"Sarka, ibu mau ngomong sama kamu sebentar." Sarka yang hendak keluar dari rumah, seketika saja langkahnya terhenti ketika ibunya yang sedang melipat pakaian di ruang tamu berbicara kepadanya. Sarka menoleh ke belakang, ia tidak jadi membuka pintu. Kemudian Sarka berjalan pelan mendekat ke arah Maria, ibunya.
"Iya bu, kenapa?" tanya Sarka.
"Besok sore kan Arial ulang tahun."
"Arial?"
"Iya, Arial tertanggal sebelah itu. Anaknya tante Kiki. Yang waktu itu kamu tolong pas Arial mau ketabrak mobil," jelas ibunya. Sarka pun mengangguk. Ia tidak lupa dengan yang satu itu.
Arial mengangguk pelan. "Arial ulang tahun yang keberapa emangnya bu?"
"Baru empat tahun sekarang katanya," jawab Maria sembari sibuk melipat pakaian agar rapi dan mudah dimasukkan ke dalam lemari.
"Oh ..." Sarka manggut-manggut paham, ia ber-oh panjang. "Terus kenapa ibu panggil Sarka? Cuma mau ngomong itu?"
"Kamu kan kebetulan mau pergi ke rumah teman kamu, kan?" tanya Maria, yang langsung dibalas Sarka dengan anggukan cepat. Memang Sarka akan pergi ke rumah Nadine untuk mengerjakan tugas kelompok bersama Edo juga. "Nanti pulangnya bisa mama nitip buat beli mainan?"
"Buat kado Arial?" tebak Sarka.
"Iya, kamu kan anak cowok, pasti ngerti mainan apa yang bakal Arial suka. Beli dua yang berbeda ya, buat kamu sendiri sama mama."
"Loh, Sarka juga bu?" Sarka mengerjapkan matanya pelan, ia menunjuk dirinya sendiri.
Maria menjawab cepat, "iya, kamu juga diundang loh. Tante Kiki katanya juga mau ngucapin terima kasih sama kamu. Berkat kamu kan Arial jadi nggak pa-pa sekarang."
"Oke deh bu, biar nanti Sarka pergi ke toko mainan buat kado. Tapi pulangnya ya!"
"Iya, terserah kamu aja. Yang penting dapet. Nih uangnya." Maria menyerahkan selembar ulang berwarna merah kepada Sarka. "Segitu cukup kan, ya?"
"Cukup kayaknya sih bu, gampanglah kalau kurang pakai duit Sarka dulu juga nggak pa-pa." Sarka tersenyum. "Sarka pergi sekarang ya bu, dah ..." Sarka melambaikan tangannya.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut. Terus pulangnya jangan terlalu malam," pesan Maria kepada anak bungsunya.
"Iya Bu, nggak mungkin sampai larut malam. Besok kan harus sekolah juga." Sarka menjawab, sebelum akhirnya ia keluar dari rumah. Sarka mengeluarkan kunci motor dari dalam saku celananya, kemudian ia memakai helm dan langsung tancap gas menuju rumah Edo.
Tidak ada lima menit Sarka sudah sampai, dan Edo sudah menunggu di teras rumah. Edo bergegas langsung berdiri dan menghampiri Sarka.
"Lo terlat dikit." Edo berkata seraya memakai helmnya.
"Iya tahu, tadi ibu gue minta tolong sebentar. Berangkat sekarang nih?" tanya Sarka bersamaan dengan Edo yang sedang mencari posisi duduk yang nyaman di jok belakang.
"Iya sekarang aja, keburu tambah malam nanti."
"Santai aja Do, masih sempat kok. Ini baru jam setengah delapan," sahut Sarka sambil fokus menyetir.
"Eh Sar ..." Edo menepuk pelan pundak sahabatnya itu berulang kali cukup kencang.
Sarka sedikit menolehkan wajahnya ke belakang. "Kenapa?"
"Nanti gue minta tolong pas pulang mampir ke toko mainan, ya? Gue disuruh nyokap nyari mainan anak."
"Buat kado Arial, kan? Anaknya tante Kiki?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...