36. Hari minggu

1.7K 154 8
                                    

"Perempuan siapa bu?"

"Ibu baru lihat dia, tadi sempat nyebut nama di depan, siapa ya tadi?" Maria berpikir sejenak sembari mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pipi.

"Siapa? Nadine?" tebak Sarka dengan asal.

"Nah itu dia! Iya benar, namanya Nadine." Maria mempertegas bahwa jawaban Sarka tidak salah. "Ayo keluar, jangan biarin mereka nunggu."

Sarka mengangguk singkat. Ia pun lantas berderap keluar dari kamarnya dan sempat bertanya-tanya dalam hati. Nadine dan Edo ngapain juga pergi ke rumahnya sore-sore begini? Sarka mengendikkan bahunya tidak tahu, alhasil ia pun memilih untuk menemui mereka saja.

"Ibu ke dapur dulu ya, mau buatin minum dulu," ujar Maria, pamit ijin kepada Sarka.

"Iya bu," balas Sarka singkat dan seadanya. Lalu, cowok itu melanjutkan langkah pergi ke ruang tamu. Tapi Nadine dan Edo tidak ada di sana. Kedua alis Sarka bertautan.

"Lah ... Kok nggak ada? Udah pulang mereka?" gumam Sarka sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sedetik kemudian, ia mendengar percakapan seseorang dari luar rumah. Segera saja Sarka cabut untuk memeriksa. Dan rupanya, kedua sahabatnya itu berada di kursi teras. Edo dan Nadine sedang mengobrol sewaktu Sarka datang.

"Nah tuh dia Sarka." Edo menyeletuk ketika sorot matanya menemukannya Sarka yang baru saja muncul dari pintu utama. Tak ayal, posisi kursi yang sedang Edo duduki memang menghadap ke arah pintu.

Sarka melangkah mendekat ke arah mereka. Ketika Nadine menatapnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan, Sarka membalasnya dengan senyuman tipis. Sarka mengambil duduk di kursi yang sisa satu. Meja di teras rumah berbentuk bulat dengan tiga kursi.

"Kalian berdua ngapain ke sini?" tanya Sarka sembari memperhatikan wajah Nadine dan Edo secara bergantian.

"Pertanyaan lo enggak banget Sar, gue sama Nadine ke sini ya mau main lah!" Edo membalasnya seraya mencibir pelan.

"Ya gue tau Do, tapi tumben banget gitu. Ada Nadine juga." Sarka melanjutkan.

"Gue suntuk aja sih di rumah, jadi kepikiran aja gitu pengin main ke rumah lo. Gue belum pernah ke sini juga, kan? Sekalian lah biar tahu rumah lo letaknya di mana Ka," ujar Nadine mengatakan maksud tujuannya.

Sarka mengangguk, ia ber-oh panjang.

"Lo lagi nggak sibuk kan sekarang Ka?" tanya Nadine kemudian.

"Sibuk apaan Sarka? Nggak Dine, lo nggak ganggu kok, dia banyak waktu luang. Sama sih kayak gue hehehe ...." Edo menyeletuk terlebih dahulu, padahal saja Sarka hendak angkat suara untuk memberikan Nadine sebuah jawaban. Mulutnya yang sudah setengah terbuka kembali terkatup.

Sarka mendesah pelan. "Ya gitu deh, gue kalau sudah akhir pekan ya gini-gini aja. Gue nggak sibuk, lo tenang aja."

"Gue kira lo lagi sibuk atau apa gitu? Gue beberapa kali telpon nomor lo, tapi lo nggak angkat panggilan dari gue." Nadine mengadu lagi.

"Serius?"

"Iya serius."

"Duh sori Dine, gue nggak bermaksud buat mengabaikan panggilan dari lo. Tapi dari tadi pagi gue emang belum megang hape. Terus hape gue juga dalam mode silent. Gue nggak tau kalau lo nelpon."

"Nggak pa-pa kok. Gue cuma mau minta lo buat share lokasi rumah lo. Tapi karena lo lama ngangkat panggilan dari gue, ya gue langsung nelpon Edo aja." Nadine menjeda ucapannya, ia menatap Edo sambil tersenyum tipis. "Gue baru ingat aja kalo rumah lo sama Edo kan nggak jauh. Ya gue hubungi Edo aja. Kebetulan Edo langsung ngangkat panggilan dari gue."

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang