35. Akhir pekan

1.7K 145 14
                                    

Hari ini akhir pekan, Sarka niatnya ingin menghabiskan waktunya di kamar, bermalas-malasan sambil rebahan, main hape, atau mungkin membaca komik milik abangnya yang belum ia selesaikan. Padahal, komik itu memang seru, alurnya keren dan tidak bikin mata cepat mengantuk. Tapi dikarenakan akhir-akhir ini Sarka banyak sekali masalah, membuat cowok itu tidak bisa fokus membaca komik. Fokusnya selalu saja terbelah. Oleh karena itu, Sarka tidak ingin membaca komik itu dalam keadaan tidak mood.

Dan minggu pagi ini, Sarka ingin sekali bermalas-malasan. Melakukan apapun yang ia mau tanpa memikirkan masalah yang menghantuinya. Semakin Sarka memikirkan tentang kejadian semua itu, semakin pusing pula kepalanya ini. Tapi Sarka percaya, semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya jika dirinya berusaha dan mencoba mencari titik terangnya. Semua tergantung dengan usahanya. Dan semoga, semua jawabannya akan segera ia dapatkan. Karena satu hal, Sarka tidak kuat lagi jika ada orang-orang yang meninggal, apalagi namanya sampai ditulis dengan darah di buku miliknya. Bukannya itu jadi membuktikan lebih jelas lagi jika Sarka berhubungan dengan itu? Tapi sampai detik ini pun, Sarka tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi. Sarka tidak punya jawaban yang tepat dan pasti. Membuatnya semakin kesal.

Sarka berkutat di kamarnya sudah cukup lama. Dan ketika ia sudah membaca komik milik bang Alan sampai habis, jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan lebih sepuluh menit. Sarka pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia lapar, perutnya keroncong, butuh sesuap nasi agar cacing-cacing didalam perutnya diam.

Sarka sengaja membawa komik abangnya sekalian. Sebenarnya Sarka malas pergi ke kamar Alan, pasti dia akan ketemu dengan Gwen yang sangat menyebalkan. Selain itu, Sarka malas melihat Gwen dengan tatapan super kagumnya kepada abangnya itu. Sangat menyebalkan. Tapi sekarang, mau tak mau Sarka memang harus menginjakkan kakinya di dalam kamar Alan untuk mengembalikan komik dan meminjam season duanya yang waktu itu dibeli di toko buku. Karena season yang pertama, ceritanya sungguh menggantung, masih ada konflik yang belum diselesaikan oleh si pengarang. Makanya Sarka harus lanjut ke season dua.

"Bang Alan!" Sarka mengetuk pintu kamar Alan ketika posisinya sudah di depan kamar abangnya itu. Hanya satu kali lantaran jawaban dari dalam sana segera Sarka dapatkan.

"Masuk aja, pintunya nggak gue kunci." Alan menjawab. Membuat Sarka langsung saja mendorong pintu itu ke dalam.

Ketika posisinya sudah berada di dalam kamar abangnya itu, Sarka melihat Alan yang tengah berkutat di meja kerjanya. Tatapan Alan terlihat begitu fokus menatap layar laptopnya.

Sarka pun mendekat. "Kerja bang?" tanyanya pendek.

"Hmmm," jawab Alan pendek tanpa melirik Sarka sama sekali. Abangnya itu begitu fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Menganggukkan kepala, Sarka pun menukas lagi karena ia sempat bingung. "Ini kan waktunya libur, kok masih kerja aja? Di rumah pula tuh."

"Nggak lama kok, bos gue tadi minta buat buat cek ulang kerjaan gue sebelum di input datanya." Alan menjawabnya. Kemudian ia beralih menatap Sarka. "Kenapa memangnya?"

Sarka menyengir kecil, giginya yang putih dan tersusun dengan rapi sampai terlihat. "Ya enggak pa-pa sih, cuma nanya aja. Oh ya, ini gue mau balikin komik punya lo."

"Udah selesai?"

"Baru aja selesai tadi." Sarka menjawab.

Alan mengangguk. "Berapa lama lo habisin baca tuh komik? Kok kayaknya lama banget. Nggak seru ya ceritanya menurut lo?"

"Bukan gitu," ujar Sarka sambil menggeleng cepat, "Seru banget kok komiknya, ya tapi akhir-akhir ini gue banyak tugas dan ulangan, gue nggak sempat baca jadinya. Dan ini baru gue selesaikan." Sarka menjawab, ia berbohong. Dalam hati Sarka memuji dirinya yang baik sekali dalam memberikan kebohongan kepada Alan. Begitu lancar tanpa ada kendala. Tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya sedang melancarkan sebuah alibi.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang