13. Hantu takut hantu?

2.6K 243 0
                                    

Ini adalah hari terakhir Sarka menikmati masa liburnya yang terpaksa diadakan oleh pihak sekolah, sore itu ia sedang mengobrol dengan Gwen, hantu perempuan dikamar Alan. Sarka ingin berteriak pada dirinya sendiri yang bisa-bisanya ia melakukan hal seperti itu. Berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata tidak pernah Sarka bayangkan  sebelumnya. Tapi, saat ini Sarka sudah mulai menerima dirinya yang baru. Tidak ada gunanya juga untuk memaki dan berharap agar ia bisa seperti dulu lagi. Toh, sepertinya hal itu percuma saja. Daripada lelah dan mengasihani diri, Sarka akhirnya memilih untuk berteman saja dengan dirinya. Lagipula, saat ini Sarka sudah bisa mengendalikan dirinya jika bertemu dengan sosok baru yang datang kepadanya. Sarka tidak terlalu terkejut seperti dulu. Ia bisa menguasai diri.

Seperti kemarin, saat malam hari sekitar pukul kira-kira jam setengah delapan malam, Sarka baru balik dari supermarket yang ada di depan kompleks perumahan. Saat melewati pohon besar milik tetangga rumah, Sarka melihat perempuan yang duduk di dahan pohon. Rambutnya lurus dan tergerai indah, warna kulitnya pucat sekali, seperti ditaburi oleh bedak super banyak. Dengan baju berwarna putih, sosok itu tertawa cekikikan. Begitu Sarka menoleh dan mendongak ke atas, dia menyeringai ke arahnya. Jika sebelumnya Sarka akan ketakutan dan ambil langkah seribu, sekarang Sarka bisa lebih tenang. Ia masih takut, tentu saja, tapi tidak setakut sebelumnya. Sarka pun melanjutkan perjalanan ke rumahnya.

"Kamu tahu nggak? Dia tuh aura negatifnya kuat banget, bahkan saya sendiri tidak berani deket-deket dengannya."

"Siapa?" Sarka bertanya sambil memicingkan alisnya. Ia sedang duduk di lantai kamar Alan, menatap ke arah Gwen yang setia duduk di tempat favoritnya, tentu saja diatas lemari komik.

Gwen berdecak dan memutar bola matanya. "Kenapa malah nanya? Kan kita tadi pagi bahas hantu perempuan yang kamu lihat di pohon besar tetangga sebelah itu."

Sarka meringis pelan, "kamu takut Gwen sama dia?"

"Takut lah, kamu tahu? Dia tuh jahat banget dan angkuh. Saya tidak suka dengannya. Saya pernah berniat mengajak dia berteman, tapi kamu tahu jawaban apa yang saya dapatkan Sarka?"

"Apa?"

"Dia menolak saya! Dih ... Angkuh dan sombong. Dia bahkan menghina saya kalau saya ini tidak selevel dengannya. Padahal kalau dilihat-lihat lagi, lebih cantikan saya ke mana-mana! Gimana menurut kamu? Lebih cantik saya kan ketimbang perempuan penunggu pohon sebelah itu?"

"Bagiku kalian berdua sama saja," jawab Sarka sambil mengendikkan bahunya. Perkataan Sarka membuat Gwen mencebikkan bibirnya.

"Cantikan saya ke mana-mana lah! Lihat nih rambut saya lurus banget, kan? Iyalah, orang saya sisir tiap waktu."

"Aku heran, kok bisa kamu takut sama dia?" Sarka bertanya lagi. Baginya, terdengar sangat aneh sekali. Gwen dan hantu perempuan pohon itu sama-sama sudah meninggal dan tak kasat mata. Mereka hantu. Kenapa hantu takut sama hantu? Bukankah sebenarnya mereka berdua sama-sama menyeramkan?

"Dia kalau marah bisa gawat, intinya saya pernah nih nggak sengaja duduk di ranting tempatnya dia. Ranting yang itu, kamu tahu kan maksud saya Sarka?"

Sarka menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia tahu. Sarka sedikit terkekeh pelan, entah kenapa cerita Gwen saat ini sedikit menghibur hatinya.

"Terus gimana lagi? Kenapa kamu duduk di sana?"

Gwen menghela napas panjang, dia kembali menyisir rambut panjangnya, lalu kembali melanjutkan ceritanya. "Jadi kejadian itu sebelum saya menempati kamar ini. Waktu itu saya di sana lagi duduk, nyaman sih tempatnya. Eh tahunya si Siti datang."

"Siti?"

"Hantu perempuan itu namanya Siti, maaf saya lupa menyebutkannya diawal. Nah, jadi tiba-tiba saja Siti datang dan ngamuk-ngamuk nggak jelas. Sumpah, saya takut banget waktu itu! Siti nyeremin banget mukanya."

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang