20. Tragedi mengenaskan

2.2K 227 15
                                    

"Sarka, ayo buruan pergi. Nanti keburu terlambat." Dari dalam kamarnya, Sarka dapat mendengar teriakan ibunya dari luar. Sarka sedang memilih baju yang pas dan cocok di dalam lemari.

Sarka membalas perkataan Maria tidak kalah keras, "bentar Bu, lagi nyari baju nih. Ibu kalau mau ke rumah tante Kiki duluan juga nggak pa-pa kok, nanti Sarka pergi sendiri," ujarnya cepat. Selanjutnya Sarka tidak mendengar balasan dari ibunya. Ia mengendikkan bahu dan lanjut memiliki baju yang akan ia kenakan untuk datang ke pesta ulang tahun bocah yang baru menginjak umur empat tahun. Ya, bukan masalah besar. Sarka hanya menuruti permintaan Maria. Lagipula tante Kiki katanya juga mau berbicara dengannya.

Terdengar pintu yang dibuka dari luar, ibunya menyembulkan kepalanya masuk ke dalam kamar Sarka. Sarka menatap ibunya bingung.

"Beneran ibu berangkat dulu nih?" tanya Maria, meminta ijin kepada Sarka. "Kamu nggak pa-pa nanti ke rumah tante Kiki sendirian?"

Tanpa menatap ibunya karena sedang memilih baju, Sarka pun bergumam pendek. "Hmmm."

"Kamu yakin?"

Sarka mendesah pelan, ia menoleh ke belakang dan menatap ibunya. "Iya ibu, ibu berangkat duluan aja. Lagian rumah tangga Kiki cuma ada di sebelah. Nggak ada tiga menit juga udah nyampe. Ibu berangkat dulu aja kalau itu yang ibu mau."

"Baiklah, ibu berangkat sekarang aja. Sekalian mau bantu-bantu. Kamu datang loh."

"Iya, pasti datang kok. Ini lagi milih baju dulu."

"Ya udah, ibu berangkat sekarang. Oh iya, kado punyamu ada di meja depan tuh. Nanti ambil sendiri, ya?"

"Iya." Sarka membalasnya singkat. Kemudian Maria kembali menutup pintu kamar Sarka dan langsung pergi dari rumah. Sarka kesal karena belum juga menemukan pakaian yang cocok untuk ia kenakan. Alhasil, a menarik salah satu kaos dengan asal.

"Ah bodo amat deh, gue cuma mau pergi ke ulang tahun anak kecil, bukan mau kencan!" Sarka berbicara pada dirinya sendiri. Ia dengan cepat memakai kaos tersebut. Setelah itu, Sarka menyisir rambutnya. Ya, sudah selesai. Sarka pun keluar dari kamar dan melangkah cepat menuju tempat di mana kadonya berada.

"Loh, katanya ada di meja depan. Kok nggak ada?" Sarka bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap bingung ke arah meja. Matanya mengerjap, kemudian ia menatap sekelilingnya. Sarka mendesah pelan dan menggelengkan kepalanya ketika melihat kado yang sudah dibungkus itu ada di sofa, bukan di meja. "Dasar ibu." Sarka mengomel. Lalu ia memutuskan untuk keluar dari rumah.

Sarka pun akhirnya sampai juga. Sudah ada banyak orang di sana. Dan Sarka merasa bahwa hanya dirinya saja remaja tanggung di tempat itu. Kebanyakan hanya diisi oleh ibu-ibu dan anak-anaknya. Sarka lumayan kenal mereka. Kebanyakan dari tetangga rumah dan satu lingkungan dengannya.

Acara sudah akan dimulai sebentar lagi. Dan Sarka hanya diam, ia seperti terjebak di tempat itu. Tentu saja, tidak ada anak seumuran dengannya di sini. Tidak ada yang dapat Sarka ajak mengobrol. Masa sih Sarka harus mengobrol dengan ibu-ibu yang suka bergosip itu? Sarka tidak yakin, lagipula mau mengobrol tentang apa? Pasti tidak nyambung!

"Pantas aja Edo nggak mau ke sini pas gue ajak," gumam Sarka pelan. Ia duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana. Sarka sedikit merasa bosan. Tapi, ia sudah terlanjur di sini, tidak mungkin ia keluar dan pulang ke rumah. Lagipula ia diundang khusus oleh tante Kiki. Akan sangat tidak sopan apabila Sarka tidak datang. Sarka juga tidak enak tentunya.

"Eh Sarka, kamu datang juga?" Tiba-tiba Sarka terkejut ketika tante Kiki duduk di sebelahnya. Sarka lumayan kaget, ia sedang melamun barusan.

Sarka berusaha tenang dan menguasai dirinya. Ia nyengir pelan, kemudian mengangguk. "Iya tante, kata ibu tante yang nyuruh Sarka datang ke sini, kan?"

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang