"Gwen, ayo ikut aku sekarang!" Setengah berbisik, Sarka berbicara kepada Gwen. Ia menggerakkan tangannya, memerintah Gwen untuk segara mendekat. Mumpung sekarang bang Alan baru saja masuk ke kamar mandi hendak mandi. Sekarang pukul setengah delapan pagi.
"Mau ke mana?" tanya Gwen langsung. Ia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang baru saja tertutup. Posisi hantu itu masih setia duduk di lemari komik. Di rumah ini, memang ada dua kamar mandi. Satu kamar mandi pribadi milik Alan, dan satu kamar mandi yang berada di dekat dapur.
"Bakal aku jelasin nanti, ayo buruan mumpung bang Alan mau mandi!" ujar Sarka mulai kesal lantaran Gwen tidak mau bergerak sama sekali. Dengkusan keluar dari mulut Sarka sewaktu Gwen menolak dengan gelengan.
"Nggak mau ah! Saya mau ngintip abangmu mandi kayak biasa."
"Tiap hari kamu juga ngintip bang Alan mandi Gwen, ayo buruan ikut. Ini penting banget." Sarka memohon.
Gwen mendecak. "Terus saya harus ikut kamu ke mana?"
"Ikut aja dulu, nanti aku jelasin."
"Janji ya ini penting? Kalo nggak penting, saya bakal makan kamu hidup-hidup Sarka!"
Gantian Sarka yang mendecakkan bibirnya. Matanya memutar malas. "Nggak akan Gwen, aku janji!"
"Oke!" Serta merta Gwen segera turun dari atas lemari komik, melayang mendekat ke arah Sarka. Sedangkan Sarka langsung mengangguk, menatap ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.
"Kalo kamu pengin dekat dan lihat bang Alan mandi, ayo buruan cepat!" Sarka mulai melangkah keluar dari kamar Alan, memimpin Gwen yang mengikutinya dari belakang.
Sarka pergi ke teras belakang rumah yang sepi. Ibunya masih pergi ke supermarket karena kebutuhan di rumah sudah pada habis. Sarka merasa aman sekarang.
"Mau ngomong apa sekarang?" todong Gwen dengan pertanyaan.
Sarka mendesah pelan. "Aku mau kamu seharian ini jagain bang Alan bisa, kan?"
"Kenapa?"
"Jawab dulu pertanyaanku, bisa atau enggak?"
"Lah ... Bukannya kerjaan saya memang mantau abangmu itu? Kecuali kalo my baby gemes Alan pergi sih, saya tetep bakal di rumah."
"Ya terserah kamu Gwen. Intinya jagain bang Alan ya, kalo ada sesuatu yang aneh, mencurigakan, dan sepertinya berbahaya kamu bisa kan lapor sama aku Gwen?" tanya Sarka serius.
Gwen memicingkan matanya. "Tunggu dulu, ini ada apa sebenarnya?"
Sarka berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tadi malam aku mimpi buruk, takutnya ada kejadian nggak mengenakan yang menimpa bang Alan. Gimana? Kamu bisa bantu kan Gwen?" tanya Sarka sekali lagi.
"Tentu saja, saya akan membantumu. Lagian abangmu bakal tetap aman, dia susah dewasa Sarka, dia sudah bisa jaga diri. Kamu nggak usah berlebihan gini."
Andai saja Gwen tahu masalah sebenarnya yang sedang dihadapi sekarang, andai saja Gwen tahu kalau nyawa Alan sangat dipertaruhkan saat ini, andai saja Gwen tahu jika mimpi buruk tentang wanita menyeramkan itu sangatlah berbahaya, dan andai saja Gwen tahu kalau buku miliknya itu sangat misterius dan menakutkan. Jika Gwen tahu semua itu, mungkin saja kalimat seperti tadi tidak akan terlontar dengan mudah dari bibir pucatnya. Gwen tidak tahu apa-apa, dan Sarka tidak berniat memberitahunya. Bukan karena Sarka tidak percaya dengan Gwen. Hanya saja, lebih baik ia tutup mulut, akan memakan banyak waktu jika ia harus menjelaskan masalah ini. Selain Gwen bisa saja tidak percaya dengan omongan Sarka, tentu saja Sarka tidak mau jika banyak sekali pertanyaan dari Gwen yang harus dirinya jawab satu persatu. Hari ini tidak ada waktu untuk tidak serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent (END)
Teen FictionSarka tidak tahu ada apa dengan dirinya. Semenjak mendapatkan donor mata dari orang lain, ia merasa keanehan mulai datang satu persatu kepadanya. Seperti bisa melihat makhluk tak kasat mata, diserang mimpi buruk sepanjang malam hingga membuatnya ter...