"Gwen, kamu kok di sini?"
Nadine perlahan menoleh ke arah Edo yang berdiri menegang di sampingnya. Nadine tahu bahwa Edo kaget lantaran di kamarnya ada Gwen, yang notebenenya adalah makhluk tak kasat mata. Nadine mendekat ke arah Edo, kemudian memegang bahu cowok itu sembari memberikan beberapa tepukan pelan agar Edo tenang dan tidak perlu takut atau merasa panik.
"Nggak pa-pa Do, nggak usah takut. Ada gue sama Sarka."
Secepat kilat Edo menatap Nadine. "Gue nggak takut," sangkalnya. Napasnya terhela panjang. "Gue cuma kaget aja kalo Gwen ada di sini."
"Serius nggak takut nih?" Nadine memicingkan matanya, memperhatikan Edo lebih jelas lagi, mencari sebuah kebohongan lewat air mukanya, barangkali Edo berbicara omong kosong. Bisa jadi kan Edo hanya pura-pura tegar saja padahal sebenarnya ia merasa takut setengah meninggal?
Dengan lebih tegas Edo mengangguk. "Nggak Dine, jangan pikir gue cuma pura-pura nggak takut ya? Gue nggak takut beneran nih."
"Gue tadi mikir itu." Nadine mengakui, ia menyengir lebar hingga giginya yang tersusun rapi terlihat dengan jelas.
Edo mendengkus, "udah lumayan kebal gue sama Gwen."
"Kenapa?"
"Baik lo maupun Sarka sering bahas dia, dan lo sendiri juga pernah bilang sama gue kalo Gwen itu baik. Terus pernyataan lo itu diperkuat kalo Gwen nggak pernah gangguin gue. Jadi ... Nggak ada gunanya kan gue takut sama Gwen?" Edo tersenyum diakhir kalimatnya, membuat Nadine ikut mengusung senyuman.
"Seneng gue Do dengernya, bagus kalo gitu." Nadine mengacungkan jempol tangannya untuk Edo.
Kembali ke Sarka, cowok itu terus memperhatikan Gwen, menunggu dia menjawab pertanyaannya. Sebelum menjawab, Gwen melayang turun dari atas lemari pakaian Edo.
"Saya nyari kamu, makanya saya ke sini karena di rumah kamu tidak ada."
"Dari mana kamu tahu aku di sini?" Sarka bertanya balik.
"Ya nebak aja, sebelum saya cari kamu ke tempat lain kan harus cari dulu di dekat-dekat sini dulu. Udah, nggak penting buat dibahas. Ada yang jauh lebih pen—
"Kamu ke mana aja?" Sarka memotong perkataan Gwen yang belum selesai.
"Saya ke mana? Maksudnya?"
Sarka mendesah lelah. "Kamu baru nemuin aku sekarang, udah satu bulan kalo dihitung. Kamu ke mana saja Gwen?"
"Wah ... Kayaknya ada yang kangen sama saya nih." Gwen tertawa pelan. Tapi hal itu tidak lucu lagi bagi Sarka, ia sudah lumayan kesal saat ini kepada hantu yang berdiri dihadapannya.
Menyadari jika Sarka hanya diam dengan gurat wajah yang kelewat serius bahkan terlihat sedang menampung amarah, membuat Gwen seketika langsung bungkam lagi.
Gwen mencari kata-kata yang pas sebelum berkata, "saya it—
"Satu bulan loh Gwen." Lagi-lagi Sarka tidak membiarkan Gwen menyelesaikan perkataannya. Sarka menggeleng cepat. "Kenapa kamu baru datang? Aku udah nunggu terlalu lama. Kamu ke mana saja? Kenapa baru muncul sekarang Gwen? Kamu nggak mungkin lupa, kan?"
Gwen agaknya paham pembicaraan ini mengarah ke mana. Lantas, ia pun buru-buru menjelaskan sebelum kekesalan Sarka semakin memuncak. "Sarka, mau dengar saya ngomong dulu?"
Sarka mendengkus, ia tidak merespons. Hanya diam tanpa mengangguk. Tapi Gwen menyimpulkan sendiri bahwa Sarka setuju.
"Saya memang sengaja." Gwen mengaku. Detik selanjutnya Sarka yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan pengakuan Gwen barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...