sambil terus menyumpah serapahi tindakan temannya, memberikan pandangan menusuk di matanya.
Tangannya cekatan menangkis kaki nino yang bertengger di tembok toilet, mengecap jejak sepatu di sana.

"Bodoh banget! Bisa kena masalah kita"

Dan nino yang menanggapi santai, membuat kepulan asap di kepala dafa

"Wahhh. Lo bener-bener...

Kali ini nino berbicara dengan menatap dafa tak percaya,

"Ini baru di bersihin sama tukang bebersih di sekolah ini njirr, gue gak mau kalo ketauan terus di suruh gantiin buat ngehapus jejak sepatu lo"

"Wah... Lo banget kalo ini mah, penakut. Cuih"

Nino meludah tepat di depan sepatu milik dafa, memberikan pandangan meremehkan.
Kemudian nino merubah mimiknya menjadi tersenyum kecil, nino mengacak-acak rambut dafa.

"Utututu, dasar good boy"

Nino benar-benar terlihat seperti malaikat jika tersenyum seperti itu, di tambah dengan gerakannya yang menghapus sebagian jejak di tembok itu. Dafa masih memperhatikan setiap detil tingkahnya
Nino melakukannya dengan cepat dan rapi, sekarang jejak sepatunya tidak terlalu terlihat lagi, meskipun beberapa masih ada.

Bukan tanpa alasan nino mau melakukannya, kalau bukan karena dafa mana mungkin nino mau. Nino tidak ingin masalah yang ia perbuat malah dafa sampai kena getahnya, dia cukup peduli terhadap teman sekelasnya itu. Sejauh ini dafa tidak pernah sekalipun membuat masalah dengannya, malahan mereka cukup dekat

"Ayo cabut ke kelas. Hanan udah nungguin pasti"

Dafa menarik kerah belakang nino. Seperti majikan dan anjing nya.

Nino mengerang kesal. "Gue bisa jalan sendiri sial" teriaknya

Dafa melirik sebentar ke arah nino, tidak sampai semenit lalu dia melanjutkan jalannya, masih dengan nino yang pasrah.
Dafa tersenyum lebar ketika tidak mendengar lagi ocehan ribut dari nino, "dasar bodoh" gumamnya

Tak jauh dari mereka, seseorang melihat ocehan dua pemuda itu. Tanpa berkedip dan tanpa melanjutkan jalannya. Terpaku akan kelakuan adik kelasnya

Dia berkali-kali menggelengkan kepala ketika melihat pemandangan itu. Tingkahnya benar-benar membuatnya menggigit pipinya dalam. Menahan sesuatu yang ingin keluar, dia menahan tawanya.

Dia menggeleng canggung, "gue udah gila"

Dia memasang wajah datar. Ia bergerak untuk masuk ke toilet.

Nino is NinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang