15. Salah perkiraan

2.6K 226 1
                                    

"Gue nggak habis pikir kenapa lo bisa lupa kalau ada tugas yang harus dikumpulin lima belas menit lagi Do." Sarka menatap Edo sembari geleng-geleng kepala, ia benar-benar tidak habis pikir kenapa Edo bisa lupa. Padahal saja guru matematika yang mengajar di kelasnya terkenal guru killer. Dan satu lagi, guru tersebut tidak segan-segan akan menghukum siswa yang berani tidak membuat tugas atau PR. Tidak salah sebenarnya, itu kan sudah kewajiban siswa sekolah.

Sarka tentu saja akan ingat dengan tugas matematika tersebut. Sarka terus terbayang-bayang apabila ia tidak mengerjakan tugas, ia akan dihukum. Dan sungguh, Sarka tidak sudi menerima itu. Oleh karenanya, Sarka langsung mengerjakan tugas. Sedangkan Edo, dia bahkan lupa. Membuat Sarka mendesah panjang saja.

"Untung aja lo bilang gini Sar, coba kalau enggak? Duh ... Bisa mampus gue!" Edo berkata sambil sibuk menulis di buku tugasnya. "Ngomong-ngomong makasih ya lo udah baik sama gue."

"Iya sama-sama, lain kali nggak boleh lupa ngerjain tugas. Gue keluar deh kalau gitu, gue tinggal dulu, ya?"

Sekarang memang waktunya istirahat, dan semua siswa diberikan waktu lima belas menit sebelum pergantian pelajaran di mulai.

Edo mulai mendongakkan wajahnya, ia memperhatikan Sarka yang sudah berdiri dari duduknya. "Lo mau ke mana?"

"Keluar," tukas Sarka, pendek. "Kenapa emangnya?"

"Lah ... Kok malah nanya kenapa sih Sar? Ya gue nggak mau tinggal di kelas sendirian lah! Lihat, kelas sepi! Semua anak keluar istirahat." Edo mengomel panjang lebar. Tatapan sinisnya ia lempar kepada Sarka.

"Lah maka dari itu, gue pun mau istirahat. Gue pengin cari angin, gerah di sini. Udah Do, lo fokus aja tuh garap tugasnya."

"Ya masa lo tega ninggalin gue sendirian di sini Sar," ujar Edo sebal.

"Nggak sendirian, tuh di pojok belakang ada kok yang nemenin lo." Sarka tersenyum miring, membuat Edo yang memang takut sekali dengan yang namanya hantu dan segala jenisnya, langsung membelalakkan matanya.

"Sari! Ngomong apaan lo tadi, ha?!" Edo sudah setengah berdiri dari duduknya.

"Nggak Do, cuma becanda. Udah ah, lo di sini aja selesain tuh tugas lo, gue pergi dulu!" Sarka langsung cabut dari kelas tanpa memedulikan Edo lagi, ia tidak peduli bahwa Edo sudah berteriak memanggil-manggil namanya di belakang. Sarka hanya cuek saja, ia terus melangkah.

Sebenarnya, apa yang Sarka katakan kepada Edo barusan sama sekali tidak berbohong. Sarka berkata yang sejujurnya bahwa di pojok kelas memang ada sesosok makhluk tak kasat mata. Di sana ada anak kecil perempuan dengan rambut panjang, ditangannya terdapat sebuah boneka yang sudah lusuh, seperti pakaian yang dikenakan olehnya. Dia hanya diam di sana, sama sekali tidak bergerak. Sejak lama Sarka mengamatinya, bahkan pernah Sarka mencoba mengajak bocah tersebut untuk berbicara pada saat kelas kosong, tapi dia hanya diam saja, bibirnya yang pucat terkunci rapat. Asik sekali dengan dunianya sendiri tanpa peduli dengan keberadaan di sekitarnya.

Dan jika ada yang bertanya kenapa Sarka barusan tidak berkata yang sejujurnya kepada Edo, Sarka tentu saja akan menjawab bahwa ia tidak mau Edo parno dan ketakutan sendiri. Yang alhasil akan berdampak pada tugasnya yang belum selesai-selesai juga. Lagipula, Sarka juga belum siap menceritakan kepada siapapun bahwa dirinya bisa melihat mereka yang tak terlihat oleh mata manusia kebanyakan.

Ah, Sarka tidak mau memikirkan hal itu lagi. Ia terus berjalan maju, hingga langkah kakinya membawa Sarka menuju rooftop sekolah. Cuaca pada jam sepuluh pagi ini terlihat mendung. Sepertinya tidak lama lagi ibu kota akan diguyur oleh hujan deras.

Sarka ingin menikmati angin segar di sini. Kebetulan saja udara bertiup cukup kencang, menciptakan hawa dingin yang menusuk pori-pori kulit. Sarka merinding sesat, tidak menyangka bahwa udara akan sedingin saat ini.

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang