34. Cara baru

1.5K 131 3
                                    

Nadine hendak memakai helm karena ia akan melakukan perjalanan pulang ke rumahnya. Saat ini, gadis itu sedang berada di parkiran sekolah. Beberapa meter darinya, ia melihat Sarka dan Edo yang sedang melakukan hal serupa. Nadine sempat melirik kedua cowok itu. Setelah pengait helm sudah terpasang, Nadine lanjut beranjak naik ke motornya. Entah kenapa ia tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Nadine menjeda pergerakan untuk menyalakan motornya. Kembali ia melirik Sarka dan Edo yang sudah bersiap-siap pulang.

Mengerjapkan mata, Nadine pun dengan cepat turun lagi dari motornya. Cewek cantik tersebut lantas berteriak dengan lantang. "Sarka! Edo!" panggilnya.

Suaranya yang menggema lantaran parkiran sekolah sudah sepi membuat Edo maupun Sarka tidak susah untuk menangkap suara Nadine. Nadine tersenyum tipis ketika kedua sahabatnya itu menoleh ke arahnya. Bagus, itu artinya keduanya mendengar panggilannya. Langsung saja Nadine tidak buang-buang waktu lagi. Ia berlari menghampiri posisi Sarka dan Edo.

Sarka yang hendak menyalakan motornya sampai tidak jadi karena panggilan Nadine membuatnya urung melakukan tersebut. "Mau ngapain Nadine?" Diboncengan belakang, Edo bertanya setelah menepuk helm Sarka.

Sarka juga tidak tahu, membuatnya refleks langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak tau juga tuh," ujarnya. Keduanya menunggu Nadine yang tengah berjalan setengah berlari ke arah posisi mereka berdua.

"Ada apa Dine?" tanya Sarka begitu Nadine sudah berdiri tepat di samping motornya. "Motor lo bermasalah?" tebaknya asal.

Kepala Nadine menggeleng lemah. "Bukan itu," ujarnya. "Ada sesuatu yang mau gue sampaikan ke lo berdua, terutama lo Ka."

"Kenapa Dine memangnya?" tanya Edo penasaran. Ia ikutan nimbrung, ditatapnya Nadine yang terlihat sangat serius.

"Barusan aja gue kepikiran sesuatu. Dan gue punya ide, menurut gue ide ini nggak buruk-buruk amat. Bisa dicoba kalau lo berdua setuju dan ikut sependapat dengan gue." Nadine pun menjelaskan maksud tujuannya.

"Ide apaan Dine? Bersangkutan dengan semua kejadian tak masuk yang gue terima akhir-akhir ini?" sahut Sarka, keningnya memunculkan gelombang tipis, diikuti oleh kedua alisnya yang saling bertautan. Semakin lama Sarka semakin penasaran. Nadine masih diam, membuat Sarka membuang napasnya dengan kasar. "Dine? Lo punya ide apa? Jangan bikin gue penasaran."

"Iya betul, gue juga penasaran."

"Entah kenapa tadi gue kepikiran gini," ucap Nadine memulai. "Kenapa buku catatan milik lo yang aneh itu nggak simpan di tempat gue aja Ka? Maksud gue biar gue yang bawa pulang. Mungkin cara ini bisa berhasil, gue nggak tau pasti, tapi menurut gue bisa dicoba." Nadine mengangguk mantap. "Gimana menurut pendapat lo berdua?"

Sesaat kemudian, Edo dan Sarka saling diam memikirkan ide dari Nadine. Hingga pada detik kesepuluh, Edo yang sedang duduk di jok belakang langsung menjentikkan jarinya.

"Gue setuju! Kenapa nggak dicoba saja Sar? Bukan ide yang buruk kok. Lagian, buku aneh itu nggak bakal ilang. Buktinya lo udah buang dan bakar tuh buku, tapi malah balik ke rumah lo lagi."

"Yakin bakal berhasil?" celetuk Sarka.

Nadine menukas kilat. "Ya gue juga nggak yakin, ini kan usul gue aja. Kita kan belum nyoba, mana tau hasilnya kayak apa, kan? Gimana menurut lo? Bisa dicoba nggak?"

Sarka berpikir sejenak. "Buku itu nanti bakal balik ke kamar gue lagi nggak ya kayaknya semisal lo bawa pulang?" tanyanya. Yang langsung membuat Edo dan Nadine mendecakkan lidahnya.

"Eh Sar! Kita belum nyoba usul dari Nadine yang satu ini. Bisa-bisanya lo langsung ngasih pertanyaan yang jawabannya belum pasti. Kesel sendiri gue jadinya ah!" Edo mengomel sembari menggeplak helm yang dipakai oleh Sarka. Tidak berhenti sampai di sana saja, Edo melanjutkan lagi. "Makanya ini dicoba dulu, mana tau nanti ada hasilnya. Lo paham nggak sih sebenarnya apa yang sedang kita bahas sekarang?"

Shadow Scent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang